Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

Juli 2019
NUTRISI PADA PASIEN KRITIS

Oleh :
Novianti Alfina
Nim. 2018-84-071
Pembimbing:
dr. Ony W. Angkejaya, Sp.An
dr. fahmi maruapey, sp.an

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu Anastesi
Rumah Sakit Umum Daerah dr. M. Haulussy
Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Ambon
2019
Nutrisi pada Pasien Kritis
Menilai Status Nutrisi pada Pasien
Kebutuhan Energi Pasien
Dukungan Nutrisi pada Pasien
Makro dan Mikro Nutrien
Nutrisi Enteral dan Nutrisi Parenteral
Memulai Terapi Nutrisi
PENDAHULUAN
 Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada
kebanyakan pasien yang masuk ke rumah sakit.
 Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh
defisiensi asupan nutrien, gangguan metabolisme
nutrien, atau kelebihan nutrisi.
 Sebanyak 40% pasien dewasa menderita malnutrisi yang
cukup serius yang dijumpai pada saat mereka tiba di
rumah sakit dan 2/3 dari semua pasien mengalami
perburukan status nutrisi selama mereka dirawat di
rumah sakit
 Untuk pasien kritis yang dirawat di Intensive Care Unit
(ICU) sering kali menerima nutrisi yang tidak adekuat
Nutrisi pada pasien kritis
TUJUAN
Memberikan nutrisi pada pasien untuk mempertahankan
hidupnya dengan mempertimbangkan respon terhadap stress,
kebutuhan energi pada kondisi klinis tertentu.
PEMBAHASAN

BAGAIMANA CARA MELIHAT PASIEN


MALNUTRISI ATAU TIDAK
Menilai Status Nutrisi pada Pasien

Status nutrisi adalah fenomena multidimensional yang memerlukan


beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikator-indikator yang
berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti
1. Body Mass Index (BMI) BB menurun min. 10% di bawah rentang
ideal (SDKI, 2017)
2. Serum albumin  pasien kritis terjadi penurunan síntesa albumin
3. Prealbumin  level serum pre-albumin menjadi petunjuk yang lebih
cepat adanya suatu stres fisiologik dan sebagai indikator status
nutrisi.
4. Hemoglobin, magnesium dan fosfor.
Kebutuhan Energi Pasien
 Keseimbangan nitrogen dapat digunakan
untuk menegakkan keefektifan terapi nutrisi Kebutuhan energi sebesar 20-
 Nitrogen secara kontinyu terakumulasi dan
hilang melalui pertukaran yang bersifat
25 kkal/kgBB /hari
homeostatik pada jaringan protein tubuh direkomendasikan untuk
 Keseimbangan nitrogen dapat dihitung dengan
menggunakan formula yang pasien-pasien sakit kritis,
mempertimbangkan nitrogen urin 24 jam,
dalam bentuk nitrogen urea urin (urine urea
sejumlah data menunjukkan
nitrogen/UUN), dan nitrogen dari protein dalam bahwa pemberian kalori yang
makanan
lebih rendah (tidak melebihi
Keseimbangan Nitrogen = ((dietary protein/6,25)- 25 kkal/kgBB /hari) lebih
(UUN/0,8) + 4)
aman untuk pasien-pasien
sakit kritis.
Dukungan Nutrisi pada Pasien
O Resting Energy Expenditue (REE) harus dilakukan sebelum memberikan
nutrisi.
O REE adalah pengukuran jumlah energi yang dikeluarkan untuk
mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat dan 12 - 18 jam setelah
makan.
O REE sering juga disebut BMR (Basal Metabolic Rate), BER (Basal Energy
Requirement), atau BEE (Basal Energy Expenditure).
O Persamaan Harris-Bennedict (Basal Energy Expenditure) pada pasien hipermetabolik
harus ditambahkan faktor stres.
O Penelitian menunjukkan bahwa rumus perkiraan kebutuhan energi dengan menggunakan
prosedur ini cenderung berlebih dalam perhitungan energi expenditure pada pasien dengan
sakit kritis hingga 15%
O Sejumlah ahli menggunakan perumusan yang sederhana “Rule of Thumb” dalam menghitung
kebutuhan kalori, yaitu
25-30 kkal/kgbb/hari.

Pemberian protein yang adekuat penting untuk membantu proses penyembuhan


luka, sintesis protein, sel kekebalan aktif, Disamping itu serum glukosa dijaga
antara 100 – 200 mg/dL.
RUMUS BEE (Basal Energy Expenditure)

Laki-laki
66 + (13,7xBB) + (5xTB) - (6,8xU)

Perempuan
655 + (9,6xBB) + (1,8xTB) - (4,7xU)

Ket.
BB : Berat badan dalam kg
TB : Tinggi badan dalam cm
U : Usia
RUMUS DENGAN FAKTOR STRES PASIEN KRITIS
O (Perkiraan BEE + % luas permukaan tubuh yang terbakar)
O Koreksi kebutuhan energy (kkal/hari) = BEE x faktor stres

FAKTOR STRES
Koreksi terhadap perhitungan kebutuhan energi derajat hipermetabolisme:
• Postoperasi (tanpa komplikasi) = 1,00 – 1,30
• Kanker = 1,10 – 1,30
• Peritonitis / sepsis = 1,20 – 1,40
• Sindroma kegagalan organ multiple = 1,20 – 1,40
• Luka bakar = 1,20 – 2,00
Contoh Soal.
Seorang pasien inisial Tn. A usia 45 tahun dengan BB : 50 kg dan TB : 170 cm
dirawat di ICU dan kritis dengan kasus sepsis, berapakah jumlah kalori yang
dibutuhkan perharinya oleh Tn.A?
O Dik. BB : 50 kg TB : 170 cm U : 45 thn
Sepsis : 1,40
O Dit. Kalori/hari
O Dij. Rumus BMR laki-laki
= 66 + (13,7xBB) + (5xTB) - (6,8xU)
= 66 + (13,7x50) + (5x170) – (6,8x45)
= 66 + 685 + 850 – 306
= 751 + 850 – 306
= 1601 – 306
= 1295 kalori/hari
O Koreksi kebutuhan energy (kkal/hari) = BEE x faktor stres
= 1295 x 1,40
= 1813 kkal/kg/BB/hari
1
MAKRONUTRIEN
1. Karbohidrat
O Setiap gram karbohidrat menghasilkan Glikogenesis
kurang lebih 4 kalori. Asupan Lipogenesis
karbohidrat di dalam diet sebaiknya Glikogenolisis
berkisar 50% – 60% dari kebutuhan
kalori. Kecepatan pemberian glukosa Glukoneogenesis
pada pasien dewasa maksimal 5
mg/kgbb/menit.
3. Protein
O Pemberian protein dapat mencapai 8-
2. Lemak 15% dari total kebutuhan. Satu gram
lemak menghasilkan 4 kalori.
O Pemberian lemak dapat mencapai O Kebutuhan protein pada pasien sakit
30% – 50% dari total kebutuhan. kritis dewasa kurang lebih 1,5
Satu gram lemak menghasilkan 9 g/kgBB/hari.
kalori.
2 MIKRONUTRIEN
O Pasien sakit kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1 (tiamin), B3 (niasin), B6
(piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam folat yang lebih banyak
dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya.
NUTRISI ENTERAL

O Nutrisi enteral dipilih jika pasien tidak dapat


atau tidak boleh makan, asupan tidak memadai
atau tidak dapat diandalkan, pasien mengalami
gangguan saluran pencernaan fungsional, dan
akses dapat dicapai dengan aman.
NUTRISI ENTERAL
NASOGASTRIK
O Selang nasogastrik. pemberian makan gastric melalui selang nasogastrik sangat
tepat bagi pasien yang mengalami refles batuk dan muntah yang utuh dan
pengosongan lambung yang adekuat.
NASODUODENAL
NASOJEJUNAL
O Selang nasoduodenal dan selang
nasojejunal dianggap lebih cocok untuk
penggunaan jangka panjang
dibandingkan dengan selang nasogastrik.
O Selang nasoduodenal dan selang
nasojejunal dimasukan kedalam lambung,
melewati pilorulus dan masuk ke dalam
usus halus, biasanya pada sepertiga
bagian duodenum melewati ligament
Treitz.
Cara Pemberian Makan
Nutrisi Enteral
1. Pemberian Bolus
2. Pemberian Makan Intermiten
3. Pemberian Makan Kontinu
4. Pemberian Makan Siklik
Komplikasi
Pemberian Nutrisi Enteral
O Komplikasi gastrointestinal
O Komplikasi mekanis
O Komplikasi metabolik
O Komplikasi infeksi
NUTRISI ENTERAL
Keuntungan Kerugian
1. Fisiologis 1. Membutuhkan waktu untuk mencapai
2. Menyediakan fungsi kekebalan sokongan yang utuh
3. Menyediakan fungsi pertahanan usus 2. Tergantung fungsi saluran cerna
4. Tidak mahal dibandingkan TPN 3. Kontraindikasi pada obstruksi intestinal
5. Meningkatkan aliran splanchnic yang 4. Ketidakstabilan hemodinamik: output tinggi
melindungi dari cedera iskemik atau pada fistula enterokutaneus, diare berat
reperfusi
NUTRISI PARENTERAL
O Nutrisi parenteral diindikasikan jika nutrisi oral dan enteral
tidak memungkinkan atau jika absorpsi atau fungsi saluran
pencernaan tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
NUTRISI PARENTERAL
O Ada dua jenis nutrisi parenteral (IV) sentral dan perifer.
1. Nutrisi parenteral sentral, juga dikenal dengan nutrisi
parenteral total (TPN), diinfusikan melalui vena sentral
besar. TPN kadang disebut hiperalimentasi atau “hiperal”.
2. Nutrisi parenteral perifer (PPN) dapat diinfusikan kedalam
vena perifer yang ebih kecil menurut konsentrasi
osmolaritas yang rendah.
Komplikasi Nutrisi Parenteral
1. Komplikasi gastrointestinal
2. Komplikasi mekanis
3. Komplikasi metabolik
a. Hiperglikemi
b. Refeeding Syndrome
4. Komplikasi Infeksius
NUTRISI PARENTERAL
Keuntungan Kerugian
1. Tersedia apabila rute enteral 1. Berhubungan dengan atropi jaringan
merupakan kontraindikasi limfoid sistem digestif
2. Dapat meningkatkan asupan bila oral 2. Morbiditas septik yang meningkat
tidak adekuat penuh kurang dari 24 3. Memberikan dukungan tumbuhnya
jam bakteri
3. Sedikit kontraindikasi 4. Translokasi mikroorganisme pada
sirkulasi portal
O Nutrisi pada Keadaan Trauma
O Nutrisi pada Pasien Sepsis
O Nutrisi pada Penyakit Ginjal Akut (Acute Renal Failure)
O Nutrisi pada Pankreatitis Akut
O Nutrisi pada Penyakit Hati
KESIMPULAN
 Kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis tergantung dari
tingkat keparahan cedera atau penyakitnya, dan status
nutrisi sebelumnya
 Pemberian nutrisi pada kondisi sakit kritis bisa menjamin
kecukupan energi dan nitrogen
 Pada pasien sakit kritis tujuan pemberian nutrisi adalah
menunjang metabolik, bukan untuk pemenuhan kebutuhan
 Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi kritis
adalah meminimalkan keseimbangan negatif kalori dan
protein dan kehilangan protein

Anda mungkin juga menyukai