Anda di halaman 1dari 20

Pengukuran

• Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang tak


diketahui dengan besaran standar yang telah terdefinisikan.
• Fungsi : Memberikan hasil suatu pengamatan berupa nilai numerik yang
merepresentasikan kualitas dari variabel atau besaran yang diukur
• Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran?
– Instrumen yang akan digunakan.
– Prosedur yang akan diterapkan.
– Kesimpulan dari proses pengukuran.
• Mengapa dalam setiap pengukuran akan selalu terjadi penyimpangan
terhadap hasil yang diharapkan?
– Alat ukur atau instrumen yang dipakai tidak sempurna.
– Penyetelan dengan pembanding tidak mencukupi.
– Pembacaan skala adalah terbatas.
Elemen Dasar Sistem Pengukuran

Besaran Pengkondisi Peraga Kuantitas


Obyek Sensor Pengamat
Fisis Sinyal Data

Sistem Pengukuran
 Tahap detektor-transduser: mendeteksi besaran fisis dan
melakukan transformasi secara mekanik atau listrik untuk
mengubah sinyal (isyarat) menjadi bentuk yang lebih berguna.
Transduser: piranti yang dapat mentransformasi suatu efek fisis
menjadi efek fisis lain.
 Tahap antara: mengubah sinyal langsung dengan penguatan,
penyaringan, atau cara-cara lain agar didapatkan keluaran yang
dikehendaki.
 Tahap akhir: menunjukkan, merekam, dan mengendalikan
variabel yang diukur.
Beberapa Istilah Penting
• Akurasi (accuracy = ketelitian)
– Akurasi menunjukkan kemungkinan deviasi atau penyimpangan yang
terbesar antara pembacaan instrumen terhadap harga sebenarnya
dari masukan
• Presisi (precission = ketepatan)
– Presisi menunjukkan kemampuan instrumen itu menghasilkan kembali
bacaan tertentu dengan batas kepercayaan yang telah ditentukan
• Kesalahan pengukuran (error)
– Kesalahan pengukuran adalah perbedaan antara nilai yang didapat
dari hasil pengukuran dengan nilai masukan sebenarnya
• Bias
– Bias merupakan perbedaan antara nilai rata-rata yang diperoleh dari
hasil pengukuran berulang dan nilai masukan sebenarnya

Nilai ideal = Hasil pengukuran ± Akurasi


Akurasi
• Akurasi suatu instrumen dapat dinyatakan dalam
berbagai macam bentuk:
– Sebagai satuan variabel ukur
• Contoh: akurasi = ± 10C
– Sebagai prosentase terhadap span
• Contoh: akurasi = ± 1% span
– Sebagai prosentase terhadap bacaan skala penuh
• Contoh: akurasi = ± 1% fsd
– Sebagai prosentase terhadap hasil pembacaan
• Contoh: akurasi = ± 1% reading
Presisi
– Kepresisian suatu instrumen umumnya diperoleh
berdasarkan analisis statistik terhadap sejumlah sampel N
pengukuran dan dinyatakan dengan deviasi standar ()
• Batas kepercayaan 50% (Probable Error):

• Batas kepercayaan 68% (One Sigma):

• Batas kepercayaan 90% (90% error):

• Batas kepercayaan 95% (“Two” Sigma):

• Batas kepercayaan 99,7% (Three Sigma):

• Batas kepercayaan 99,9% (Maximum Error):


Presisi & Akurasi
• Mana yang lebih baik?
A. Hasil pengukuran yang presisi (tepat), atau
B. Hasil pengukuran yang teliti (akurat)
Mengapa Perlu Statistik ?
Pengukuran menghasilkan estimated-value (perkiraan nilai)
 hasil ukur mengandung galat (error) dan ketidak-pastian
Hasil pengukuran harus menyertakan ketidak-pastian. Bila tidak,
hasil pengukuran kurang bermanfaat.

MENGAPA
?
1. Ketidak-pastian berhubungan dengan Kualitas Pengukuran
2. Dunia semakin menuntut kualitas dan presisi, tidak “suka” ketidak-
pastian terlebih bila “disembunyikan”.
3. Hasil ukur harus dapat “dipertanggung-jawabkan” kebenaran
ilmiahnya, untuk menghindari “konflik”.

Bagaimana menyatakannya ?

Format Standard : x  x  Bentuk/Format


STATISTIK
Statistika pengukuran
“ …. analisis statistik pada data hasil-hasil pengukuran untuk menentukan
kualitas pengukuran …. “

x  x Nilai benar “diyakini” = suatu nilai yang ada pada rentang


ini.
Parameter Kualitas Pengukuran
• Seberapa kecil rentang atau interval nya ?  rentang/interval
• Seberapa “yakin” nilai benarnya pada interval tsb ?  level konfiden
Angka Berarti (Significant Figure)

– Merupakan indikasi bahwa suatu ketepatan pengukuran telah


diperoleh.
– Misal nilai tahanan dinyatakan = 68 ohm adalah berbeda dengan =
68,0 ohm . Contoh pertama melibatkan dua angka berarti dan contoh
kedua menunjukkan tiga angka berarti. Maksudnya , bila dinyatakan
R= 68 ohm , maka boleh jadi nilai tahanan sebenarnya adalah diantara
67 ohm dan 69 ohm , tetapi bila R = 68,0 ohm , maka boleh jadi nilai
tahanan sebenarnya adalah diantara 67,9 ohm dan 68,1 ohm

9
Beda pengukuran dan perhitungan

– Perhitungan pada suatu besaran , bisa dinyatakan dengan tepat dan


benar. Misalnya menghitung jumlah mahasiswa di suatu kelas = 100
mahasiswa , maka hasil perhitungan adalah boleh jadi memang tepat
dan benar = 100
– Pengukuran pada suatu besaran atau variabel; selalu diliputi kesalahan
(error) dan tingkat kepercayaan tertentu. Misal pengukuran suatu
tegangan menghasilkan V = 100 volt ± 5 volt dengan tingkat
kepercayaan 68 % , maka bisa dipercaya 68 % benar bahwa tegangan
tersebut di antara 95 volt s/d 105 volt.

10
Ambil contoh hasil analisis pada pengukuran riil berulang berikut ini.

Akurat & Presisi  dua hal data ukur


yg selalu diinginkan nilai benar
dalam pengukuran
akurasi
Presisi  sebaran data ukur
( diperkirakan dari analisis
statistik ) nilai hasil ukur presis
i
Akurasi  kedekatan hasil ukur
dengan nilai benar.
(tidak dapat diestimasi
dengan analisis statistik, sampel ukur ke
kecuali diketahui nilai benarnya)
Perhitungan Presisi, akurasi, bias dan error pada input (harga
benar) konstan
• Harga rata-rata = 10,11 kPa
N

X i
X  i 1

N
• Variansi: 0,14 kPa

 X  X
N
2
i
s i 1

N 1

• Normalisasi data:
Xi  X
Zi 
s

12
• Dari Tabel Distribusi Normal dapat dicari bahwa jika
data dinyatakan berada dalam suatu daerah harga
tertentu, maka kepercayaan dalam menyatakan harga
berubah
x  x  1 kepercayaannya 68%
x  x  2 kepercayaannya 95%
x  x  3 kepercayaannya 99,7%

• Error 3 disebut juga limit error


• Error 0,68 disebut probable error, dengan
kepercayaan 50%

13
• Data yang diberikan mempunyai harga rata-rata
= 10,11 kPa dan variansi 0,14 kPa, sehingga jika
dinyatakan bahwa harga tekanan yang diukur
adalah:
• 9,97 s/d 10,25 kPa kepercayaannya 67%
• 9,83 s/d 10,39 kPa kepercayaannya 95%
• 9,69 s/d 10,53 kPa kepercayaannya 99,7%
• Dengan menggunakan alat ukur tekanan
tersebut jika diinginkan kepercayaan yang
tinggi, maka harga tekanan terukur adalah
dalam daerah 9,69 kPa s/d 10,53 kPa

14
• Presisi  3 
Pr esisi  100%1  
 x 

• Bias bias  xbenar  x

• Akurasi  bias  3
akurasi  100%1 


 xbenar 
 bias  3 
• Error dari input tertentu error  100% 
 xbenar 

• Error yang dicantumkan pada manual alat


dicari dari berbagai hasil kalibrasi yang
memberikan harga terbesar.
15
Akurasi, presisi, bias & kesalahan
• data pressure-gage, harga rata2, x = 10,11
• Dan standard deviasi,  = 0,14
• Harga benar, x = 10,00
• Presisi = 3   3 x 0,14 = 0,42
• Presisi relatif = 0,42/10,11 x100%=4,1%
• Bias = 10,11 – 10 = 0,11
• Akurasi = ketelitian = bias + 3 = 0,53
• Akurasi relatif = 0,53/10 x 100% = 5,3%
• Kesalahan = 5,3%

16
Sensor & Transduser
• Sensor : bagian dari instrumen yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai kuantitas fisis
tanpa melibatkan perasaan manusia.
• Transducer: bagian dari instrumen yang
mengkonversikan sinyal dari suatu bentuk fisis
menjadi sinyal lain dalam bentuk fisis berbeda.
– Transducer masukan: mengubah sinyal dari suatu bentuk
fisis ke bentuk sinyal listrik.
– Transducer keluaran: mengubah sinyal dari bentuk sinyal
listrik ke bentuk sinyal yang cocok untuk peraga atau
penggerak.
Contoh Transduser
• Transduser pengukuran temperatur: perubahan temperatur
pada suatu zat/benda dapat mengakibatkan beberapa
kemungkinan perubahan, antara lain
– perubahan dimensi benda (padat, cair, gas): contohnya pada
termometer air raksa, termometer bimetal, dan keping bimetal
– perubahan resistansi listrik pada logam dan semikonduktor: contohnya
detektor termometer tahanan (RTD-resistance temperature detector)
dan termistor
– timbul efek termoelektrik e.m.f pada dua logam berbeda yang saling
dihubungkan: contohnya termokopel
– perubahan intensitas atau warna dari radiasi yang dipancarkan oleh
benda panas: contohnya pada pirometer filamen menghilang
(disappearing filament pyrometer)
Sensor Berdasarkan Catu Daya
• Sensor Termodulasi
– Memerlukan catudaya tambahan
– Sebagian besar daya keluaran sinyal berasal dari
catu daya tambahan
• Sensor Pembangkit Sendiri
– Tidak memerlukan catu daya tambahan
– Daya keluaran sensor berasal dari sinyal
masukan sensor
Sensor Berdasarkan Sinyal Keluaran
• Sensor Analog
– Keluaran berubah secara kontinyu
– Informasi sinyal biasanya diperoleh berdasarkan
informasi amplitudo
• Sensor Digital
– Keluaran berubah secara diskrit
– Tidak memerlukan ADC
– Keluaran lebih mudah ditransmisikan
dibandingkan dengan sensor analog

Anda mungkin juga menyukai