Anda di halaman 1dari 8

RUBELLA

Nuraini Wulandari
PO71241180030
Pengertian Penyakit Rubella

Rubella atau campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam
merah pada kulit. Rubella umumnya menyerang anak-anak dan remaja. Menurut
data WHO, pada tahun 2016 di Indonesia terdapat lebih dari 800 kasus rubella
yang sudah terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Penyakit ini
disebabkan oleh virus rubella dan dapat menyebar dengan sangat mudah.
Penularan utamanya dapat melalui butiran liur di udara yang dikeluarkan
penderita melalui batuk atau bersin. Berbagi makanan dan minuman dalam piring
atau gelas yang sama dengan penderita juga dapat menularkan rubella. Sama
halnya jika Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut Anda setelah memegang
benda yang terkontaminasi virus rubella.
Gejala – Gejala Rubella
Penyakit ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari sejak terjadi pajanan sampai
menimbulkan gejala. Gejala-gejala umum rubella meliputi:

• Demam ringan dengan suhu 38,9˚C atau lebih mudah mengantuk


• Sakit kepala.
• Hidung tersumbat atau pilek.
• Tidak nafsu makan.
• Mata merah.
• Pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher.
• Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan yang awalnya muncul di wajah lalu menyebar ke
badan, tangan, dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung selama 1-3 hari.
• Nyeri pada sendi, terutama pada penderita remaja wanita.
Proses Diagnosis Rubella
Ruam kemerahan akibat rubella memiliki karakteristik yang mirip
dengan ruam-ruam lain. Guna memastikan diagnosis, dokter biasanya
mengambil sampel air liur atau darah untuk diperiksa di laboratorium. Tes
tersebut digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi rubella. Apabila
terdapat antibodi IgM, berarti Anda sedang menderita rubella. Sedangkan
keberadaan antibodi IgG menandakan bahwa Anda pernah menderita rubella
atau sudah menerima vaksinasi. Pemeriksaan rubella juga bisa dimasukkan
dalam serangkaian tes prenatal untuk ibu hamil, khususnya untuk yang berisiko
tinggi. Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes darah. Jika ibu hamil didiagnosis
menderita rubella, pemeriksaan lanjutan yang mungkin dianjurkan adalah USG
dan amniosentesis. Amniosentesis adalah prosedur pengambilan dan analisis
sampel cairan ketuban untuk mendeteksi kelainan pada janin
Metode Penanganan Rubella
Rubella tidak membutuhkan penanganan medis khusus. Pengobatan dapat dilakukan
di rumah dengan langkah-langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk meringankan
gejala, namun bukan untuk mempercepat penyembuhan rubella.

Berikut ini sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan :


• Beristirahatlah sebanyak mungkin.
• Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
• Mengurangi nyeri dan demam. Penderita dapat mengonsumsi paracetamol atau
ibuprofen untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri pada sendi.
• Minum air hangat bercampur madu dan lemon untuk meredakan sakit tenggorokan
dan pilek
Langkah pencegahan Rubella
Pencegahan rubella yang paling efektif adalah dengan vaksinasi, terutama bagi
wanita yang berencana untuk hamil. Sekitar 90 persen orang yang menerima vaksin ini
akan terhindar dari rubella. Sejak adanya program vaksinasi, jumlah kasus rubella yang
tercatat secara global berkurang secara signifikan.Pemerintah kini sedang
mengampanyekan pemberian vaksin MR menggantikan vaksin MMR. Vaksin MR ini
memberikan perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella. Sebelumnya,
pencegahan rubella tergabung dalam vaksin kombinasi MMR yang juga mencegah
campak dan gondong.
● Pemberian vaksin MR direkomendasikan pada anak usia 9 bulan sampai kurang dari
15 tahun, dan diberikan melalui suntikan pada jaringan lemak (subkutan) lengan atas.
Vaksin MR ini diberikan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat anak duduk di bangku
kelas 1 SD, yaitu sekitar usia 6 tahun.
● Orang dewasa dan anak-anak yang hanya mendapatkan satu kali suntikan vaksin MMR, dapat
mendapatkan vaksin MR pada usia berapa pun. Apabila Anak sudah pernah mendapat vaksin
MMR, vaksin MR ini juga boleh diberikan.
● Wanita yang merencanakan kehamilan juga dianjurkan memeriksakan diri melalui tes darah.
Jika hasil tes menunjukkan bahwa seorang wanita belum memiliki kekebalan terhadap rubella,
dokter akan menganjurkannya untuk menerima vaksin MR. Setelah itu, dia harus menunggu
minimal 4 minggu untuk hamil. Harap diingat bahwa vaksinasi ini tidak boleh dijalani saat
sedang hamil.

Selain vaksin, mencegah penularan dan penyebaran rubella juga penting. Cara-caranya meliputi:
1. Hindari kontak dengan penderita sebisa mungkin, khususnya untuk ibu hamil yang belum
menerima vaksin MR atau MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
2. Pindahkan penderita ke ruangan terpisah yang jauh dari anggota keluarga.
3. Menjaga kebersihan diri, misalnya selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah bepergian,
atau jika terjadi kontak dengan penderita.

Anda mungkin juga menyukai