PERDARAHAN SALURAN
CERNA BAGIAN ATAS
Sarah Nurulaini S.
4151161558
☑Red
☐ Green
☐ Yellow
Airway
Clear/Unclear
Breathing
Clear/Unclear
Circulation
Clear/Unclear
Pasien datang
☐ Sendiri
☑ Diantar oleh : Keluarga
Pengkajian Assesment
☑ Auto Anamnesis
☑ Allo Anamnesis
Pukul Periksa : 10.55 WIB
Pukul Rawat/Pulang/Time care : 12.15 WIB
Petugas Triage : Sarah Nurulaini S.
Anamnesis
• Keluhan utama: Muntah darah
Diagnosis Kerja
Gastritis Erosif + Anemia
Penanganan dan Penilaian Ulang
• Airway : Clear
• Breathing : O2 via nasal canulla 2 L/menit
• Circulation : Pemasangan iv line dengan cairan NaCl
0,9% 1 L, pemasangan kateter urin
• Disability : Clear
• Exposure : Clear
Penatalaksanaan Khusus
• Pemasangan NGT, puasakan s/d perdarahan berhenti
• Omeprazole 80 mg/iv bolus, dilanjutkan perinfus 2x1 amp
• Sucralfate syr 3x1 cth p.o
• Asam traneksamat 3x1 amp
• Transfusi PRC 500 mL
Kesimpulan
☐ Perbaikan
☑ Stabil
☐ Perburukan
Tindak Lanjut
☐ Rujuk
☑ Rawat
☐ Pulang paksa
☐ Pulang
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah
perdarahan saluran makanan proksimal dari ligamentum Treitz.
• Dibedakan secara klinis menjadi perdarahan varises dan non-
varises
• Manifestasi klinik perdarahan SCBA dapat beragam tergantung
lama, kecepatan, banyak sedikitnya darah yang hilang, dan
apakah perdarahan berlangsung terus menerus atau tidak
• Penyebab perdarahan SCBA:
• Pecahnya varises esofagus
• Gastritis erosif
• Tukak peptik
• Gastropati kongestif
• Sindrom Mallory-Weiss
• Keganasan
Penegakkan Diagnosis (1)
•Anamnesis
•Sejak kapan terjadi perdarahan, perkiraan jumlah, durasi dan
frekuensi perdarahan
•Riwayat perdarahan sebelumnya dan riwayat perdarahan dalam
keluarga
•Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
•Riwayat muntah berulang yang awalnya tidak berdarah (Sindrom
Mallory-Weiss)
•Konsumsi jamu dan obat (NSAID dan antikoagulan yang
menyebabkan nyeri atau pedih di epigastrium yang berhubungan
dengan makanan)
•Kebiasaan minum alkohol (gastritis, ulkus peptic, kadang varises)
•Kemungkinan penyakit hati kronis, gagal ginjal kronik, diabetes
mellitus, hipertensi, alergi obat
Penegakkan Diagnosis (2)
• Pemeriksaan fisik
• Langkah awal adalah menentukan berat perdarahan dengan fokus pada status
hemodinamik, pemeriksaannya meliputi:
• Tekanan darah dan nadi posisi baring
• Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
• Ada tidaknya vasokonstriksi perifer (akral dingin)
• Kelayakan napas dan tingkat kesadaran
• Produksi urin
• Perdarahan akut dalam jumlah besar (> 20% volume intravaskuler) mengakibatkan
kondisi hemodinamik tidak stabil, dengan tanda:
• Hipotensi (<90/60 mmHg atau MAP <70 mmHg) dengan frekuensi nadi > 100 x/menit
• Tekanan diastole ortostatik turun >10 mmHg, sistole turun >20 mmHg.
• Frekuensi nadi ortostatik meningkat >15 x/menit
• Akral dingin
• Kesadaran turun
• Anuria atau oligouria (produksi urin <30 ml/jam)
• Khusus untuk penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi) perlu dilakukan evaluasi
jumlah perdarahan, dengan kriteria:
Perdarahan (%) Keadaan hemodinamik
<8 Hemodinamik stabil
8 – 15 Hipotensi ortostatik
15 – 25 Renjatan (syok)
25 – 40 Renjatan + penurunan kesadaran
>40 Moribund (physiology futility)
Penegakkan Diagnosis (3)
• Selanjutnya pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan
adalah:
• Stigmata penyakit hati kronis (ikterus, spider naevi, ascites,
splenomegali, eritema palmaris, edema tungkai)
• Colok dubur karena warna feses memiliki nilai prognostik
• Aspirat dari nasogastric tube (NGT) memiliki nilai prognostik
mortalitas dengan interpretasi:
• Aspirat putih keruh: perdarahan tidak aktif
• Aspirat merah marun: perdarahan masif (mungkin perdarahan
arteri)
• Suhu badan dan perdarahan di tempat lain
• Tanda kulit dan mukosa penyakit sistemik yang bisa disertai
perdarahan saluran cerna (pigmentasi mukokutaneus pada
sindrom Peutz-Jeghers)
Terima Kasih