Anda di halaman 1dari 41

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

PSIKIATRI

OLEH :
Tessa Hijriani

PEMBIMBING:
dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIS PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental (MSE) adalah deskripsi dari penampilan,


pembicaraan, perilaku dan pikiran pasien selama wawancara.
Bahkan saat pasien diam (mutisme), inkoheren, atau menolak
menjawab pertanyaan, klinisi (dokter) dapat memperoleh banyak
informasi melalui pengamatannya yang teliti.
Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental dilakukan untuk :
1. Mengetahui diagnosis dari seorang pasien.
2. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien.
3. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien.
4. Digunakan sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan
paripurna terhadap pasien.
• Riwayat Psikiatri,
Riwayat Medis dan
Keluarga
Pemeriksaan
Psikiatri

• Pemeriksaan
Pemeriksaan neurologi dan
internistik
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Deskripsi Umum

Taraf dapat dipercaya Mood dan afek

Daya nilai dan Pembicaraan


tilikan

Persepsi
Pengendalian
impuls

Sensorium dan Pikiran


kognisi
1. DESKRIPSI UMUM
Penampilan

Perilaku dan aktivitas psikomor

Sikap terhadap pemeriksa


Penampilan
Kesan keseluruhan terhadap pasien yang direflesikan dari postur, sikap tubuh,
cara berjalan, ketenangan, cara berpakaian, lebih tua/muda dari umur, kerapian.
Rambut, kuku.

Gambaran penampilan : sehat, terlihat tua, terlihat muda, seperti anak, aneh.

Amati tanda kecemasan : telapak tangan lembab, berkeringat di dahi.


 Dalam mendiskripsikan penampilan, psikiater menggambarkan penampilan
pasien dan kesan fisik keseluruhan. Jika pasien tampak sangat aneh/ganjil,
pemeriksa ini dapat bertanya,
“Bagaimana anda menggambarkan penampilan anda?”
“Bagaimana anda menjelaskan kepada saya mengapa anda memilih
berpenampilan seperti ini?”
Perilaku dan aktivitas psikomor

 Di sini digambarkan aspek-aspek kuantitas dan kualitas perilaku


motorik pasien. Meliputi mannerisme, tik, gesture (gerak isyarat,
langkah), gugup, perilaku stereotipi, ekopraksi, hiperaktivitas, agitasi,
combativeness, fleksibilitas, rigiditas (kekakuan), gait (cara berjalan),
dan agility (ketangkasan).
 Catatlah retardasi psikomotor atau perlambatan gerakan tubuh yang
merata.
 Gambarkanlah adanya aktivitas tanpa tujuan atau tanpa maksud.
Sikap terhadap pemeriksa

 Hubungan pasien dg pemeriksa – iritabel, agresif, seduktif, hati-hati,


defensif, indiferent, apatis, kooperatif, sarkastik

Bekerjasama Bertahan
Bersahabat Merendahkan
Penuh perhatian Kebingungan
Tertarik Berlindung
Datar Bermusuhan
Menggoda Main-main
Menyenangkan Mengelak

Tiap kata sifat lain dapat digunakan. Catat Rapport.


2. MOOD DAN AFEK

Mood

Afek
Mood

 Suatu emosi yang meresap dan terus-menerus yang


mewarnai persepsi seseorang terhadap dunia/alam.
Psikiater tertarik pada apakah pasien spontan menyatakan perasaannya atau  Anhedonia
perlu ditanyakan bagaimana perasaannya. Pernyataan-pernyataan tentang
mood pasien dapat meliputi kedalaman, intensitas, durasi dan fluktuasi. Kata  Mood Kosong
sifat yang umum digunakan untuk menggambarkan mood meliputi sedih
(depresi), putus asa/ kehilangan harapan, irritable (lekas marah), cemas, marah,
 Mood Labil
expansive (meluap-luap), eufori, kosong, rasa bersalah, putus asa, futile (sia-sia),  Mood Irritable
merendahkan/menghina diri, takut, dan bingung.
Mood dapat labil, berubah-ubah (turun naik), atau bergantian dengan cepat  Mania
antara keadaan-keadaan ekstrem (misal tertawa dengan keras dan meluap-luap  Hipomania
pada satu saat, menangisdan putus asa pada saat selanjutnya).
Afek
 Adalah respon/tanggapan emosi pasien saat ini, yang disimpulkan dari ekspresi wajah
pasien, meliputi jumlah dan range perilaku.

Dibedakan sesuai kedalaman emosi :


 Afek Luas/Normal
 Afek Sempit
 Afek Tumpul
 Afek Datar
 Afek Serasi Catat kesulitan pasien dalam memulai,
 Afek Tidak Serasi mempertahankan, atau mengakhiri respon
 Afek Labil emosionalnya.
3. PEMBICARAAN
KARAKTERISTIK FISIK DALAM BICARA

Dinilai : kuantitas, kecepatan produksi, kualitas


Pasien dapat digambarkan sebagai banyak bicara, banyak
mulut/suka ngomel, fasih (dapat berbicara lancar), pendiam, tak
spontan, atau mau mendengarkan secara normal isyarat-isyarat
dari pemeriksa.

Cara bicara dapat cepat atau lambat, bertekanan, ragu-ragu,


emosional, dramatis, monoton, keras, berbisik, slurre, staccato,
atau berkomat-kamit/menggumam.

Gangguan cara bicara seperti gagap (stuttering) termasuk dapat


bagian ini. Tiap/semua irama yang tak biasa (diistilahkan dengan
dysprosody) atau logat/aksen sebaiknya dicatat. Cara bicara
pasien mungkin spontan.
4. PERSEPSI
Daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta
perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati,
mengetahui, dan mengartikan setelah panca-inderanya
mendapat rangsang. Jadi persepsi itu dapat terganggu oleh
gangguan otak (karena kerusakan otak, kercaunan, obat
halusinogenik), oleh gangguan jiwa (emosi tertentu dapat
mengakibatkan ilusi: psikosa dapat menimbilkan halusinasi)
atau oleh pengaruh lingkungan sosiobudaya (mempengaruhi
persepsi karena penilaian yang berbeda dan dan orang dari
lngkungan sosiobudaya yang berbeda pula).
Gangguan Persepsi
Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama. Contoh gangguan persepsi, diantaranya :

Depersonalisasi : kondisi
patologis yang muncul sebagai
akibat dari perasaan subjektif Derealisasi: perasaan
dengan gambaran seseorang subyektif bahwa lingkungannya
mengalami atau merasakan diri menjadi asing, tidak nyata.
sendiri (tubuhnya) sebagai tidak
nyata.

Halusinasi: persepsi atau


tanggapan palsu, tidak
Ilusi: suatu persepsi yang keliru berhubungan dengan stimulus
atau menyimpang dari stimulus eksternal yang nyata,
eksternal yang nyata. menghayati gejala-gejala yang
dikhayalkan sebagai hal yang
nyata.
Gangguan Persepsi
Agnosia : ketidakmampuan untuk
Gangguan psikofisiologik : gangguan mengenal dan mengartikan
Gangguan somatosensorik pada rekasi pada bagian tubuh yang disarafi oleh pencerapan, sebagai akibat
konversi susunan saraf vegetatif yang disebabkan
oleh gangguan emosi. Perubahan kerusakan otak.
: Sering secara simbolik menggambarkan suatu fisiologik ini biasanya menyertai keadaan
konflik emosional; dibedakan dari gangguan emosi tertentu, pada umumnya
psikofisiologik (bagian yang terkena disarafi oleh reversible dan biasanya tidak
oleh susunan saraf vegetatif), dari penipuan atau mengakibatkan kerusakan jaringan yang
simulasi (dilakukan secara sadar) dan dari permanen
gangguan nerologik (tanda-tandanya sesuai dengan
anatomi susunan saraf). Jika sudah pasti bahwa
reaksi itu merupakan reaksi konversi, baru dicatat
dan dicantumkan jenis reaksi itu.

urtikaria, pruritus, otot tegang sampai kaku,


tension headache, lowback pain,
sindroma hiperventilasi, merasa berat di dada,
-Anesthesia napas rasanya pendek atau kurang panjang,
-Parasthesia nausea dan muntah-muntah, meteorisme,
- Ganggguan penglihatan /pendengaran konstipasi, diare, disparenia, dismenorea,
- Perasa nyeri frigiditas, dan impotensi, mata berkunang-kunang
- Makropsia
- Mikropsia
HALUSINASI

Beberapa jenis halusinasi:


 Halusinasi hipnagogik
 Halusinasi hipnapompik
 Halusinasi auditorik
 Halusinasi visual
 Halusinasi olfaktorik
 Halusinasi pengecapan
 Halusinasi taktil
 Halusinasi somatik
5. PIKIRAN

• ARUS PIKIR

• ISI PIKIR

• BENTUK PIKIR
• ARUS
PIKIR
GANGGUAN ARUS PIKIR
Gangguan arus pikiran: yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran, yang timbul dalam
berbagai jenis:

Perseverasi Asosiasi Longgar Inkoherensi


• Berulang-ulang • Mengatakan hal-hal yang • Gangguan dalam bentuk
menceritakan suatu idea, tidak ada hubungannya satu bicara, sehingga satu Kecepatan bicara
pikiran atau tema secara sama lain umpamanya kalimatpun sudah sukar
berlebihan. “Saya mau makan. Semua ditangkap atau diikuti
orang dapat berjalan”. maksudnya.

Logorea
• Banyak bicara, kata-kata
Benturan (blocking) dikeluarkan bertubi-tubi Pikiran melayang
tanpa kontrol, mungkin (“flight of ideas”)
coherent ataupun
incoherent.
Asosiasi bunyi (clang • mengucapkan perkataan yang mempunyai
association) persamaan bunyi
GANGGUAN
ARUS PIKIR • membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami
Neologisme oleh umum, misalnya: “saya radiltu, semua
partimun”.

• isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya


Irelevansi dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang
dibicarakan.

• menuju secara tidak langsung kepada ide pokok


Pikiran berputar-putar
dengan menambahkan banyak hal yang remeh-
(circumstantiality)
remeh yang tidak relevan.

Main-main dengan kata-kata • menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar.

• mungkin sensorik atau motorik ,sering kedua-


Afasi
duanya sekaligus dan terjadi karena kerusakan otak.
• ISI PIKIR
• GANGGUAN ISI
PIKIR
Gangguan isi pikiran: dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi
pikiran yang diceriterakan, misalnya:

Gangguan pada isi pikiran meliputi:


-delusi (waham)
- preokupasi (di mana dapat melibatkan penyakit pasien)
- obsesi (“Apakah anda memiliki pikiran-pikiran yang mengganggu dan berulang-ulang?”)
- kompulsi (“Apakah ada sesuatu yang anda kerjakan berkali-kali, dengan cara mengulang-ulang?”
“Apakah ada sesuatu yang harus anda kerjakan dengan cara atau urutan tertentu?” “Jika anda tak
melakukannya dengan cara tersebut, haruskah anda mengulanginya?” “Apakah anda mengetahui
mengapa anda mengerjakannya dengan cara tersebut?”)
- fobia, rencana, maksud/tujuan, pikiran berulang tentang suicide atau homicide, gejala-
gejala hipokondriakal, dan dorongan-dorongan antisosial yang spesifik.
• GANGGUAN ISI
PIKIR
 Pikiran yang tak memadai (inadequate) : pikiran
yang eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal, terutama
dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.
 Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts/ideation)
 Pikiran hubungan (ideas of reference): pembicaraan
orang lain, benda-benda atau sesuatu kejadian
dihubungkannya dengan dirinya
 Rasa terasing (alienasi): perasaan bahwa dirinya sudah
menjadi lain, berbeda, asing, umpamanya heran siapakah
dia itu sebenarnya
• GANGGUAN ISI
PIKIR
 Pikiran isolasi sosial (social isolation): rasa terisolasi, tersekat, terkunci,
terpencil dari masyarakat
 Pikiran rendah diri
 Merasa dirugikan oleh orang lain
 Merasa dingin dalam bidang sexual
 Rasa salah
 Pesimisme
 Sering curiga
 Kekuatiran yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya
Waham: keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak scocok dengan intelegensi dan latar belakang
kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham itu banyak
jenisnya, diantaraya:

Tingkah laku
Waham
Waham Waham yang
somatic atau
keagamaan pengaruh dipengaruhi
hipokhondrik
oleh waham

Waham Waham Waham Waham


kejaran kebesaran dosa nihilistic
BENTUK PIKIR

 Gambaran dalam pikiran, intensitas dan kejernihan pikiran


menentukan bobot, kekuatan dan wujud bentuknya.
 Sebuah pikiran kuat akan menggantun pada pencetusnya
(seperti kecanduan). Untuk menghilangkannya harus
diciptakan sebuah bentuk pikiran baru yang lebih kuat.
GANGGUAN BENTUK PIKIR
Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari
pemikiran rasional, logik dan terarah kepada tujuan.
Dereisme atau pikiran dereistik titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara
proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses mentalya tidak
sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau pengalaman.

Pikiran otistik : menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam pasien
itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi.

Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan
kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler/ revaolusioner bila ditemui;
mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal.
6. SENSORIUM DAN KOGNISI
Bagian sensorium dan kognisi dalam MSE mencoba menilai fungsi otak, termasuk inteligen,
kemampuan berpikir abstrak, dan tingkat tilikan diri dan pertimbangan.

Gangguan kesadaran biasanya menunjukkan kerusakan otak organik. Clouding of consciousness


(Kesadaran berkabut) adalah sebuah penurunan menyeluruh kewaspadaan terhadap lingkungan.
Pasien mungkin tak dapat mempertahankan perhatian terhadap stimuli lingkungan atau
memelihara pikiran atau perilaku ke arah tujuan.

Clouding atau obtunding of consciousness seringkali bukan merupakan status mental yang menetap.
Seorang pasien secara khas menunjukkan fluktuasi tingkat kesadaran terhadap lingkungan
sekelilingnya. Pasien yang mengalami perubahan kesadaran sering menunjukkan beberapa gangguan
orientasi, meskipun kebalikannya tak perlu benar.Beberapa istilah yang digunakan untuk
menggambarkan tingkat kesadaran pasien adalah berkabut (clouding), somnolen, stupor, koma,
letargi, atau waspada.
SENSORIUM DAN KOGNISI
Kesadaran

Orientasi dan daya ingat

Konsentrasi dan perhatian

Kemampuan membaca dan menulis

Pikiran abstrak

Intelegensi dan kemampuan informasi

Bakat kreatif

Kemampuan menolong diri sendiri


SENSORIUM
DAN
KOGNISI
Kesadaran
Tingkat kesadaran : 7. Delirium : suatu perubahan kesadaran yang
1. Kompos Mentis disertai gangguan fungsi kognitif yang luas.
2. Apatis Perilaku fluktuatif, dapat gaduh gelisah
kemudian pendiam dan disertai halusinasi dan
3. Somnolensi ilusi.
4. Stupor 8. Kesadaran seperti mimpi : Gangguan kualitas
5. Koma kesadaran yang terjadi pada serang epilepsi
6. Kesadaran Berkabut : suatu perubahan psikomotor.
kualitas kesadaran yakni individu tidak 9. Twilight State : Keadaan perubahan kualitas
mampu berpikir jernih dan berespons kesadaran yang disertai halusinasi. Seringkali
secara memadai terhadap situasi terjadi pada gangguan kesadaran oleh sebab
sekitarnya. Seringkali individu tampak gangguan otak organik.
bingung, sulit memusatkan perhatiandan
mengalami disorientasi.
Orientasi dan daya ingat
Kemampuan individu untuk mengenali
obyek atau situasi sebagaimana adanya.

Orientasi
Orientasi
ruang atau
orang
spasial

Orientasi waktu
Orientasi dan Daya Ingat
Proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman-penyimpanan-dan pemanggilan kembali.
a) Amnesia
Ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh pengalaman masa lalu.
Amnesia anterograd:Apabila hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian.
Amnesia retrograde: Hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian.

b) Paramnesia
Terjadinya distorsi ingatan dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya.
Konfabulasi: Ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan memori. Biasa terjadi pada orang dengan
demensia.
Déjà Vu: Suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu merasa sangat mengenali suatu situasi yang
sesungguhnya belum pernah dikenalnya.
Jamais Vu: Kebalikan dari Déjà vu, yaitu merasa asing terhadap situasi yang justru pernah dialaminya.
Orientasi dan daya ingat

Hiperamnesia: Ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu pengalaman.

Screen memory: Secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang menyakitkan atau traumatis dengan
ingatan yang lebih dapat ditoleransi.

Letologika: Ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam menemukan kata-kata yang tepat untuk
mendeskripsikan pengalamannya. Lazim terjadi pada proses penuaan atau pada stadium awal dari demensia.

Memori segera (immediate memory): Kemampuan mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, yakni
rentang waktu beberapa detik sampai beberapa menit.

Memori baru (recent memory): Ingatan terhadap pengalaman/informasi yang terjadi dalam beberapa hari
terakhir.

Memori jangka menengah (recent post memory): Ingatan terhadap peristiwa yang terjadi selama
beberapa bulan yang lalu.

Memori jangka panjang: Ingatan terhadap peristiwa yang sudah lama terjadi (bertahun-tahun yang lalu).
Konsentrasi dan perhatian

Usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu. Gangguan


perhatian meliputi ketidakmampuan memusatkan perhatian, mempertahankan
perhatian ataupun mengalihkan perhatian.

Distraktibilitas Inatensi selektif Kewaspadaan berlebih


• Ketidak mampuan individu • Ketidakmampuan (hipervigilitas)
untuk memusatkan dan memusatkan perhatian pada • Pemusatan perhatian yang
mempertahankan perhatian. objek atau situasi tertentu, berlebihan terhadap stimulus
Konsentrasinya sangat mudah biasanya situasi yang eksternal dan internal
teralih oleh berbagai stimulus membangkitkan kecemasan. sehingga penderita tampak
yang terjadi di sekitarnya. sangat tegang.
7. PENGENDALIAN IMPULS
Apakah pasien mampu untuk mengendalikan impuls seksual, agresif atau lainnya? Sebuah penilaian
untuk kendali impuls penting dalam memastikan kesadaran pasien terhadap perilaku yang sesuai
nilai sosial dan merupakan sebuah ukuran dari potensial bahaya pasien terhadap dirinya atau
orang lain.

Pasien mungkin tak dapat mengendalikan impuls karena sekunder terhadap gangguan psikotik dan
kognitif atau karena defek karakter kronik, sebagaimana diamati pada gangguan kepribadian.
8. DAYA NILAI DAN TILIKAN
Tilikan diri adalah tingkat kesadaran dan pemahaman pasien terhadap penyakitnya. Pasien mungkin
menunjukkan penyangkalan terhadap penyakitnya atau menunjukkan suatu tingkat kesadaran bahwa dia
sakit tetapi menyalahkan orang lain, atau faktor-faktor eksternal, atau bahkan faktor-faktor organik.
Mungkin mereka menyatakan bahwa mereka sakit tetapi menganggap penyakit itu berasal dari sesuatu
yang tak diketahui atau sesuatu yang misterius dalam diri mereka.

Daya nilai sosial:kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi tersebut dengan memperhatikan kaidah sosial yang berlaku
dalam kehidupan sosial budayanya.

Uji daya nilai: kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang
sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan.
DAYA NILAI DAN TILIKAN
Derajat kesadaran dan penegrtian pasien tentang sakitnya :

1. Penyangkalan sakit sama sekali

2. Agak menyadari bahwa mereka sakit dan membutuhkan bantuan tapi dalam waktu bersamaan menyangkal penyakitnya

3. Sadar bahwa mereka sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau faktor organik.

4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tak diketahui pada diri pasien.

5. Tilikan Intelektual : menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau kegagalan dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh

perasaan irasional atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman di

masa datang

6. Tilikan emosiaonal sesungguhnya : kesadaran emosional tentang motif dan perasaan dalam diri pasien dan orang lain yang penting

dalam kehidupannya yang dapat menyebabkan perubahan dasar dalam perilaku.


9.TARAF DAPAT DIPERCAYA
Bagian status mental dari laporan diakhiri dengan kesan kesan terhadap reliabilitas pasien
dan kapasitas pasien untuk melaporkan keadaannya dengan akurat. Hal ini meliputi sebuah
perkiraan kesan psikiater terhadap keadaan pasien yang sebenarnya atau kejujurannya.

Sebagai contoh, jika pasien terbuka tentang penyalahgunaan substansi aktif yang signifikan
atau tentang keadaan yang pasien ketahui dapat menyebabkan kesusahan (misal masalah
dengan hukum), psikiater dapat menilai bahwa reliabilitas pasien baik.

Anda mungkin juga menyukai