Anda di halaman 1dari 19

SYIFA SYAHIRAH

1608260088
Kompartemen Cairan Tubuh
Tubuh orang dewasa terdiri dari: zat padat 40 % berat badan dan zat cair 60% berat
badan; zat cair terdiri dari: cairan intraselular 40 % berat badan dan cairan ekstraselular 20
% berat badan; sedangkan cairan ekstraselular terdiri dari : cairan intravaskular 5 % berat
badan dan cairan interstisial 15 % berat badan.
Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa,
sekitar dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter
rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya
pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.
Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi :
• Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.
• Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume
plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter, dimana 3 liter
merupakan plasma, dan sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, serta
platelet.
• Volume kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh Natrium dan protein plasma.
Natrium paling banyak terdapat di cairan ekstraselular, di cairan intravaskular (plasma)
dan interstisial kadarnya sekitar 140 mEq/L.
• Pompa Natrium-Kalium adalah pompa yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat yang bersamaan memompa ion kalium ke dalam sel. Bekerja
untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.
 Berikut ini merupakan kebutuhan  Perubahan cairan tubuh total sesuai
air dan elektrolit perhari: usia
Dewasa:
 Air 30 – 35 ml/kg
Setiap kenaikan suhu 10 C diberi tambahan
10-15 %
 K+ 1 mEq/kg ( 60 mEq/hari atau 4,5 g )
 Na+ 1-2 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9g)

Bayi dan Anak:


 Air 0-10 kg: 4 ml/kg/jam ( 100 ml/g )
10-20 kg: 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di
atas 20 kg(1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg)
> 20 kg : 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas
20 kg (1500 ml + 20 ml/kg di atas 20 kg)
 K+ 2 mEq/kg (2-3 mEq/kg)
 Na+ 2 mEq/kg (3-4 mEq/kg)2
Tatalaksana Awal
Langkah awal dalam mengelola syok pada
penderita trauma adalah :
• mengetahui tanda-tanda klinisnya. Perdarahan < 750 ml 750-1500 1500-2000 >2000 ml
Tidak ada tes laboratorium yang dapat
ml ml
mendiagnosis syok. Diagnosis awal
didasarkan pada gejala dan tanda yang CRT Normal memanjan memanjang memanjang
timbul akibat dari perfusi organ dan
g
oksigenasi jaringan yang tidak adekuat.
• mencari penyebab syok, yang untuk Nadi < 100 > 100 > 120 > 140
penderita trauma berhubungan dengan
Tek. sistolik Normal Normal Menurun Menurun
mekanisme cedera. Kebanyakan
penderita trauma akan mengalami syok
hipovolemik. Nafas Normal 20-30 x/m > 30-40 x/m >35 x/m
• Diagnosis dan terapi syok harus
Kesadaran Sedikit Agak Cemas, Bingung,
dilakukan secara simultan.Prinsip
pengelolaan dasar yang harus dipegang cemas cemas bingung lesu
ialah menghentingan perdarahan dan
mengganti kehilangan volume.
Tatalaksana Awal
Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmaninya diarahkan lepada diagnosis cedera yang mengancam nyawa dan
meliputi penilaian dari ABCDE.
• Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan
oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
• Circulation (Sirkulasi – Kontrol Perdarahan)
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat terlihat, memperoleh akses
intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka di permukaan tubuh (eksternal)
biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat perdarahan. Cukupnya perfusi jaringan
menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan.
• Disability (Pemeriksaan neurologis)
Dilakukan pemeriksaan neurologis singkat (GCS) untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata
dan respons pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak,
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan. Perubahan fungsi sistem saraf
sentral tidak selalu disebabkan cedera intrakranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang.
Tatalaksana Awal
• Exposure (Pemeriksaan Tubuh Lengkap)
Setelah mengurus prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya,kemudian diperiksa
dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian dari mencari cedera,sangat penting
dilakukan tindakan untuk mencegah hipotermia.
• Dilatasi lambung – Dekompresi
Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak, dan
dapat mengakibatkan hipotensi dan disritmia jantung yang tidak dapat diterangkan,
biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf vagus yang berlebihan. Distensi lambung
membuat terapi syok menjadi sulit. Pada penderita yang tidak sadar, distensi lambung
membesarkan risiko aspirasi isi lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bisa
menjadi fatal.
Akses pembuluh darah
Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling penting dilakukan dengan
memasukkan dua kateter intravena ukuran besar sebelum dipertimbangkan jalur vena
sentral.
Tatalaksana Awal
 Terapi Awal Cairan
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi intravaskular
dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskular dengan cara menggantikan cairan
berikutnya ke dalam ruang interstitial dan intraselular.
o Larutan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama.
o NaCl fisiologis adalah pilihan kedua.Walupun NaCl fisiologis merupakan pengganti yang baik
namun cair ini memiliki potensi untuk terjadinya asidosis hiperkloremik.
Dosis awal adalah 1 sampai 2 liter pada dewasa dan 20 ml/kg pada anak. Respons penderita
terhadap pemberian cairan ini dipantau, dan keputusan pemeriksaan diagnostik atau terapi
lebih lebih lanjut akan tergantung pada respons.
Tatalaksana Awal
• Perhitungan kasar untuk jumlah total volume kristaloid yang secara akut diperlukan
adalah mengganti setiap mililiter darah yang hilang dengan 3 ml cairan kristaloid,
sehingga memungkinkan resusitasi volume plasma yang hilang kedalam ruang interstitial
dan intraselular. Ini dikenal sebagai “hukum 3 untuk 1” (3 for 1 rule).
• Pada bayi dan anak yang dengan kadar hemoglobin normal, kehilangan darah sebanyak
10-15% volume darah, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka cukup diberi
cairan kristaloid atau koloid, sedangkan diatas 15% perlu transfusi darah karena ada
gangguan pengangkutan oksigen.
• Sedangkan untuk orang dewasa dengan kadar hemoglobin normal angka patokannya
ialah 20%. Kehilangan darah sampai 20% ada gangguan faktor pembekuan. Cairan
kristaloid untuk mengisi ruang intravaskular diberikan sebanyak 3 kali lipat jumlah darah
yang hilang, sedangkan koloid diberikan dengan jumlah sama.
Tatalaksana Awal
Transfusi darah umumnya 50% diberikan pada saat perioperatif dengan tujuan untuk menaikkan
kapasitas pengangkutan oksigen dan volume intravaskular. Kalau hanya menaikkan volume
intravaskular saja cukup dengan koloid atau kristaloid. Indikasi transfusi darah antara lain:
 Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dL atau Ht < 30%. Pada orang tua, kelainan paru, kelainan
jantung Hb < 10 gr/dL.
 Bedah mayor kehilangan darah > 20% volume darah.
Traumatic status dari Giesecke

Tanda TS I TS II TS III

Sesak nafas - Ringan ++

Tekanan darah N Turun Tak teratur

Nadi Cepat Sangat cepat Tak teraba

Urin N Oliguria Anuria

Kesadaran N Disorientasi / Koma

Gas darah N
pO2 / pCO2 pO2 / pCO2

CVP N Rendah Sangat rendah

Blood loss % EBV Sampai 10% Sampai 30% Lebih 50%


Tatalaksana Awal
 Evaluasi Resusitasi Cairan dan Perfusi Organ
Jenis Respons Penderita terhadap Resusitasi Cairan Awal
RESPONS CEPAT RESPONS SEMENTARA TANPA RESPONS

Tanda vital Kembali ke normal Perbaikan sementara, Tetap abnormal


tensi dan nadi kembali
turun
Dugaan kehilangan darah Minimal (10 - 20%) Sedang, masih ada Berat (> 40%)
(20 - 40%)
Kebutuhan kristaloid Sedikit Banyak Banyak

Kebutuhan darah Sedikit Sedang-banyak Segera

Persiapan darah Specific type dan Specific type Emergensi


crossmatch
Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti

Kehadiran dini ahli bedah Perlu Perlu Perlu


Evaluasi Resusitasi Cairan dan Perfusi Organ
Produksi urin dapat digunakan sebagai pemantau aliran darah ginjal. Penggantian volume yang
memadai seharusnya menghasilkan keluaran urin sekitar :
• 0,5 ml/kgBB/jam pada orang dewasa
• 1 ml/kgBB/jam pada anak-anak dan
• 2 ml/kgBB/jam untuk bayi (di bawah umur 1 tahun).
 Bila kurang, atau makin turunnya produksi urin dengan berat jenis yang naik, maka ini
menandakan resusitasi yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut ditambahnya penggantian
volume dan usaha diagnostik.
Jenis-Jenis Cairan Intravena
Ada 4 pilihan pokok yang selama bertahun – tahun menjadi perbantahan sengit, yaitu:
 Transfusi darah
adalah pilihan pokok apabila terdapat donor yang cocok. Hemodilusi dengan cairan tidak bertujuan meniadakan
transfusi, tetapi mempertahankan hemodinamik dan perfusi yang baik sementara darah donor tetap perlu
ditransfusikan dalam memberikan koreksi defisit cairan ekstraselular (ECF). Bila darah golongan yang sesuai tidak
tersedia, dapat digunakan universal donor yaitu golongan O dengan titer anti A rendah (Rh negatif) atau Packed Red
Cell-O. Sebaiknya darah universal ini selalu tersedia di UGD.
 Plasma Expander
Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran, gelatin, hydroxy-ethyl starch) sehingga mempunyai
volume effect lebih baik dan tinggal lebih lama di intravaskular. Namun, sayangnya defisit ECF tidak dapat dikoreksi oleh
plasma expander. Selain itu, dari segi harga, plasma expander jauh lebih mahal daripada Ringer Laktat (kira-kira 10x
lipat lebih mahal). Reaksi anaphylactoid dapat terjadi, baik karena dextran maupun gelatin (0,03 - 0,08% pemberian).
Reaksi ini dapat terjadi disertai dengan syok, yang memerlukan adrenalin untuk mengatasinya. Apabila tidak segera
ditangani dengan baik dan tepat, reaksi ini dapat berakhir fatal. Dextran juga menyebabkan gangguan pada crossmatch
darah dan pada dosis lebih dari 10 - 15 ml/kgBB akan menyebabkan gangguan pembekuan darah.
 Albumin
Albumin 5% ataupun Plasma Protein Fraction adalah alternatif yang baik dari segi volume effect. Tetapi harganya sangat
mahal, sekitar 70x lipat dari harga Ringer Laktat untuk mendapatkan volume effect yang sama.
 Ringer Laktat atau NaCl 0,9%
Cairan ini paling mirip komposisinya dengan cairan ECF. Meskipun pemberian infus IVF diikuti perembesan, namun
akhirnya tercapai keseimbangan juga setelah cairan interstitial/ISF jenuh. Cairan lain seperti Dextrose dan NaCl 0,45%
tidak dapat digunakan.
Jenis-Jenis Cairan Intravena
• Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak mengandung molekul
besar. Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskular, sehingga volume
yang diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali) dari volume darah yang hilang. Kristaloid mempunyai
waktu paruh intravaskular 20-30 menit. Ekspansi cairan dari ruang intravaskular ke interstisial
berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan akan keluar dalam 24 - 48 jam sebagai urin. Secara
umum kristaloid digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel atau tanpa peningkatan volume
intrasel.
• Berbagai Cairan Kristaloid
Cairan Na+ K+ Cl- Ca++ HCO3 Tekanan
(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) Osmotik
(mEq/L)
(mOsm/L)
Ringer 130 4 190 3 28* 273
Laktat
Ringer 130 4 109 3 28# 273

*
Asetat
sebagai laktat
# sebagai NaCl 154 0 0 0 0 308
asetat
0,9%
Jenis-Jenis Cairan Intravena
Jenis cairan berdasarkan tujuan terapi:
Cairan rumatan (maintenance).
Bersifat hipotonis: konsentrasi partikel terlarut kurang dari konsentrasi cairan
intraselular/Intracellular Fluid (ICF); menyebabkan air berdifusi ke dalam sel. Tonisitas <
270 mOsm/kg; misal: Dekstrosa 5%, Dekstrosa 5% dalam Saline ¼ / NaCl 0,22%
Cairan pengganti (resusitasi, substitusi)
Bersifat isotonis: konsentrasi partikel terlarut = ICF; tidak ada perpindahan cairan
melalui membran sel semipermeabel. Tonisitas 275 – 295 mOsm/kg; misal : NaCl 0,9%,
Ringer Laktat, koloid
Cairan khusus
Bersifat hipertonis: konsentrasi partikel terlarut > ICF; menyebabkan air keluar dari sel,
menuju daerah dengan konsentrasi lebih tinggi. Tonisitas > 295 mOsm/kg; misal: NaCl 3
%, Manitol, Natrium-bikarbonat, Natrium laktat hipertonik.
Referensi
1. Udeani; John; 2010; Hemorrhagic Shock; New York: Department of Emergency
Medicine, Charles Drew University/ UCLA School of Medicine; Diunduh dari :
http://www.scribd.com/doc/19834799/Hemorrhagic-Shock.
2. Price S, Wilson L. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6th 2.
3. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif. FKUI; 1104. ed. Vol. 1. Jakarta: EGC; 1

Anda mungkin juga menyukai