Anda di halaman 1dari 54

PEMERIKSAAN FISIK THT

KOAS THT RSUD TARAKAN


PERIODE 26 NOVEMBER 2018 – 29 DESEMBER 2018
PEMERIKSAAN HIDUNG
Dorsum Nasi

Terdiri atas:
1. Bagian yang keras:
Os nasalis kanan/kiri, pros. frontalis osis maksila

2. Bagian yang lunak:


Kartilago lateralis dan kartilago alaris
Septum Nasi

Septum nasi menopang dorsum nasi dan membagi 2 kavum nasi


Terdiri atas 2 bagian:

1. Bagian posterior, terdiri atas tulang:


lamina perpendikularis os ethmoidais, vomer

2. Bagian anterior, terdiri atas tulang rawan:


kartilago quadrangularis
Kavum Nasi
Batas-batas

Medial: Septum nasi


Lateral: Konka superior, medius, inferior
dan Meatus superior, medius, inferior
Anterior: Introitus kavum nasi (nares)
Posterior: Koane
Superior: Lamina kribosa
Inferior: Palatum durum
Sinus Paranasalis
Pendarahan Hidung
Bagian atas rongga hidung → a. etmoid anterior dan posterior (cabang a. oftalmika dari a. karotis interna)

Bagian bawah rongga hidung → cabang a. maksilaris interna

Bagian depan septum → anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis
superior dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach (Little's area).

Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. oftalmika yang berhubungan dengan sinus
kavernosus.

Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran
infeksi sampai ke intrakranial.
Persarafan Hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung → n. etmoidalis anterior (cabang n.nasosiliaris,
yang berasal dari n.oftalmikus [n.V-1]).
Rongga hidung lainnya, sebagian besar → n. maksila (melalui ganglion sfenopalatina).
Fungsi penghidu, berasal dari n. olfaktorius.
Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal
1.Fungsi respirasi → mengatur kondisi udara, penyaring udara, humidifikasi,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologi lokal.
2.Fungsi penghidu → karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk
menampung stimulus penghidu.
3.Fungsi fonetik → resonansi suara, membantu proses bicara, mencegah hantaran
suara sendiri melalui konduksi tulang.
4.Fungsi statik dan mekanik → meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma,
dan pelindung panas.
5.Refleks nasal → Iritasi mukosa hidung: refleks bersin & napas berhenti. Rangsang
bau: sekresi kelenjar liur, pankreas dan lambung.
Keluhan Utama penyakit atau kelainan di hidung umumnya :
1) Sumbatan Hidung :
-Apakah keluhan ini terus menerus atau hilang timbul ?
-Pada satu lubang atau kedua lubang atau bergantian ?
- Lamanya ? Terus menerus atau intermiten? Bagaimana terjadinya ? Usia
saat kejadian ?
-Ada riwayat sebelumnya kontak dengan bahan bahan alergen ?
-Apakah mulut dan tenggorokan merasa kering ?
-Riwayat trauma hidung ?
-Riwayat operasi hidung atau THT ?
2) Sekret :
-Pada kedua rongga hidung atau satu ?
- Lamanya ? Terus menerus atau intermiten? Bagaimana terjadinya
? Usia saat kejadian ?
-Bagaimana konsistensi sekretnya ? Encer, bening seperti air, kental,
nanah atau bercampur darah.
-Apakah sekret ini keluarnya pada pagi hari atau pada waktu
tertentu ?
3) Bersin :
- Apakah terjadi bersin yang berulang-ulang ?
- Bagaimana bisa terjadi bersin, apakah menghirup sesuatu atau
alergi sesuatu ?
- Kapan terjadinya, sejak kapan, berapa lama dan saat apa saja ?
4) Rasa nyeri di daerah muka dan kepala :
-Apakah ada rasa nyeri di daerah dahi, pangkal hidung,
pipi dan tengah-tengah kepala ?
-Jika kepala ditundukkan rasa nyerinya makin sakit tidak ?
-Rasa nyeri ini timbul berapa lama, ketika apa, sejak kapan ?
5) Perdarahan :
-Perdarahan asalnya dari satu rongga hidung atau kedua
rongga hidung ?
-Sudah berapa kali perdarahan, sejak kapan, ketika apa dan
apakah dapat dihentikan perdarahannya dengan memencet
hidung saja ?
-Adakah riwayat trauma hidung/muka sebelumnya ?
-Adakah riwayat penyakit kelainan darah, hipertensi atau
pemakaian obat-obat anti koagulan ?
6) Gangguan penghidu :
-Adakah riwayat infeksi hidung sebelumnya ?
-Adakah riwayat infeksi sinus / sinusitis ?
-Adakaha riwayat trauma kepala ?
-Sudah berapa lama, sejak kapan ?
-Gangguan penciuman apakah sebagian atau keseluruhan kehilangan fungsi ini ?
1) Bentuk Luar hidung
2) Rinoskopi Anterior (memeriksa rongga hidung bagian
dalam dari depan)
3) Rinoskopi Posterior (melihat bagian belakang hidung)
4) Pemeriksaan Transiluminasi
PEMERIKSAAN HIDUNG DARI LUAR
Inspeksi Palpasi Perkusi
1. Kerangka dorsum nasi: 1. Dorsum nasi: krepitasi, 1. Bila palpasi menimbulkan
1. Lebar (polip nasi) deformitas (fraktur) reaksi yang hebat maka dapat
2. Miring (fraktur) 2. Ala nasi: sangat sakit pada diganti dengan perkusi
3. Saddle nose pada Lues furunkel vestibulum nasi
4. Lorgnet nose pada abses 3. Regio sinus Frontalis: menekan
septum nasi lantai sinus frontalis, dengan
2. Luka-luka, warna udem, ulkus ibu jari tekan ke arah mediao-
naso-labial superior, dengan tenaga yang
3. Bibir atas: maserasi akibat optimal dan simetris
sekresi dari sinusitis, 4. Sinus maksilaris: syarat-syarat
adenoiditis seperti di atas
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK
PEMERIKSAAN THT
Alat
headlamp
Spekulum hidung
Pinset – bayonet
Pipa penghisap

Cara pemakaian spekulum


Memegang spekulum dengan tangan kiri. Posisi spekulum horizontal, tangkai lateral, mulutnya
medial
Memasukan spekulum. Mulut spekulum dalam keadaan tertutup, masukkan ke dalam kavum nasi
dan mulut spekulum dibuka pelan-pelan
Mengeluarkan spekulum. Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan.
HIDUNG
1. Bentuk
2. Tanda Peradangan
3. Daerah Sinus Frontalis dan Maxillaris
4. Vestibullum
5. Cavum Nasi
6. Konka Inferior
7. Meatus Nasi Inferior
8. Konka Medius
9. Meatus Nasi Medius
10. Septum Nasi
BENTUK

Normal
Saddle nose
Hump nose
Agenesis hidung
Hidung bifida
BENTUK

Atresia nares anterior


Neoplasma
- Basalioma
- Hemangioma
- Rhinophyma
TANDA PERADANGAN
Kalor
Rubor
Dolor
Functio laesa
Tumor
DAERAH SINUS FRONTALIS DAN MAXILLARIS

Nyeri tekan
Nyeri ketuk
Krepitasi
VESTIBULUM
Bulu hidung
Laserasi
Sekret
Krusta
Radang
Furunkel
CAVUM NASI
Lapang
Mukosa pucat
Mukosa hiperemis
Telangiektasis herediter
Sekret
Krusta
Massa
Benda asing
KONKA INFERIOR
Edema
Hiperemis
Mukosa pucat
Hipertrofi
MEATUS NASI INFERIOR
Sekret
Edema
Hiperemis
Mukosa pucat
KONKA MEDIUS

Edema
Hiperemis
Mukosa pucat
Hipertrofi
Konka bulosa
MEATUS NASI MEDIUS

Sekret
Edema
Hiperemis
Mukosa pucat
Polip
SEPTUM NASI

Deviasi
Spina
SEPTUM NASI

Hematoma
Abses
RINOSKOPI ANTERIOR
Bentuk : normal/tdk, deformitas +/-
Tanda peradangan : hiperemis +/-, edema +/-, nyeri +/-
Sinus frontalis & maxillaris : nyeri tekan +/-, nyeri ketuk +/-
Vestibulum : bulu hidung +/-, sekret +/-, krusta +/-, furunkel +/-, laserasi +/-
Cavum nasi : lapang/sempit, sekret +/-, massa+/-
Konka inferior : eutrofi/hipertrofi/atrofi, hiperemis +/-
Meatus nasi inferior : terbuka/tertutup, sekret +/-
Konka medius : eutrofi/hipertrofi/atrofi, hiperemis +/-
Meatus nasi medius : terbuka/tertutup, sekret +/-
Septum nasi : deviasi +/-, edema +/-
Prinsip pemeriksaan:
Menyinari koana dan dinding-dinding nasal dengan cahaya yang
dipantulkan oleh suatu cermin yang ditempatkan dalam nasofaring
Syarat:
Harus ada tempat yang cukup luas buat menempatkan kaca. Untuk
itu maka lidah tetap dalam mulut dan ditekan ke bawah dengan
spatel
Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring agar cahaya yang
dipantulkan oleh cermin, dapat masuk ke nasofaring
Alat:
Cermin yang kecil, spatula penekan lidah, lampu spiritus
Solusio tetrakain 1%
Pada penderita yang sangat sensitif pemeriksaan baru dapat dimulai 5 menit setelah ke dalam faring
diberikan tetrakain 1% (3-4x). Spatula dipegang dengan tangan kiri, cermin dengan tangan kanan

Pegang cermin dengan tangan kanan. Punggung cermin dipanasi pada lampu spiritus. Temperatur cermin
dicek dengan menyentuhkan pada punggung tangan kiri (<37 ⁰C). Tangkai cermin dipegang seperti
memgang pensil dan cermin diarahkan ke atas

Mulut dibuka lebar. Lidah ditarik ke dalam mulut, tak boleh digerakkan. Penderita disuruh bernapas dari
hidung.
◦ Ujung spatula diletakkan pada punggung lidah, di muka uvula. Lidah ditekan ke bawah, hingga
diperoleh tempat yang cukup luas untuk menempatkan cermin. Karena median ada uvula, maka
tempat yang cukup luas itu lebih cepat diperoleh bila lidah ditekan di paramedial kanan dari penderita
◦ Masukkan cermin ke dalam faring antara faring dan palatum mole kanan
◦ Cermin disinari
RINOSKOPI POSTERIOR
Koana : sekret +/-, massa +/-
Septum nasi posterior : deviasi +/-
Muara tuba eustachius : terbuka/tertutup,hiperemis +/-, sekret +/-, edema +/-
Torus tubarius : hiperemis+/-, datar/menojol
Fossa Rosenmuller : cekung +/-
Post nasal drip +/-
KOANA
Atresia koana
Polip koana
Transnasal nasofaring menggunakan endoskopi 70 derajat (
menghadap keatas ) yang akan menunjukkan polip pada koana.

◦ Keterangan :
P  Polip koana
TT  Torus tubarius
Panah  Fossa Rosenmüller
#  Atap nasofaring
R  Kanan
L  Kiri
SEPTUM NASI POSTERIOR

Septal Hemagioma
TUBA EUSTAHIUS
Manuver Toynbee : Memijit hidung dan menelan
Manuver Valsalva : Memijit hidung dan menutup mulut sambil menghembus kuat
lewat hidung
TORUS TUBARIUS
Hiperplasia lymphoid ringan yang mengenai nasofaring dan torus tubarius secara bilateral
Fossa Rosenmuller
Merupakan alur yang terletak di belakang torus tubarius atau lipatan di kedua
sisi nasofaring. Pembentukan ca nasofaring biasanya dimulai dengan rasa
penuh disini, dan akhirnya menjadi tumor yang jelas dengan atau tanpa
ulserasi.

Panah menunjukkan tuba eustaci yang terbuka


POST NASAL DRIP
Sekret
Warna
Bau
Sinus frontalis
Sinus maxillaris
Dikerjakan dalam kamar gelap
Alat:
Lampu listrik bertangkai panjang

Sinus Frontalis:
Lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis
Lampu ditekankan ke arah media-superior
Cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri

Bila sinus normal, maka dinding depan akan kelihatan terang


Sinus maksilaris
Mulut dibuka
Ke dalam mulut dimasukkan lampu yang telah diselubungi tabung gelas
Mulut ditutup rapat
Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup dengan tangan kiri
Pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan di bawah orbita terlihat bayangan terang
berbentuk seperti bulan sabit

Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara kiri dan kanan
Bila kedua sinus terang:
Pada pria : sinus normal
Pada wanita : sinus normal/kedua terisi cairan (karena tulang tipis)

Bila sama gelap


Pada pria : sinus normal (karena tulang tebal)

Anda mungkin juga menyukai