Anda di halaman 1dari 54

Glaukoma

Pembimbing:

dr. Agah Gadjali, SpM


dr. Gartati Ismail, SpM
dr. Henry A Wibowo, SpM
dr. H. Hermansyah, SpM
dr. Mustafa K Shahab, SpM
dr. Susan Sri Anggraini, Sp.M

Naufal Kamal Yurnadi


1102014189
Status
Pasien
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 5 Maret 1953
Umur : 69 tahun
Jenis kelamin : Laki -laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Status : Menikah
Pendidikan : SMA 201
Pekerjaan : Polisi 9
Alamat : Jl. Sumur Jambu II RT 07/05 No. 5
Kel. Makassar, Kec. Makassar, Jak-Tim
Tanggal Pemeriksaan : 29 Juni 2019
Anamnesa
Keluhan Utama :
Mata kiri-kanan buram sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. S datang ke Poliklinik Mata RS POLRI dengan
keluhan penglihatan mata semakin buram sejak
kurang lebih 2 bulan yang lalu. Saat pertama kali
keluhan terjadi pasien mengeluhkan kedua mata
kabur dan sakit namun tidak disertai mata
merah. Riwayat pengelihatan seperti melihat
kabut disangkal.

Tekanan intra okuler pasien masing –masing


mencapai 15,6 mmHg dan 21,9 mmHg dan
didiagnosis oleh dokter dengan suspek Glaukoma
Kronik setelah dilakukan pemeriksaan slit lamp &
funduskopi.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat penyakit hipertensi disangkal
o Riwayat menggunakan kacamata (+) Presbiopi S + 3.00
ODS
o Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain
disangkal
o Riwayat asma, alergi obat, alergi makanan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
oRiwayat keluarga dengan penyakit yang sama disangkal

oRiwayat keluarga DM (+)


Pemeriksaan
Fisik
Status Generalis

Keadaan Umum
Baik, kompos mentis (GCS: E4V5M6)

Tanda vital
Tekanan darah : 120/85 mmHg
Nadi : 88 kali / menit
Respirasi : 16 kali / menit
Suhu : Afebris
Resume
Pasien laki - laki berusia 69 tahun datang ke Poliklinik Mata RS
POLRI, Tn. S datang ke Poliklinik Mata RS POLRI dengan
keluhan penglihatan mata semakin buram sejak 2 bulan yang
lalu. Saat pertama kali serangan pasien mengeluhkan kedua
mata kabur dan mata tidak merah.
Tekanan intra Okuler pasien mencapai 21,9 mmHg dan
didiagnosis suspek Glaukoma Kronik Sudut Terbuka setelah
dilakukan pemeriksaan funduskopi, slit lamp, serta tekanan
intra okuler.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda vital dalam
keadaan batas normal (tekanan darah 120 / 85 mmHg, nadi 88
x / menit, laju nafas 16 x / menit, dan suhu afebris).

Pasien memiliki penyakit diabetes metabolik tipe II sejak 5


bulan yang lalu, dan mengaku tidak memiliki kerabat atau
keluarga yang memiliki penyakit atau keluhan yang sama
seperti yang pasien alami saat ini pada keluarga pasien.
Diagnosa Kerja :
Susp. Glaukoma Kronis

Diagnosa Banding :
Uveitis
Retinopati
Katarak
Penatalaksanaan
Initial Planning
o Diagnostik
•Funduskopi untuk melihat bagian posterior mata
pasien
•Pemeriksaan Kampimetri/Perimetri

oTerapi
Glaucon tablet 3x1
Aspartan 1 x 1
C.Timolol 0,5 % eye drop 1x1 ODS
C.Polynel eye drop 4x1

Kontrol poli mata dalam 3 hari


Pemeriksaan Penunjang

Saran :
oPemeriksaan Gonioskopi
oPemeriksaan Lapang Pandang Kampimetri/
Perimetri

Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad Cosmetican : dubia ad bonam
o Monitor
Monitor TIO pasien dalam kontrol ulang 3 hari kedepan
Monitor penyakit DM apakah terkontrol atau tidak
Pemeriksaan funduskopi ulang

o Edukasi
•Menjelaskan tentang penyakit pasien, faktor resiko,
pengobatan dan rencana terapi pilihan
•Menjelaskan tentang tindakan operasi yang dapat
dilakukan
Follow up
S : Mata dirasakan masih sedikit kabur
O: TIO : OD 8/7.5 = 15.6 mmHg
OS 9/7.5 = 13.1 mmHg
TIO Palpasi digital : ODS = N/P
Lapang pandang dalam batas normal
Visus OD = 6/8.5 OS= 6/6

A: Susp. Glaukoma Kronis Sudut Terbuka


dd/ Hipertensi Okuli / Normotension Glaucom

P: C. Polynel 3 X 1
C. Timolol O,5 % 1 X 1
Glaucon Tablet 3 X 1
Kontrol rutin
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad Cosmetican : dubia ad bonam
Tinjauan
Pustaka
Anatomi
Glaukoma
Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang
berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan
warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan
meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf
optik, dan menciutnya lapang pandang.
Definisi

Tekanan bola mata pada glaukoma tidak


berhubungan dengan tekanan darah. Tekanan bola
mata yang tinggi akan mengakibatkan gangguan
pembuluh darah retina sehingga mengganggu
metabolisme retina, yang kemudian di susul dengan
kematian saraf mata.

Pada kerusakan serat saraf retina akan


mengakibatkan gangguan pada fungsi retina. Bila
proses berjalan terus, maka lama-kelamaan
penderita akan buta total.
Epidemiologi

Di Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total


populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma
telah berusia lanjut. Pada usia diatas 50 tahun,
tingkat resiko menderitaglaukoma meningkat sekitar
10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit
tersebut.
Etiologi

1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan


siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di
daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
(glaukoma hambatan pupil).
3. Penyakit keturunan.
4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau
kelainan dalam mata (glaukoma sekunder).
5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di
tubuh.
6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.
Patofisiologi

 Peningkatan TIO dipengaruhi oleh perjalanan


waktu dan besar peningkatan

oGlaukoma sudut tertutup (TIO 60-80mmHg) 


kerusakan sistemik pada iris  udem kornea 
rusak nervus optik

oGlaukoma sudut terbuka (TIO 30mmHg) 


Kerusakan sel ganglion terjadi pada waktu yang
lama

oGlaukoma Tekanan normal  TIO normal 


kerusakan iskemia caput nervus optikus
Patofisiologi
Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi
oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan
tekanan intraokular.
Klasifikasi

Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma primer
o Glaukoma primer sudut tertutup (sempit)
Fase prodormal
Fase akut
o Glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma
kronis)
Glaukoma sekunder
Glaukoma kongenital
Glaukoma Absolut
Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup adalah glaukoma primer yang ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, bersifat bilateral dan
herediter.

sudut tertutup << ruang anterior secara anatomis menyempit


>> iris terdorong ke depan >> menempel ke jaringan trabekular
>> menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.

Pergerakan iris ke depan << dikarenakan peningkatan tekanan


vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua.

Gejala yang timbul :


• nyeri mata yang berat,
• penglihatan yang kabur
• terlihat halo
Glaukoma sudut terbuka

o Jaringan trabekulum tertutup


oleh iris >> hambatan pada
glaukoma sudut terbuka
terletak di dalam jaringan
trabekulum sendiri.

o Akuos humor dengan leluasa


mencapai lubang-lubang
trabekulum, tetapi sampai di
dalam terbentur celah-celah
trabekulum yang sempit hingga
akuos humor tidak dapat keluar
dari bola mata dengan bebas.
Glaukoma sudut terbuka
o Sudut terbuka << humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular.

o Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif


jaringan trabekular, saluran schlemm, dan saluran
yang berdekatan.

o Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma


yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai
dengan sudut bilik mata depan yang terbuka.
Kebanyakan ditemukan pada penderita umur 40
tahun ke atas.
Glaukoma sudut terbuka

progresif dengan merusak papil


Tidak memberikan Gejala
saraf optik (ekskavasi)

Diagnosis

• Tidak memberikan Gejala


• Setelah tonometri rutin
• TIO tidak begitu tinggi
• Funduskopi ekskavasi apabila glaukoma sudah
berlangsung lama
• Defek lapang pandang >> skotoma prasentral
Glaukoma Sekunder
• Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang diketahui
penyebab yang menimbulkannya.
• Peningkatan TIO >> manifestasi dari penyakit mata lain
• yang dapat disebabkan:
Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital (glaukoma infantil) (buftalmos), adalah
glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh
jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan
kongenital.
Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang
menutupi sudut bilik mata pada saat perkembangan bola mata,
kelainan pembentukan kanal schlemm dan saluran keluar cairan
mata yang tidak sempurna terbentuk.
• Glaukoma Koengenital Primer
- Kelainan perkembangan terbatas pada sudut COA
• Anomali perkembangan segmen anterior
- Syndrom Axendeld-Reger
- Anomali peters
- Keduanya disertai kelainan iris dan kornea
Glaukoma Absolut
o Stadium akhir glaukoma,
o Terjadi kebutaan total
o Kornea terlihat keruh,
o Bilik mata dangkal,
o Papil atrofi
o Mata keras seperti batu
o Rasa sakit.
o Penyumbatan pembuluh darah >> neovaskularisasi pada iris >>
rasa sakit sekali >> glaukoma hemoragik.
Diagnosa
• Keluhan utama
• Nyeri pada mata
• Nyeri kepala
• Pandangankabur
• Penyempitan lapangan pandang
• Halo
Anamnesa • Hiperemis
• (Glaukoma Kronik sering kali tanpa gejala)
• RPD, dan alergi

• Tonometri Palpasi
• Tonometer Schiotz
• Funduskopi
Pemeriksaan • Tonografi
Fisik • Gonioskopi
o Tonometer Palpasi
interpretasikan >>
T.N yang berarti tekanan normal,
T n+1 untuk tekanan yang agak tinggi,
T n-1 untuk tekanan yang agak rendah.

o Tonometer Schiotz
Funduskopi
• Funduskopi
Oftalmoskopi
• Contoh Interpretasi :
• Papil : Batas Tegas,
• C/D ratio 09 : 1
• Cupping (+) nasalisasi (+),
temporal rim menghilang,
• A/V 2/3
GONIOSKOPI
• Gonioskopi >> menilai lebar sempitnya sudut
bilik mata depan.
• Gonioskopi dapat membedakan jenis glaukoma
• perlekatan iris bagian perifer kedepan
(peripheral anterior sinechiae)

5 area spesifik pemeriksaan Gonioskopi

• Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.


• Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat
• Sclera spur, biasanya tampak sebagai garis putih
prominen di alas pita badan shier.
• Trabekulum meshwork
• Garis Schwalbe
Perimetry

Pada stadium awal >> penderita tidak akan menyadari adanya kerusakan
lapang pandang (tidak mempengaruhi ketajaman penglihatan sentral)
Pada tahap yang sudah lanjut, seluruh lapangan
pandang rusak dengan tajam penglihatan sentral masih normal sehingga
penderita seolah-olah melihat melalui suatu teropong (tunnel vision).
Tatalaksana
• Prinsip  mengurangi produksi humor akuos
dan meningkatkan sekresi dari humor akuos
sehingga dapat menurunkan tekanan
intraokuler.
Glaukoma akut

• Miotik >> pilokarpin 2-4% tetes mata yang diteteskan


tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1
tetes tiap jam sampai 6 jam.
• Carbonic anhidrase inhibitor >> tablet asetozolamid 250
mg, 2 tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1
tablet sampai 24 jam.
• Obat hiperosmotik >> gliserin 50% yang diberikan oral.
Dosis 1-1,5 gram/kg BB (0,7-1,5 cc/ Kg BB).
• Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan
mengecilkan pupil.
Glaukoma akut
Iridektomi Perifer
• Indikasi: fase prodromal, (baru saja terjadi
dan mata sebelahnya yang masih sehat)
• Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di
bagian perifer iris > untuk menghindari
Glaukoma akut
hambatan pupil. Iridektomi ini biasanya
dibuat di sisi temporal atas.

Pembedahan Filtrasi
– Indikasi : fase akut (kongestif)
– Trepanasi Elliot
– Trabekulektomi
Glaukoma Kronis
o Miotik :
• Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali 1 tetes sehari  meningkatkan pengeluaran
air mata –outflow
• Eserin ¼-1 %, 3-6 kali 1 tetes sehari  meningkatkan pengeluaran air
mata –outflow
o Simpatomimetik
• Epinefrin 0,5-2%, 1-2 kali 1 tetes sehari  menghambat produksi
humor aquos
 Beta –blocker
 Timolol maleate 0,25-0,50%, 1-2 kali tetes sehari  menghambat
produksi humor aquos
 Carbonic anhidrase inhibitor
 Asetazolamid 250 mg, 4 x 1 tablet (menghambat produksi humor
aquos)
Pembedahan
Tindakan operasi dilakukan berdasarkan indikasi yaitu :
• Tekanan intraokuler tidak dapat dipertahankan di bwah 22
mmHg
• Lapangan pandang terus mengecil
• Tidak mampu lagi untuk beli obat
• Tidak tersedia obat-obat yang diperlukan
Laser Trabeculoplasty
Prognosis
• Tanpa pengobatan  kebutaan total.
• Apabila obat tetes anti glaukoma dapat
mengontrol tekanan intraokular pada mata
yang belum mengalami kerusakan
glaukomatosa luas  prognosis baik
Thank You

Anda mungkin juga menyukai