Anda di halaman 1dari 14

OLEH :

ADITYA BAGUS J
IKE SULISTIAWATI
SITI NURKHASANAH
SRI NINGSIH
 Citra tubuh membentuk persepsi seseorang
tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan
sikap yang ditujukan pada tubuh. (Perry dan
Potter, 2005)
 Citra tubuh adalah sikap atau cara pandang
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa
lalu yang secara berkesinambungan di
modifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu. (Stuart dan Sundeen, 2001)
 Pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik (misal perubahan
perkembangan, perubahan hormonal,
penuaan)
 Sikap dan nilai kultural dan sosial
 Suatu persepsi yang benar tentang bentuk
individu, individu melihat tubuhnya sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya.
 Individu menghargai badan/tubuhnya yang
alami dan individu memahami bahwa
penampilan fisik seseorang hanya berperan
kecil dalam menunjukkan karakter mereka
dan nilai dari seseorang.
 Individu merasakan bangga dan
menerimanya bentuk badannya yang unik
 Suatu persepsi yang salah mengenai bentuk
individu, perasan yang bertentangan
dengan kondisi tubuh individu sebenarnya.
 Individu merasa bahwa hanya orang lain
yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran
tubuh individu adalah sebuah tanda
kegagalan pribadi.
 Individu merasakan malu dan khawatir akan
badannya.
 Individu merasakan canggung dan gelisah
terhadap badannya.
 BAYI (Usia 0-1 tahun)
Mulai bisa menerima masukan ke tubuhnya, tetapi
bereaksi secara global. Saat ia secara bertahap
mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima
rangsangan dari orang lain, ia menjadi sadar akan
keterpisahan dari tubuhnya sendiri dari orang lain.
 BALITA (Usia 1-3 tahun)
Belajar untuk mengenali berbagai bagian tubuh
mereka dan mampu menggunakan simbol untuk
menunjukkan objek. Balita akan lebih menyukai tubuh
dan dirinya.
 ANAK USIA DINI (3-6 tahun)
Menyadari keutuhan tubuh mereka dan melakukan
eksplorasi genital dan penemuan perbedaan antara
jenis kelamin menjadi penting. Dengan meningkatnya
pemahaman bahasa, anak usia dini mengenali bahwa
individu memiliki penampilan yang diinginkan.
Mereka mulai mengenali perbedaan warna kulit dan
identitas rasial. Mereka menyadari makna kata seperti
‘cantik’ atau ‘buruk’ dan penampilan mereka
mencerminkan pendapat orang lain. Pada usia ini anak
mulai membandingkan tubuhnya dengan teman
sebaya.
 ANAK-ANAK (Usia 6-12 tahun)
Mulai belajar tentang struktur dan fungsi tubuh internal dan
menyadari perbedaan dalam ukuran dan konfigurasi tubuh.
Anak yang mempunyai tubuh menyimpang atau berbeda
seringkali dikritik atau ditertawakan oleh teman sebayanya.
Pada masa ini pertumbuhan menjadi cepat dan identitas
seksual menguat.

 REMAJA (Usia 12-20 tahun)


Masa remaja adalah ketika anak menjadi lebih
berkonsentrasi pada fisik diri. Remaja menghadapi konflik
tentang apa yang mereka lihat dan pandang sebagai
struktur tubuh ideal. Pembentukan citra tubuh selama
remaja adalah elemen krusial dalam pembentukan identitas,
atau menjadi krisis psikososial di masa nanti.
 DEWASA MUDA (Usia 20-40 tahun)
Perubahan fisik tubuh dan konsep diri pada masa
dewasa awal relatif stabil. Orang dewasa
mempertahankan kesadaran sensasi tubuh dan
berbaur ke dalam semua aspek kehidupan.
 DEWASA MADYA (Usia 40-60 tahun)
Perubahan fisik seperti penumpukan lemak,
kebotakan, rambut memutih dan varises terjadi di usia
ini, sebagai akibat perubahan dalam produksi
hormonal dan mengakibatkan penurunan dalam
aktivitas. Orang menyadari bahwa mereka tampak
lebih tua. Individu usia dewasa madya ini dapat merasa
minder karena citra tubuh yang kuat digantikan
dengan citra tubuh yang mencerminkan penuaan.
LANSIA
Perubahan fisik pada lansia tampak sebagai
penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Penurunan ketajaman penglihatan juga
terjadi. Penggunaan alat bantu dengar
dapat sebagai ancaman lain terhadap citra
tubuh.
Kehilangan tonus kulit disertai keriput dapat
mempengaruhi citra tubuh dan
menyebabkan lansia merasa jelek dalam
masyarakat yang menghargai kemudaan
dan kecantikan.
 Kegagalan dalam perkembangan normal
 Perubahan dalam penampilan tubuh
eksternal
misal amputasi, mastektomi, kolostomi
 Perubahan fungsi tubuh
misal hemiplegi, buta, tuli
 Shock
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak
perubahan dan dapat terjadi pada saat
pertama adanya perubahan citra tubuh. Shock
psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas.
 Penolakan
Yaitu menyangkal atau tidak percaya atau
belum menerima bahwa ia mengalami
perubahan fisik tersebut.
 Kemarahan
Marah kepada diri sendiri, orang lain atau
bahkan kepada Tuhan mengapa ia yang harus
mengalami perubahan citra tubuh tersebut.
 Tawar menawar
Pada saat ini masih membayangkan mengapa harus
mengalami kondisi yang berubah tersebut dan jika
saja tidak mengalami kondisi tersebut.
 Depresi
Merasa sedih, merasa bersalah, merasa bahwa ia
memang patut mengalami kondisi sakitnya. Klien
menjadi pasif, tergantung, tidak ada motivasi dan
keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
 Penerimaan
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon
kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini
klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran
diri yang baru.

Anda mungkin juga menyukai