Latar belakang terbentuknya UUD 45 bermula dari janji
Jepang untuk mem- berikan kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia pada kemudian hari. Janji tersebut, antara lain berisi: "Seiak dalulu, sebelum pecalhna peperangan Asia Timur, Dai Nippon . sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Hindia- Belanda. Tentara Nippon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik darat, laut,. maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda." Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih . lama menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh tentara sekutu, Jepang tak ingat lagi janjinya. Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, dan bertindak tidak bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba UUD'45 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik. Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekan Indonesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang, BPUPKI dikenal dengan Dokuritsu Zyumbi Tyoosakai yang beranggotakan 21 orang diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19. orang anggota yang terdiri atas 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 orang wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan maklumat Ginseikan, nomor 23, bersaman dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945. BPUPKI kemudian menetapkan tim khusus vang bertugas menyusun konstitusi bagiIndonesia merdeka yang dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Adapun para tokoh perumusnya di antaranya dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ki Bagoes Hadi koesoemo, Otto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran. Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudjal (Bali), A.H. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim, dan Mr. Mohammad Hassan (Sumatra). (Sulaiman, 2015 : 92) Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami beberapa perubahan dan masa berlakunya sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, dengan rincian sebagai berikut:
18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku
UUD 1945: 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlaku konstitusi RIS 1949: 17 Agustus 1950-5 Juli 1959 berlaku UUD Sementara 1950; 5 Juli 1959-19 Oktober 1999 berlaku kembali UUD 1945; 19 Oktober 1999-sekarang berlaku UUD 1945 (hasil perubahan) Nilai-nilai konstitusi terdiri dari : Normative Value (Nilai Normatif) Nominal Value (Nilai Nominal) Semantical Value (Nilai Semantik)
Suatu konstitusi dikatakan memiliki Nilai Normatif apabila
konstitusi tersebut resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Norma-norma konstitusi itulah yang mengatur dan menjadi guideline pada proses-proses politik yang terjadi di masyarakat. Konstitusi dikatakan memiliki Nilai nominal apabila konstitusi tersebut secara hukum jelas berlaku, dan memiliki daya berlaku, namun dalam prakteknya tidak memiliki kenyataan eksistensi. Pasal-pasal yang ada dalam konstitusi tersebut hanya menjadi dokumen hukum semata, dan ketundukan politiknya tidak berdasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam konstitusi itu sendiri.
Suatu konstitusi disebut konstitusi yang memiliki Nilai
Semantik jika norma-norma yang terkandung di dalamnya secara hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk untuk melaksanakan kekuasaan politik semata Lambang memiliki definisi tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat, keadaan, dan sebagainya), sehingga dapat disimpulkan bahwa lambang Negara merupakan tanda pengenal suatu negara yang menyatakan sifat dan keadaan daripada suatu negara. Lambang Negara Indonesia yaitu berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan, perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda- beda tetapi tetap satu” yang ditulis diatas pita yang dicengkram Garuda Letak Warna Pada Bagian-bagian Garuda Pancasila Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan asal asalan karena warna warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada bagian-bagian yang ada pada lambang Garuda Pancasila.
Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di
lambang Garuda Pancasila. Warna hitam digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang bintang, juga untuk mewarnai garis datar tengah perisai. dan Warna hitam juga dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika". Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang terdapat pada lambang Garuda Pancasila. Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin. Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna putih juga diberi pada Pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila. Sedangkan Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna bintang, rantai, kapas, dan padi. Makna Warna pada Garuda Pancasila Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila. Warna-warna yang dipakai menjadi warna pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki makna dan arti kurang lebih sebagai berikut.
Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran,
dan kemurnian. warna hitam memiliki makna keabadian. Warna merah memiliki artian keberanian. Warna hijau artinya adalah kesuburan dan kemakmuran. Warna kuning berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran. Burung Garuda Menurut mitologi Hindu, burung garuda merupakan burung mistis dari India. Burung tersebut di Indonesia berkembang sejak abad ke-6. Burung garuda itu sendiri melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada burung garuda melambangkan kemegahan atau kejayaan. Jumlah bulu pada sayap garuda sebanyak 17, bulu pada ekor berjumlah 8, bulu pada pangkal ekor berjumlah 19, dan bulu pada leher berjumlah 45. Bulu-bulu tersebut jika digabungkan menjadi 17-8-1945 yaitu menggambarkan waktu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Perisai Perisai pada burung garuda mengandung lima buah simbol yang masing-masing melambangkan sila-sila dari Pancasila. Perisai yang dikalungkan tersebut melambangkan pertahanan Indonesia. Pada bagian tengah perisai terdapat simbol-simbol sila Pancasila. 1. Bintang melambangkan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung maksud agar Warga Negara Indonesia terus meningkatkan keimanan dan ketakwaannya atas dasar agama dan kepercayaan masing-masing 2. Rantai melambangkan sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Rantai ini terdiri atas dua macam yakni yang berbentuk persegi empat dan berbentuk cincin. Hal ini melambangkan makhluk yang terdiri pria dan wanita yang saling sambung menyambung 3. Pohon beringin melambangkan sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Pohon beringin yang lebat daunnya hijau, rimbun, sehingga bisa digunakan untuk berteduh dan berlindung siapa saja. Nilai-nilai yang terdapat pada lambing ini misalnya persatuan dan kesatuan, saling melindungi, rela berkorban, rasa cinta pada tanah air, bangga sebagai bangsa Indonesia sekaligus bangga dengan budaya bangsanya 4. Kepala banteng melambangkan sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Rakyat dalam hal ini merupakan komunitas yang masing-masing individu memiliki kedudukan yang sama, memiliki kewajiban dan hak yang sama. Inilah inti dari kehidupan demokrasi, yang di Indonesia memiliki ciri yang khas, yakni musyawarah untuk mufakat, yang dijalankan secara jujur dan tanggung jawab 5. Padi dan kapas melambangkan sila kelima Pancasila yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini memberikan semangat dan motivasi bagi pimpinan dan seluruh rakyat Indonesia untuk mengusahakan kemakmuran dan kesejahteraan yang merata (adil) bagi bangsa Indonesia. Padi melambangkan pangan dan kapas melambangkan sandang. Dengan lambang ini, diharapkan semua rakyat Indonesia dapat menikmati kemakmuran, kesejahteraan, cukup pangan, cukup sandang. Pita Putih Pada bagian bawah Garuda Pancasila terlihat pita putih yang dicengkeram. Pita tersebut bertuliskan “BHINNEKA TUNGGAL IKA”. Tulisan tersebut merupakan semboyan negara Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika dalam bahasa Jawa Kuno memiliki arti “berbeda-beda, tetapi tetap satu jua”.
Kata Bhinneka Tunggal Ika sendiri dikutip dari buku Sutasoma
yang ditulis oleh seorang pujangga pada abad ke-14 dari Kerajaan Majapahit yaitu Mpu Tantular. Kata tersebut memiliki arti sebagai persatuan dan kesatuan nusa dan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau, ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, dan agama.
Makna lambang negara Garuda Pancasila sangat relevan
dengan kondisi bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam agama, suku, ras, budaya, adat, dan bahasa. Apabila seluruh masyarakat Indonesia bisa memahami filosofi lambang negara tersebut dengan baik, keutuhan dan persatuan bangsa dapat terjaga. Dengan dasar negara yang kuat, Indonesia akan menjadi negara besar, maju, dan sejahtera (Yana Suryana, dkk.:Pancasila dan Konstitusi).