HIV AIDS
2. Periode Persalinan
Penularan HIV > dengan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi
fetomaternal /kontak antara kulit/ membran mukosa bayi dengan darah/
sekresi maternal saat melahirkan. Pada proses melahirkan per vaginam
peluang penyebaran HIV sekitar 30 %
3. Periode Post-Partum
Cara penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui
bahwa ibu yang menyusui bayinya memiliki risiko menularkan HIV 10-15% dibanding ibu
yang tidak menyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari :
1.Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara
eksklusif risiko nya akan berkurang dibanding dengan pemberian
campuran
2.Patologi payudara: mastitis, robekan putting susu, pendarahan
pada putting susu, dan infeksi payudara lainnya
Klasifikasi HIV-Aids
>2000 >500 1A 2A 3A 4A
1000-2000 200-500 1B 2B 3B 4B
<1000 <200 1C 2C 3C 4C
Klasifikasi Klinis
Stadium Skala Aktivitas Gambaran Klinis
I Asimptomatik, aktivitas normal
a.Asimptomatik
b.Limfadenopati generalisata
II Simptomatik, aktovitas normal
a.BB menurun <10%
b.Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis, dll
c.Herpes zoster dalam 5 thn terakhir
d.Infeksi saluran napas bagian atas
III Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur <50%
a.Diare kronis >1 bulan
b.Demam >1 bulan
c.Kandidiasis orofaringeal
d.Oral hairy leukoplakia
e.TB paru
f.Infeksi bakteri berat seperti pneumonia
IV Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur >50%
a.HIV wasting syndrome
b.Penumonia pneumocystis carinii
c.Toksoplasmosis otak
d.Diare kriptosporidiosis >1 bulan
e.Retinitis virus sitomegalo
f.Herpes simplek mukokutan >1 bulan
g.Leukoensefalopati multifokal progresif
h.Limfoma
i.Sarkoma kaposi
j.Ensefalopati HIV
Untuk bayi, klasifikasi bisa berdasarkan hitung limfosit
CD4 ( derajat imunosupresi 1, 2, 3)
f. Pada bayi pemeriksaan yang direkomendasikan ialah Uji ELISA dan Tes
virologis.
Tes virologis untuk RNA atau DNA yang spesifik HIV merupakan metode
yang paling dipercaya untuk mendiagnosis infeksi HIV pada anak
berumur < 18 bulan.
Tata Laksana Prenatal
Sebelum konsepsi, wanita yang terinfeksi sebaiknya melakukan
konseling .
Program ini membantu pasien dalam menentukan terapi yang optimal dan
penanganan obstetrik, seperti toksisitas ARV yang mungkin terjadi, diagnosis
prenatal untuk kelainan kongenital (malformasi atau kelainan kromosomal)
dan menentukan cara persalinan yang boleh dilakukan.
Wanita yang terinfeksi disarankan untuk melakukan servikal sitologi
rutin, menggunakan kondom saat berhubungan seksual, atau menunggu
konsepsi sampai plasma viremia telah ditekan.
Infeksi oportunistik yang terjadi harus tetap diobati. Status awal
yang harus dinilai pada ibu hamil dengan infeksi HIV adalah
riwayat penyakit HIV berdasarkan status klinis, imunologis
(jumlah CD4 <400/ml) dan virologis (viral load tinggi). Riwayat
pengobatan, operasi, sosial, ginekologi dan obstetric sebelumnya
harus dilakukan pada kunjungan prenatal pertama. Pemeriksaan
fisik lengkap penting untuk membedakan proses penyakit HIV
dengan perubahan fisik normal pada kehamilan.
Intervensi untuk Mencegah
Progresifitas Penyakit Pada Ibu Hamil
Ket:
AZT : Azidotimidin
TDF : Tenofovir
3TC : Lamivudin
FTC : Emtricitabin
NVP : Nefirapin
EFV : Efavirenz
Intervensi untuk Mencegah
Transmisi Perinatal (PMTCT)
Selain terapi ARV dan profilaksis, pemilihan susu formula dibandingkan ASI
terbukti dapat menurunkan transmisi HIV dari ibu ke anak dari 15-25% sampai
kurang dari 2%.
Persalinan dengan elektif seksio sesaria ternyata juga dapat menurunkan
transmisi perinatal.
Meminimalkan terpaparnya janin terhadapa darah maternal, akibat pecahnya
selaput plasenta dan sekresi maternal, saat janin melewati jalan lahir. Indikasi
persalinan dengan elektif seksio sesaria adalah wanita tanpa pengobatan
antiviral, wanita yang mengkonsumsi HAART dengan viral load >50kopi/mL,
wanita yang hanya mengkonsumsi monoterapi ZDV (Zidovudin), wanita dengan
HIV positif dan koinfeksi virus hepatitis, termasuk HBV dan HCV
Tata Laksana Persalinan
Cara persalinan harus ditentukan sebelum umur kehamilan 38
minggu untuk meminimalkan terjadinya komplikasi persalinan. Sampel
plasma viral load dan jumlah CD4 harus diambil pada saat persalinan. Pasien
dengan HAART harus mendapatkan obatnya sebelum persalinan, jika
diindikasikan, sesudah persalinan.
Semua ibu hamil dengan HIV positif disarankan untuk melakukan
persalinan dengan seksio sesaria. Infus ZDV diberikan secara intravena
selama persalinan elektif seksio sesaria dengan dosis 2 mg/kg selama 1 jam,
diikuti dengan 1 mg/kg sepanjang proses kelahiran.
Pada persalinan ini, infus ZDV dimulai 4 jam sebelumnya dan
dilanjutkan sampai tali pusar sudah terjepit.
National Guidelines menyarankan pemberian antibiotik peripartum
pada saat persalinan untuk mencegah terjadinya infeksi
Tata Laksana Postnatal
Setelah melahirkan, ibu sebaiknya menghindari kontak langsung
dengan bayi. Dosis terapi antibiotik profilaksis, ARV dan imunosuportif
harus diperiksa kembali. Secara teori, ASI dapat membawa HIV dan dapat
meningkatkan transmisi perinatal.
Oleh karena itu, WHO tidak merekomendasikan pemberian ASI pada ibu
dengan HIV positif, meskipun mereka mendapatkan terapi ARV
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
Bayi lahir prematur,
Premature rupture of membran (PROM),
Berat bayi lahir rendah,
Anemia,
Restriksi pertumbuhan intrauterus,
Kematian perinatal dan
Endometritis postpartum.