borderline.
reaksi lepra nodular
terjadi saat peningkatan terjadi akibat reaksi
imunitas yang diperantarai
oleh sel (cell mediated
hipersensitivitas
immunity) (diduga diperantarai humoral.
reaksi hipersensitivitas tipe IV
atau tipe lambat).
Etiologi Kusta
Mycobacterium leprae
ukuran 3-8 ɥm x 0,5ɥm
basil tahan asam dan alkohol
bakteri gram positif (intraselular
obligat)
menyerang saraf perifer kulit
dan mukosa traktur respiratorius
bagian atas organ lain kecuali
susunan saraf pusat.
menular manusia (kontak
langsung dengan penderita)
Kulit
Inhalasi droplet
Membelah dalam jangka 14-21
hari
Masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun.
Epidemiologi Kusta
Awal penyebaran (diduga China) perpindahan
penduduk India Indonesia (abad ke IV-V)
1991 World Health Organisation (WHO): resolusi tentang
Eliminasi Kusta tahun 20001 kasus per 10.000
penduduk.
WHO: Jumlah penderita kusta pada 121 negara:
2008 ±249.007 penderita
Awal 2009 ±213.036 penderita
Indonesia, 2009 ±21.538 orang (kasus baru) jumlah
tertinggi di Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Jumlah penderita kusta terdaftar ini membuat Indonesia
menjadi salah satu Negara di dunia yang dapat mencapai
eliminasi kusta sesuai target yang ditetapkan oleh World
Health Organisation pada tahun 2000.
Faktor predisposisi
Kontak kulit Kondisi sosial
Sistem
atau inhalasi ekonomi dan
Imunitas
via droplet lingkungan
Seluler
penderita yang buruk
2. Tuberkuloid (T)
3. Borderline-Dimorphous (B)
4. Lepromatosa (L)
3. Mid-berderline (BB)
5. Lepromatosa (LL)
Klasifikasi spektrum Ridley-Jopling
berdasarkan patogenesis kusta
Klasifikasi
Klasifikasi untuk kepentingan program kusta
/klasifikasi WHO (1981) dan modifikasi WHO (1988)
1. Pausibasilar (PB):
Hanya kusta tipe I, TT dan sebagian besar BT dengan
BTA negatif menurut kriteria Ridley dan Jopling atau
tipe I dan T menurut klasifikasi Madrid.
2. Multibasilar (MB):
Termasuk kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT
menurut kriteria Ridley dan Jopling atau B dan L
menurut Madrid dan semua tipe kusta dengan BTA
positif.
Klasifikasi Kusta menurut
WHO
PB MB
1.Lesi kulit 1-5 lesi > 5 lesi
(makula yang Hipopigmentasi/erite Distribusi lebih
datar, papul yang ma simetris
meninggi,infiltrat Distribusi tidak
, plak eritem, simetris
nodus)
2.Kerusakan Hilangnya sensasi
saraf(menyebabk kurang jelas
an hilangnya Hilangnya sensasi Banyak cabang saraf
senasasi/kelema yang jelas
han otot yang Hanya satu cabang
dipersarafi oleh saraf
saraf yang
terkena)
Klasifikasi Kusta tipe PB menurut WHO
Borderline
Karakteristik Tuberkuloid Indeterminat
tuberculoid
lesi (TT) e (I)
(BT)
Tipe Makula dibatasi Makula dibatasi Makula
infiltrat infiltrat saja
Jumlah Satu atau Satu dengan lesi Satu atau
beberapa satelit beberapa
Distribusi Asimetris Bervariasi
Terlokalisasi &
asimetris
Permukaan Kering, skuama Dapat halus
Kering, skuama agak berkilat
Sensibilitas Hilang Agak
Hilang terganggu
BTA Negatif atau 1 +
Pada lesi kulit Negatif Biasanya
Tes lepromin Positif (2 +) negatif
Klasifikasi Kusta tipe MB menurut WHO
Borderline Mid-borderline
Karakteristik Lepromatosa (LL)
lepromatosa (BL) (BB)
Tipe Makula, infiltrat difus, Makula, plak, papul Plak, lesi berbntuk
papul, nodus kubah, lesi
punched-out
Jumlah Banyak, distribusi luas, Banyak, tapi kulit sehat
praktis tidak ada kulit masih ada Beberapa, kulit
sehat sehat (+)
Distribusi Cenderung simetris
simetris asimetris
Permukaan Halus dan berkilap
Kering, skuama sedikit berkilap,
Halus dan berkilap beberapa lesi
Sensibilitas Sedikit berkurang kering
Tidak terganggu
BTA berkurang
Pada lesi kulit Banyak
Banyak (globi)
Pada hembusan Biasanya tidak ada agak banyak
hidung Banyak (globi)
tidak ada
Tes lepromin Negatif
Negatif
biasanya negatif,
dapat juga (±)
Tipe indeterminate (I)
Salah satu tipe Gambaran klinis:
lesi biasanya berupa makula
penyakit kusta hipopigmentasi dengan
yang tidak sedikit sisik dan kulit di
sekitarnya normal.
termasuk dalam Lokasi biasanya di bagian
klasifikasi Ridley- ekstensor ekstremitas,
bokong atau muka, kadang-
jopling tetapi kadang dapat ditemukan
makula hipestesi atau sedikit
diterima secara penebalan saraf.
luas oleh para ahli Diagnosis tipe ini hanya
dapat ditegakkan, bila
kusta. dengan pemeriksaan
histopatologik.
Klasifikasi lain
Kusta histoid Kusta tipe neural
variasi dari lesi tipe gambaran klinis yakni tidak
lepromatosa yang pertama ada dan tidak pernah adanya
kali dikemukakakn oleh lesi kulit, ada satu atau lebih
WADE pada tahun 1963, pembesaran saraf, adanya
anestesia dan atau paralisis,
gambaran klinis berbentuk
serta atrofi otot pada daerah
nodus yang berbeatas
yang disarafi, dengan hasil
tegas, dapat juga berbentuk
bakterioskopik negatif, dan
seperti plak, disertai hasil tes lepromin umumnya positif,
bakterioskopik positif tinggi, dan untuk menentukan tipe
yang umumnya timbul biasanya tipe tuberkuloid,
sebagai kasus relaps sensitif borderline atau nonspesifik,
atau resisten. harus dilakukan pemeriksaan
histopatologik saraf.
Tipe tuberkuloid (TT)
Tipe Borderline
Tuberculoid (BT)
Tipe borderline
lepromatous (BL)
tatalaksananya.
Penyakit kusta adalah penyakit yang disebabkan
infeksi bakteri M.leprae yang dapat menyebabkan
kelainan pada kulit, saraf serta bagian tubuh lain
termasuk mata dan otot. Adapun penyakit ini
dapat disertai dengan reaksi yang timbul
sebelum, bersamaan atau paling sering sesudah
pengobatan yang dapat memperburuk gejala dari
penyakit yang dialami jika tidak ditangani lebih
lanjut.
Prinsip terapi lepra adalah untuk menghentikan
infeksi, dengan obat antikusta, mencegah dan
mengobati reaksi dan mengurangi resiko
kerusakan saraf, mengobati komplikasi kerusakan
saraf (anestesia, trauma, kelumpuhan) serta
rehabilitasi pasien dari segi sosial dan psikologis.
Sistemik (Kusta)
Sistemik (Reaksi kusta)
Pencegahan Cacat (Depkes
RI, 2005)
Pemeliharaan kulit harian
1) cuci tangan dan kaki setiap malam sesudah bekerja dengan sedikit sabun (jangan
detergen)
2) Rendam kaki sekitar 20 menit dengan air dingin
3) kalau kulit sudah lembut. Gosok kaki dengan karet busa agar kulit kering terlepas.
4) kulit digosok dengan minyak.
5) secara teratur kulit diperiksa (adakah kemerahan, hot spot, nyeri, luka dan lain-lain)
Proteksi tangan dan kaki
1) Tangan :
a) pakai sarung tangan waktu bekerja
b) stop merokok
c) jangan sentuh gelas/barang panas secara langsung
d) lapisi gagang alat-alat rumah tangga dengan bahan lembut
2) Kaki
a) selalu pakai alas kaki
b) batasi jalan kaki, sedapatnya jarak dekat dan perlahan
c) meninggikan kaki bila berbaring
c) Latihan fisioterapi
Tujuan latihan adalah :
1) Cegah kontraktur
Senam Kusta
suatu gerakan badan yang berfokus pada olah gerak motorik saraf untuk membantu
mendeteksi kemunduran saraf pada penderita kusta itu sendiri, membantu latihan olah
gerak badan yang terganggu lebih lanjut, dan menjadi acuan perawatan diri untuk
mencegah cacat.
Komplikasi Kusta
gangguan saraf perifer (irreversibel)
biasanya pada tangan atau kaki, serta pada mata,
seperti keratitis, lesi camera oculi anterior, dan
sampai dengan kebutaan.
hilangnya kelemahan otot sampai kontraktur,
jaringan parut dan terbentuknya deformitas lain
disertai superinfeksi bakteri yang berulang dan
kelainan mati rasa
insufisiensi vena cikal bakal terbentuknya
ulkus dan dermatitis statis
terbentuknya jaringan parut
Prognosis Kusta
Penderita kusta tipe TT, atau tipe BT yang mengalami
reaksi upgrading ke TT, umumnya dapat sembuh
dengan sendirinya atau kadang bisa menjadi lebih
buruk dikarenakan adanya cedera saraf atau
superinfeksi bakteri akibat reaksi kusta.
Neuritis periferal dapat diredakan dengan pengobatan
kortikosteroid.
Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan
menjadi lebih sederhana dan lebih singkat, sehingga
prognosis menjadi lebih baik. Namun jika sudah
disertai dengan kontraktur dan ulkus kronik, maka
prognosis menjadi kurang baik.12
Daftar Pustaka
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine ed VIII.
McGraw-Hill Companies. United States; 2012.
2. Menaldi SLSW. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
3. CDC. Hansens's Disease (Leprosy), retrieved September, 26 2018 from
http://cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/hansen-a.htm.htm; February 11, 2004.
4. Daili, dkk.. Kusta. Jakarta: UI PRES; 1998
5. WHO. Elimination of Leprosy as a Public Health Problem. retrieved September 26, 2018 from
http://who.int.com/lep/stat2002/global02.htm; January 10, 2005.
6. Djuanda A, Menaldi SL, Wisesa TW, dan Ashadi LN. Kusta : diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
7. Graham R, Burns T. Lecture Notes Dermatologi. 8th Ed. Jakarta: Erlangga; 2005.
8. Leisinger KM. Leprosy in the year 2005: Impressive success with the treatment of a biblical disease. retrieved September 26,
2018 from http://novartisfoundatin.com/en/about/organization/board/klaus-leisinger.htm; 2005.
9. Djuanda, Edwin. Rahasia Kulit Anda. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1990.
10. Barrett. TL., Wells. MJ., Libow.L., Quirk.C., and Elston DM. Leprosy, retrieved September 29, 2018
from http://emedicine.com/derm/byname/leprosy.htm; April 10, 2002.
11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku Pedoman Program P2 Kusta Bagi Petugas
Puskesmas. Jakarta : Sub Direktorat Kusta & Frambusia; 2009.
12. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. 2nd ed. Jakarta: ECG; 2013.
13. Vanderborght PR, Matos HJ, Salles AM, Vasconcellos SE, Silva-Filho VF, Huizinga TWJ, et al. Single nucleotide polymorphism
(SNPs) at -238 and -308 positions in the TNFα promoter: Clinical and bacteriological evaluation in leprosy. Internat J Leprosy.
2004; 72,2: 143-8.
14. Haslett PAJ, Roche P, Butlin CR, MacDonald M. Effective treatment of erythema nodosum leprosum with thalidomide is
associated with immune stimulation. J Infect Dis. 2005; 192 (12): 2045-53.
15. Nadesul H. Bagaimana Kalau Terkena Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta; 1997.
16. Kakhawita IP, Walker SL, Lockwood DNJ. Leprosy type 1 reaction and erythema nodosum leprosum. AN Bras Dermatol. 2008;
83(1): 75-82.
17. Mohanty KK, Joshi B, Katoch K, Sengupta U. Leprosy reaction: Humoral and cellular immune responses to M. leprae 65kDa,
28kDa, and 18kDa antigens. Internat J Leprosy. 2004; 72,2: 149-58.