Anda di halaman 1dari 70

ASSALAMU’ALAIKUM

WR WB
KELOMPOK 4
• DEWI APRILIANI
• TRIA OKTAVIANA RAHAJENG
• NURUL ABIBAH
• SAHRUL HARDIYANTO
• ARFI NUR ‘AFIFAH
CA MAMMAE
Pengertian Ca Mammae
• Kanker payudara merupakan tumor ganas yang
berasal dari sel-sel payudara. Kanker payudara dapat
berasal dari sel kelenjar penghasil susu (lobular),
saluran kelenjar dari lobular ke puting payudara
(duktus), dan jaringan penunjang payudara yang
mengelilingi lobular, duktus, pembuluh darah dan
pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit payudara
(American Cancer Society, 2014).
Etiologi
• Jenis kelamin • Obesitas
• Usia menarche • Konsumsi lemak
• Menopause • Radiasi
• Tidak Menyusui • Riwayat
keluarga
• Faktor reproduksi • Faktor Genetik
• Penggunaan hormone
• Umur
• Penyakit fibrokistik
Klasifikasi
1. Klasifikasi Patologik
a) Paget’s disease
merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya sebagai
eksema
menahun putting susu, yang biasanya merah dan menebal.
b) Kanker duktus laktiferus
Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan intraductal, sering
dengan
nekrosis sentral sehingga pada permukaan potongan terlihat seperti terisi kelenjar,
jarang sekali comedo carcinoma hanya pada saluran saja biasanya akan
mengadakan
infiltrasi kesekitarnya menjadi infiltrating comedo carcinoma.
c) Adeno carcinoma
d) Medullary carcinoma
Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar mammae, biasanya tidak seberapa
keras, dan kadang-kadang disertai kista dan mempunyai kapsul.
e) Kanker dari Lobulus
Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan lobulus yang membesar.
Menurut Price & Lorraine (2006), pada sistim TNM dinilai tiga faktor utama yaitu "T" yaitu Tumor size
atau ukuran tumor, "N" yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu Metastase atau
penyebaran jauh. Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:

• T (Tumor size), ukuran tumor:


• T 0: tidak ditemukan tumor primer
• T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
• T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
• T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
• T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya
, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di
luar tumor utama
•N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB):
• N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di
ketiak/aksilla
• N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat
digerakkan
• N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
• N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka
(supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat
tulang sternum
•M (Metastase), penyebaran jauh:
• M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
• M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
• M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T,N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
• Stadium 0 : T0 N0 M0
• Stadium I : T1 N0 M0
• Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
• Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
• Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
• Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
• Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1
Insiden
• Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar
11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono,
2003). Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus
baru ditemukan diberbagai negara berkembang
dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal
karena penyakit ini. Demikian pula di Bali, kini
jumlah kasusnya meningkat dan menempati
urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks
dan cenderung bergeser ke arah yang lebih muda.
Patofisiologi
• Kanker payudara yang invasif disebabkan oleh pertumbuhan selsel
epitel payudara yang berlebih dan tidak terkendali (Stopeck et al, 2015).
Proliferasi sel yang berlebih ini dapat disebabkan oleh mutasi gen, tidak
aktifnya gen supresor tumor, gangguan apoptosis, dan gangguan
perbaikan DNA sehingga terjadi aktivasi onkogen yang pada akhirnya
menjadi sel kanker yang invasif. Selain itu, reseptor estrogen dan
progesteron yang berada di inti sel yang terdapat pada beberapa kanker
payudara dapat mendorong replikasi DNA, pembelahan sel dan
pertumbuhan sel kanker ketika hormon yang sesuai berikatan pada
reseptor tersebut (Kosir, 2013).
• Pertumbuhan sel ini dapat muncul pertama kali di duktus maupun lobulus
payudara yang kemudian menyebar ke jaringan sekitar melalui infiltrasi,
invasi, dan penetrasi progresif. Sel kanker dapat menyebar melalui aliran
limfe dan sirkulasi darah yang mengakibatkan metastasis ke organ tubuh
lain. Metastasis sel kanker bisa ke viseral seperti paru, hati, otak dan non
viseral seperti tulang dan jaringan lunak (de Jong, 2010). Metastasis
kanker payudara seringkali muncul beberapa tahun setelah diagnosis dan
terapi awal (Kosir, 2013).
• Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan
perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi
carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa
yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah
bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran
Manifestasi klinis

• Menurut Dalimartha (2004), kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak
menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak
terganggu aktivitasnya. Keluhan baru timbul bila penyakitnya sudah lanjut.
Beberapa keluhannya antara lain:
• Teraba benjolan pada payudara.
• Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
• Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati.
• Eksim pada puting susu dan sekitarnya.
• Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting atau keluar air susu pada wanita
yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui.
• Puting susu tertarik kedalam.
• Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange).
Diagnosis
• Triple assessment
yaitu anamnesis klinis lengkap, pemeriksaan
radiologi/imaging (ultrasonografi dan/atau mamografi)
dan pemeriksaan patologi (sitologi dan/atau histologi)
(MOH Malaysia, 2010).
• MRI (Magnetic Resonance Imaging)
• Pemeriksaan Patologi dengan sitologi biopsi aspirasi
jarum halus dan/atau core biopsy pada lesi yang
dicurigai ganas
• pemeriksaan histopatologi sebagai gold standard
Komplikasi
• Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase
jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh
darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk metastase
jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke
tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri
kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru akan
mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke
otak mengalami gangguan persepsi sensori.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan labortorium
• Test diagnostik lain:
• a. Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
• b. Invasif
• 1) Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan yaitu Aspirasi biopsy (FNAB) dengan aspirasi jarum halus , sifat
massa dibedakan antar kistik atau padat dan True cut / Care biopsy dilakukan
dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk memandu jarum
pada massa.
• 2) Incisi biopsy
• 3) Eksisi biopsy. Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara froxen section
Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan medis standar yang dapat dilakukan pada kanker
payudara:
1. Karsinoma in situ
• Lobular carcinoma in situ (LCIS) = LCIS merupakan kondisi prekanker,
sehingga terapi aktif belum direkomendasikan, tetapi diperlukan follow-up
aktif dengan pemeriksaan payudara dan mammografi rutin setiap tahun karena
karsinoma in situ dapat berkembang menjadi karsinoma invasif.
• Ductal carcinoma in situ (DCIS) = Penatalaksanaan dilakukan dengan Breast-
Conserving Surgery (BCS) atau lumpektomi dan bisa juga dengan mastektomi.
2. Karsinoma invasif
• Tindakan operasi
dengan lumpektomi yaitu mengangkat sebagian jaringan kanker dan
jaringan disekitarnya dari payudara atau mastektomi yaitu mengangkat
seluruh jaringan payudara dan limfonodi disekitarnya jika diperlukan
• Terapi radiasi
Radiasi dilakukan setelah operasi, apabila diberikan kemoterapi setelah
operasi, maka radiasi dilakukan setelah kemoterapi selesai. Radiasi
direkomendasikan jika tepi sayatan dekat/tidak bebas tumor, tumor berada
di sentral/medial, dan terdapat kelenjar getah bening positif lebih dari tiga.
• Terapi Radiasi
direkomendasikan untuk penderita kanker payudara invasif dengan
jenis kanker reseptor hormon (estrogen atau progesterone) positif
dengan aromatase inhibitor (anastrozole, lestrozole, exemestane) atau
tamoxifen selama minimal 5 tahun yang paling sering digunakan
untuk penderita yang belum menopause sehingga menghambat efek
estrogen.
• Kemoterapi
direkomendasikan untuk penderita kanker payudara dengan reseptor
hormon negatif atau sebagai kombinasi dengan terapi hormon untuk
penderita kanker dengan reseptor hormon positif.
ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE

A. PENGKAJIAN 6. Palpasi
1. Identitas. Meliputi data pasien dan 7. Riwayat Kesehatan Sekarang
data penanggung-jawab,
8. Riwayat Kesehatan Dahulu
2. Keluhan utama adanya benjolan pada
payudara, sejak kapan, riwayat 9. Riwayat Kesehatan Keluarga
penyakit 10. Pemeriksaan Fisik
3. Konsep diri 11. Pengkajian 11 Pola Fungsional
4. Pemeriksaan klinis Gordon

5. Inspeksi 12. Pemeriksaan penunjang klinis


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembedahan, mis; anoreksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah
jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan
prognosanya .
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan
kurang pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan
fungsi tubuh
C. INTERVENSI
DIAGNOSA KEP. NOC NIC

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan NOC : Status nutrisi NIC : Manajemen nutrisi

tubuh berhubungan dengan Nutritional Status: food and Fluid Intake Nutrition Management
Kriteria Hasil : a. Kaji adanya alergi makanan
pembedahan, mis; anoreksia
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
dengan tujuan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi pasien.
badan c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi dan vitamin C
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang e. Berikan substansi gula
berarti f. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Tingkat nyeri NIC : Manajemen nyeri
proses pembedahan a. Pain Level Pain Management
b. Pain control a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
c. Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab b. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri pasien
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
dengan menggunakan manajemen nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
c. Mampu mengenali nyeri (skala, f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lampau
berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
3. Kerusakan integritas kulit NOC NIC
berhubungan dengan Tissue Integrity: Skin and Mucous Pressure Management
pengangkatan bedah jaringan Membranes a. Anjurkan pasien untuk menggunaka
Kriteria Hasil : pakaian yang longgar
a. Integritas kulit yang baik bisa b. Hindari kerutan padaa tempat tidur
dipertahankan (sensasi, c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersi
elastisitas, temperatur, hidrasi, dan kering
pigmentasi) d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit setiap dua jam sekali
c. Perfusi jaringan baik e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
d. Menunjukkan pemahaman dalam f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pad
proses perbaikan kulit dan mencegah derah yang tertekaN
terjadinya sedera berulang
e. Mampu melindungi kulit dan g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
mempertahankan kelembaban kulit h. Monitor status nutrisi pasien
dan perawatan alami
4. Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan diagnosa, pengobatan, a. Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
dan prognosanya . b. Coping a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Kriteria Hasil : b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
a. Klien mampu mengidentifikasi dan pelaku pasien
mengungkapkan gejala cemas c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dirasakan selama prosedur
dan menunjukkan tehnik untuk d. Temani pasien untuk memberikan
mengontol cemas keamanan dan mengurangi takut
c. Vital sign dalam batas normal e. Berikan informasi faktual mengenai
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa diagnosis, tindakan prognosis
tubuh dan tingkat aktivitas f. Dorong keluarga untuk menemani anak
menunjukkan berkurangnya g. Lakukan back / neck rub
kecemasan h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
5. Kurang pengetahuan tentang NOC : NIC
penyakit, perawatan, pengobatan a. Kowlwdge : disease process Teaching : Dissease Process
kurang paparan terhadap b. Kowledge : health Behavior a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
informasi Kriteria Hasil : keluarga tentang proses penyakit
a. Pasien dan keluarga menyatakan b. Jelaskan tentang patofisiologi
pemahaman tentang penyakit, penyakit, tanda dan gejala serta
kondisi, prognosis dan program penyebabnya
pengobatan c. Sediakan informasi tentang
b. Pasien dan keluarga mampu kondisi klien
melaksanakan prosedur yang d. Berikan informasi tentang
dijelaskan secara benar perkembangan klien
c. Pasien dan keluarga mampu e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
menjelaskan kembali apa yang mungkin diperlukan untuk mencegah
dijelaskan perawat/tim kesehatan komplikasi di masa yang akan datang dan
lainnya atau kontrol proses penyakit
f. Jelaskan alasan dilaksanakannya
6. Gangguan body image a. Klien tidak malu dengan keadaan a. Diskusikan dengan klien atau orang
berhubungan dengan dirinya. terdekat respon klien terhadap
kehilangan bagian dan fungsi b. Klien dapat menerima efek penyakitnya.
tubuh pembedahan. Rasional : membantu dalam memastikan
masalah untuk memulai proses
pemecahan masalah
a. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat
membantu pasien memulai proses
adaptasi.
a. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan
dirinya.
a. Anjurkan keluarga klien untuk selalu
mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada
D. IMPLEMENTASI
• Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya.

E. EVALUASI
• Evaluasi disesuaikan dengan kriteria evaluasi.
CA OVARIUM
Kanker ovarium adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak
lazim (kanker) pada satu atau dua bagian indung telur.
Kanker ovarium adalah kanker atau tumor ganas yang berasal dari
ovarium dengan berbagai tipe histologi, yang dapat mengenai
semua umur. Kanker ovarium merupakan tumor dengan
histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3)
dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-
sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer
& Bare, 2002).
B. Etiologi

Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga


pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga
sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang
dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat
60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis
di luar ovarium.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya:

• Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-
sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.

• Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya


kanker ovarium. Androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal
dan sel-sel kanker ovarium.
Adapun faktor resiko yang mungkin terjadi antara lain:
1. Faktor Genetik
2. Usia
3. Paritas
4. Faktor Hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala yang berhubungan dengan
menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium baik dari insiden
maupun tingkat mortalitasnya.
5. Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak
terbesar pada penyakit ini seperti :
1. Infertilitas
2. menarche dini memiliki anak setelah usia 30 tahun
3. Menopause yang terlambat
4. Jumlah siklus menstruasi yang dialami seorang perempuan sepanjang
hidupnya
6. Pil Kontrasepsi

7. Kerusakan sel epitel ovarium ( Incessant Ovulation )

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972, yang menyatakan bahwa
pada saat ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium.

8. Obat-Obat yang Meningkatkan Kesuburan (Fertility Drugs )

Obat-obat yang meningkatkan fertilitas seperti klomifen sitrat, yang diberikan secara oral,

Obat-obat gonadotropin yang diberikan dengan suntikan seperti follicle stimulating


hormone (FSH), kombinasi FSH dengan Luteinizing hormone (LH), akan menginduksi
terjadinya ovulasi atau multiple ovulasi.
9. Terapi Hormon Pengganti pada Masa Menopause

Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause (menopausal hormon therapy =
MHT) dengan estrogen saja selama 10 tahun yang dapat meningkatkan risiko relative 2,2.
Sementara itu, jika masa pemakaian MHT selama 20 tahun atau lebih, risiko relatif meningkat
menjadi 3,2. Pemakaian MHT dengan estrogen yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin,
ternyata masih menunjukkan meningkatnya risiko relatife menjadi 1,5. Oleh karena itu, MHT,
khususnya dengan estrogen saja, secara nyata meningkatkan risiko relatif terkena kanker ovarium.

10. Penggunaan Bedak Tabur

Penggunaan bedak tabur langsung pada organ genital atau tissue pembersih bersifat

karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu, bedak tabur juga mengandung

asbes yaitu bahan mineral penyebab kanker.


C. Klasifikasi
Menurut International Federation of Ginecologic and Obstetrics (FIGO), kanker
ovarium di bagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor dan kemudian
masing-masing kelompok terdiri dari berbagai spesifikasi sesuai dengan histopatologi:

1. Kanker Berasal dari Epitel Permukaan

Kanker yang berasal dari epitel permukaan merupakan golongan terbanyak dan
sebagian besar 85 % kanker ovarium berasal dari golongan ini. Lebih dari 80% kanker
ovarium epitel ditemukan pada wanita pascamenopause di mana pada usia 62 tahun adalah
usia kanker ovarium epitel paling sering ditemui.
Jenis-jenis kanker ovarium epitel permukaan:
a. Karsinoma Serosa

Keganasan epitel ovarium yang tersering ditemukan. Mudah tersebar di kavum


abdomen dan pelvis, irisan penampang tumor sebagai kistik solid.

b. Karsinoma Musinosa

Lebih jarang ditemukan dibanding karsinoma serosa. Sebagian besar tumor


multilokular, padat dan sebagian kistik, di dalam kista berisi musin gelatinosa, jarang sekali
tumbuh papila eksofitik, area solid berwarna putih susu atau merah jambu, struktur rapat dan
konsistensi rapuh.
c. Karsinoma Endometroid

Kira-kira 20% kanker ovarium terdiri dari karsinoma endometroid.


Sebagian besar tumor berbentuk solid dan di sekitarnya dijumpai kista.
Arsitek histopatologi mirip dengan karsinoma endometrium dan sering
disertai metaplasia sel skuamos. Lebih dari 30 % karsinoma endometroid
dijumpai bersama-sama dengan adenokarsinoma endometrium.
d. Karsinoma Sel Jernih ( Clear Cell Carcinoma )
Tumor ini berasal dari duktus muleri. Pada umumnya
berbentuk solid, sebagian ada juga berbentuk kistik, warna
putih kekuning-kuningan.

e. Tumor Brenner
Tumor ini diduga berasal dari folikel. Biasanya solid
dan berukuran 5-10 cm dan hampir bersifat jinak. Tumor ini
sering dijumpai insidentil pada waktu dilakukan histerektomi.
2. Kanker Berasal dari Sel Germinal Ovarium (Germ Cell )
Tumor ini lebih banyak pada wanita umur di bawah 30 tahun. Di
antaranya :
a. Disgerminoma
Adalah tumor ganas sel germinal yang paling sering ditemukan, ukuran
diameter 5-15 cm, berlobus-lobus, solid, potongan tumor berwarna abu-abu
putih sampai abu-abu cokelat dengan potongan mirip ikan tongkol. Kelompok
sel yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan ikat tipis dengan
infiltrasi sel radang limfosit.

b. Tumor Sinus endodermal


Berasal dari tumor sakus vitelinus/yock sac dari embrio. Usia rata-rata
penderita tumor sinus endodermal adalah 18 tahun. Berupa jaringan kekuning-
kuningan dengan area perdarahan, nekrosis, degenerasi gelatin dan kistik.
c. Teratoma Immatur
Angka kejadian mendekati tumor sinus endodermal. Massa
tumor sangat besar dan unilateral, penampang irisan bersifat padat
dan kistik, berwarna-warni, komponen jaringan kompleks, jaringan
embrional belum berdiferensiasi umumnya berupa neuroepitel.

d. Teratokarsinoma
Sangat ganas, sering disertai sel germinal lain, AFP dan HCG
serum dapat positif.
3. Kanker Berasal dari Stroma Korda Seks Ovarium (Sex Cord
Stromal)
Tumor yang berasal dari sex cord stromal adalah tumor yang
tumbuh dari satu jenis.
a. Tumor Sel Granulosa-teka
Kira-kira 60% dari tumor ini terjangkit pada wanita post
menopause, selebihnya pada anak-anak dan dewasa. Tumor ini
dikenal juga sebagai feminizing tumor, memproduksi estrogen
yang membuat penderita “cepat menjadi wanita”.
b. Androblastoma
Tumor ini memproduksi hormon androgen yang dapat
merubah bentuk penderita menjadi kelaki-lakian atau disebut
juga masculinizing tumor. Penyakit ini jarang dijumpai.
c. Ginandroblatoma
Merupakan peralihan antara tumor sel granulosa dan
arrhenoblastoma dan sangat jarang.
d. Fibroma
Fibroma kadang-kadang sulit dibedakan dengan tekoma.
Sering disertai dengan asites dan hidrotoraks yang dikenal
sebagai sindroma Meigh.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
International of Ginecologies and Obstetrician) 1987 adalah:
1. Stadium 1 : pertumbuhan terbatas pada ovarium
a. Stadium 1a: pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak asietas
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul
utuh.
b. Stadium 1b: pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c. Stadium 1c: tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor di
permukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas
berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2. Stadium 2 : pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul.
a. Stadium 2a: perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba.
b. Stadium 2b: perluasan jaringan pelvis lainnya.
c. Stadium 2c: tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang
mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
3. Stadium 3 : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
a. Stadium 3a: tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah
bening negative tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara
mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan
peritoneum abdominal.

b. Stadium 3b: tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negative.

c. Stadium 3c: implant di abdomen dengan diameter >2 cm dan atau


kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4. Stadium 4 : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.
D. Insiden
1. Distribusi Frekuensi Kanker Ovarium Berdasarkan Orang

1 dari 67 perempuan berpotensi menderita kanker indung telur sepanjang hidupnya.


Separuh dari kasus kanker indung telur menyerang perempuan di atas usia 63 tahun.
Berdasarkan data dari Survailance, Epidemiology and End Results (SEER) usia penderita
kanker ovarium rata-rata di atas 40 tahun.

2. Distribusi Frekuensi Kanker ovarium Berdasarkan Tempat.

Insiden dan mortalitas kanker ovarium dalam 30 tahun belakangan tidak banyak
berubah. Insiden tertinggi di negara Amerika Utara, Skandinavia dan Eropa Utara
3. Distribusi Frekuensi Kanker Ovarium Berdasarkan Waktu

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melaporkan 192.000 kasus di


seluruh dunia di tahun 2000, di mana 6000 kasus kanker ovarium dilaporkan
dari Inggris. Di RSUP H. Adam Malik Medan terdapat jumlah seluruh penderita
kanker ovarium 2002-2006 sebanyak 105 orang. Sementara pada tahun 2011 di
RSUP. H Adam Malik terdapat jumlah penderita kanker ovarium sebanyak 126
orang.
Pathways
LP DAN ASKEP CA MAMMAE DAN CA OVARIUM.docx
F. Manifestasi Klinis
Pada umumnya , kanker ovarium pada masa awal berkembang
cenderung tanpa gejala. Inilah yang menyebabkan kanker ini sulit diketahui
sejak dini. Lebih dari 70 % penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam
usia stadium lanjut. Biasanya, keluhan utama yang dirasakan oleh penderita
kanker ini adalah sakit di bagian abdominal (perut bawah) yang disertai
dengan rasa kembung, sulit buang air besar, sering buang air kecil dan sakit
kepala.
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya
massa tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irreguler dan
terfiksir ke dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas
abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat
dipastikan.
G. Diagnosis
1. Operasi
Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung dari kondisi kesehatan pasien
dan sejauh mana kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Di bawah ini ada contoh-
contoh operasi yang kerap dilakukan untuk menghentikan penyebaran kanker
ovarium, yaitu :
a. Unilateral oophorectomy
b. Bilateral oophorectomy
c. Bilateral salpingectomy
d. Unilateral dan bilateral salpingo-oophorectomy
e. Radical hysterectomy
d. Cytoreduction
2. Kemoterapi

3. Terapi radiasi

4. Ultrasonografi (USG)

5. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


H. Komplikasi
1. Asites

Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur


yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor
melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.

2. Efusi Pleura

Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe
menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :

1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause.

2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat


juga muncul masalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis.

3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi


usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah.
I. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap. g. Laparatomi.


b. Pemeriksaan kimia darah. h. CT Scan atau MRI perut.
c. Serum HCG. i. Pemeriksaan panggul.
d. Alfa fetoprotein. j. USG menggunakan frekuesi
e. Analisa air kemih. tinggi gelombang suara
f. Pemeriksaan saluran k. Pembedahan
pencernaan. l. CA 125 tes darah.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat
diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah
operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu diberikan
terapi adjuvant seperti kemoterapi, radioterapi, imunoterapi/terapi biologi, dan
terapi hormon.
1. Penatalaksanaan operatif kanker ovarium stadium 1
Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang
terdiri atas histerektomi totalis prabdominalis, salpingooforektomi bilateralis,
apendektomi, dan surgical staging.
a. Sitologi
Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites,
cairan tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi.
b. Apendektomi
Tindakan apendektomi yang rutin masih controversial. Metastasis ke
apendiks jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada
kanker ovarium epithelial jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8%
kasus. Oleh karena itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus
kanker ovarium epithelial jenis musinosum.
c. Limfadenektomi
Limfadenektomi merupakan suatu tindakan dalam surgical staging. Ada
dua jenis tindakan limfadenektomi, yaitu: Limfadenektomi selektif (sampling
lymphadenectomy/selective lymphadenectomy) yaitu tindakan yang hanya
mengangkat kelenjar getah bening yang membesar saja, dan Limfadenektomi
sistematis (systematic lymphadenectomy) yaitu mengangkat semua kelenjar
getah bening pelvis dan para-aorta.
2. Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV)
Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya di omentum, usus,
dan peritoneum disebut operasi “debulking” atau operasi sitoreduksi. Tindakan operasi ini
tidak kuratif sehingga diperlukan terapi adjuvant untuk mencapai kesembuhan.
a. Operasi sitoreduksi
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :
1. Sitoreduksi konvensional. Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang
biasa dilakukan, yaitu operasi yang bertujuan membuang massa tumor sebanyak mungkin
dengan menggunakan alat-alat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan jarum jahit.
2. Sitoreduksi teknik baru. Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan sitoreduksi
konvensional yang memakai pisau, gunting, dan jarum jahit.
b. Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi,
kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh absent dalam
prinsip terapi gabungan terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien yang sudah
berhasil menjalani operasi sitoreduksi.
c. Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2
(FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.
Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatnya agak lanjut, tetapi
akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum atau sesudahnya
sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enhancer. Pada tingkat klinik T3 dan
T4 (FIGO: tingkat III dan IV) dilakukan debulking dilanjutkan dengan khemoterapi.
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang
peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
ASUHAN KEPERAWATAN
CA OVARIUM
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat penyakit
1. Keluhan utama
a. Nyeri (Jenis, Intensitas, waktu, durasi, daerah yang menyebabkan
nyeri bertambah, atau berkurang), hubungan nyeri dengan menstruasi,
seksualitas, fungsi urinaria, dan gastrointestinal.
b. Perdarahan (pada saat kehamilan, setelah menopause,
karakteristik, faktor pencetus, jumlah, warna, konsistensi). Pengeluaran
cairan/secret melalui vagina (iritasi, gatal, nyeri, jumlah, warna,
konsistensi).
2. Keluhan fungsi reproduksi
a. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah dialami masa anak-anak, penyakit kronis pada masa dewasa,
riwayat infertilitas, penyakit gangguan metabolisme/nutrisi, penggunaan obat-obatan radiasi
yang lama, peradangan panggul, rupture appendik peritonitis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengembangan dari pengkajian PQRST.
c. Riwayat penyakit keluarga
DM, kardiovaskuler, kehamilan kembar, kanker, gangguan genetik, kongenital.
d. Riwayat reproduksi
Siklus haid, durasi haid.
e. Riwayat obstetric
Kehamilan, persalinan, nifas, hamil.
Keadaan umum : Lemah, tekanan darah, nadi, pernapasan
a. Kepala: Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
b. Mata: ada tidaknya anemis, ikterus, reflek cahaya.
c. Hidung: ada tidak ada pernafasan cuping.
d. Mulut: Kebersihan
e. Telinga: ada tidaknya serumen.
f. Leher: ada tidak nya pembesaran kelenjar.
g. Jantung: Denyut jantung
h. Ekstremitas: Adakah luka pada ekstremitas.
i. Integumen
j. Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi bertujuan
mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan sistem reproduksi, kondisi
rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan mukosa vulva, tanda-tanda
peradangan, bengkak dan pengeluaran cairan vagina.

k. Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic.

l. Pelvis : dengan menggunakan spekulum dilakukan inpeksi servik yaitu warna,


bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan pervaginam, perdarahan, lesi
atau luka.

m. Pemeriksaan rectum dan rekto vagina.


4. Riwayat psikososial
a. Oksigenasi g. Psikososial (stress, koping,
b. Nutrisi dan cairan dan konsep diri)
c. Eliminasi h. Rasa aman dan nyaman
d. Termoregulasi i. Spiritual
e. Aktivitas dan latihan j. Hygiene
f. Seksualitas k. Istirahat tidur
l. Aktualisasi diri

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan produksi darah
(anemia).
3. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah (anemia, tromositopeni,
kemoterapi.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi
radiasi).
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal.
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis
NOC : Kontrol Nyeri NIC : Managemen Nyeri
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan produksi darah
(anemia)
NOC : Status Sirkulasi NIC : Managemen Sensasi Perifer
3. Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya
NOC : Kontrol Ansietas NIC: Penurunan Kecemasan
4. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah (anemia, tromositopeni,
kemoterapi)
NOC : Blood lose severity NIC : Bleeding precautions
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi radiasi)
NOC : Body Image NIC : Body Image enchancement
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
NOC : Bowel elimination, Hydration NIC : Constipation/Impaction Management

Anda mungkin juga menyukai