Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN SAMPAH

M. Iman Luthfi 21100113120006


KELOMPOK 4
Frans Anderson L. G 21100114140078
Yan Sihaloho 21100114140079
Ridwan Silalahi 21100114140082
Donovan Asriel 21100114140093
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
Yeremia Billy 21100114130094
Ulfa Dian Ratnasari 21100115120023 FAKULTAS TEKNIK
Nur Hanifah 21100115120024 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Ayu Wijayanti K. D 21100115120025
Tenny Ruth Simamora 21100115120029 MARET 2018
Ulfah Rahmadani 21100115130080
POKOK BAHASAN
 PENDAHULUAN
• LATAR BELAKANG
• TUJUAN
• MASALAH
• MANFAAT
 ISI
• KONSEP MANAJEMEN SAMPAH
• MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH
• KRITERIA TEMPAT PEMBUANGAN AKIR SAMPAH
• MANAJEMEN BENCANA SAMPAH
• STUDI KASUS
 PENUTUP
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
• Sampah sebagai permasalahan lingkungan yang
berbanding lurus dengan pertumbuhan
penduduk
• Upaya pengelolaan sampah hinggaa saat ini di
beberapa tempat yang belum maksimal dan
solutif
• Sampah merupakan permasalahan lingkungan
yang membutuhkan pengelolaan berkelanjutan
sebagai jalan keluar permasalahan
PENDAHULUAN
2. TUJUAN
• Memberikan informasi terhadap dampak yang
dapat di timbuklan sampah
• Memberikan inovasi dalam proses pengelolaan
sampah
3. RUMUSAN MASALAH
• Bagaimana konsep memanajemen sampah?
• Apa saja material sampah yang bisa diolah?
• Apa kriteria yang cocok untuk dijadikan tempat
pembuangan akhir sampah?
• Bagaimana cara untuk manajemen bencana
sampah?
PENDAHULUAN
4. MANFAAT
• Mengetahui bagaimana cara memanajemen
sampah yang baik.
• Dapat membedakan mana sampah yang aman
dan sampah yang berbahaya.
• Dapat menentukan tempat yang sesuai untuk
dijadikan tempat pembuangan akhir sampah.
• Dapat menanggulangi bencana yang
diakibatkan oleh sampah.
ISI
KONSEP MANAJEMEN SAMPAH
 Sampah merupakan material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
 Manajemen sampah atau pengelolaan
sampah adalah kegiatan pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, daur ulang, atau
pembuangan dari material sampah di mana
mengacu pada sampah akibat kegiatan
manusia.
 Secara garis besar, sumber sampah terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu:
 Sampah nondomestik,
 Sampah domestik,
ISI
KONSEP MANAJEMEN SAMPAH
 Sampah memiliki beberapa karakteristik yang
dapat digolongkan menjadi :
 Sampah bersifat kimia, yang dibagi berdasarkan
komposisi kimianya, antara lain unsur C, N, O, P, H,
dan S.
 Sampah bersifat fisika, yang dibagi berdasarkan
densitas, kadar air, kadar zat terbang, kadar abu, nilai
kalor, dan distribusi ukurannya.
 Sampah bersifat biokimia, yang dibagi menjadi
sampah yang dapat membusuk, sampah yang tidak
dapat atau sulit membusuk, dan sampah abu dan
debu.
ISI
KONSEP MANAJEMEN SAMPAH
 MenurutTchobanoglous tahun 1993, kegiatan yang
terkait dengan pengelolaan sampah telah
dikelompokkan menjadi enam tahap, yaitu :
 Jumlah sampah (waste generation)
 Pengumpulan, pemisahan dan kegiatan pengolahan
di sumber sampah
 Pengumpulan akhir
 Pemisahan, pengolahan dan perubahan
(transformation) sampah
 Pemindahan dan pengangkutan
 Pembuangan akhir (TPA)
ISI
MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH
1. Pengurukan (Landfill)
 Kegiatan menguruk sampah dengan tanah di tempat
tertentu (khusus) secara masif (kuantitas besar).
 Dibangun pada pertambangan, galian, terowongan,
lubang ataupun ruang bawah tanah yang sudah tidak
digunakan.
 Pengurukan yang dilakukan dulu dapat menimbulkan
beberapa masalah.
 Pada metode pengurukan modern, terdapat
penambahan lapisan plastik di dasar pengurukan untuk
menampung air endapan sampah. Pada bagian
dalam, ditambahkan plastik untuk mengumpulkan gas
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik.
ISI
MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH

1. Pengurukan (Landfill)

Gambar 1 Pengurukan
ISI
MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH
2. Pembakaran dengan Tungku Bakar
(Incineration)
 Proses ini mengurangi volume sampah padat hingga 30%
dari volume sampah padat sebelumnya. Proses ini
mengubah sampah menjadi panas, gas, uap panas dan
debu.
 Metode ini banyak digunakan pada pengelolaan sampah
pada pabrik (industri) untuk pembuangan sampah cair,
gas maupun padat. Metode pembakaran praktis
digunakan untuk pembuangan jenis sampah biomedis.
 Pada perkembangannya, pembakaran sampah juga
dimanfaatkan untuk pembakaran tungku peleburan dan
juga boiler untuk menghasilkan energi listrik. Namun,
penggunaan metode pembakaran memiliki masalah
polusi udara akibat reaksi pembakaran sampah.
ISI
MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH

Gambar 2 Pembakaran dengan Tungku Bakar


ISI
MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH
3. Daur Ulang (Recycle)
 Secara umun sampah-sampah yang dapat didaur
ulang antara lain aluminium (sampah kaleng
minuman), tembaga (sampah kabel listrik),
besi/baja (sampah tabung aerosol), polyethylene
(sampah botol plastik), kaca (sampah toples dan
botol kaca atupun piring kaca), kertas (sampah
koran, kardus, HVS, dsj) dan juga sampah serat
(fiber) termasuk PVC, LDPE, PP, dan PS serta
sampah elektronika.
ISI

Gambar 3 Daur ulang sampah


ISI
MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH
4. Proses Ulang Biologis (Biological Reprocessing)
 Penguraian sampah organik secara alami (melalui
proses alami alam) menghasilkan kompos untuk pupuk.
Proses ini juga menghasilkan gas (gas metana) yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit
listrik.

5. Pemulihan Energi (Energy Recovery)


 Merupakan suatu proses yang bertujuan membuat
sampah menjadi bahan bakar langsung boiler untuk
menghasilkan uap panas dan energi listrik melalui turbin.
Proses ini juga dapat dilakukan dengan membuat
sampah menjadi bahan bakar tidak langsung dalam
bentuk lain.
ISI
MANAJEMEN MATERIAL SAMPAH
5. Pemulihan Energi (Energy Recovery)
 Merupakan suatu proses yang bertujuan membuat sampah
menjadi bahan bakar langsung boiler untuk menghasilkan
uap panas dan energi listrik melalui turbin. Proses ini juga
dapat dilakukan dengan membuat sampah menjadi bahan
bakar tidak langsung dalam bentuk lain.
a. Pyrolysis ,mengubah sampah padat menjadi padatan,
cairan dan gas. Hasil cairan dan gas pyrolysis dapat
dijadikan bahan bakar pembangkit listrik ataupun diolah
kembali menjadi produk kimia lain, sedangkan hasil
padatan dapat diolah kembali menjadi produk karbon
aktif.
b. Gasifikasi ,digunakan untuk mengubah sampah organik
menjadi gas sintesis yang terbentuk dari karbon dioksida
(CO2) dan hidrogen (H2). Gas sintesis dijadikan bahan
bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap.
ISI

Gambar. 4 Energy Recovery


ISI
KRITERIA TEMPAT PEMBUANGAN
AKIR SAMPAH
Berdasarkan Kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI)
No. 03-3241-1994 yang diterbitkan Badan
Standardisasi Nasional (BSN),
 Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah ialah
sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan
pembuangan akhir sampah.
 TPA ialah tempat untuk menyingkirkan atau
mengarantina sampah kota sehingga aman.
ISI
KRITERIA TEMPAT PEMBUANGAN
AKIR SAMPAH
Sehingga disusun persyaratan pemilihan lokasi TPA
yang harus sesuai dengan
 persyaratan hukum,
 ketentuan perundang-undangan mengenai
pengelolaan lingkungan hidup,
 analisis mengenai dampak lingkungan,
 ketertiban umum,
 kebersihan kota/ lingkungan,
 peraturan daerah tentang pengelolaan sampah
dan perencanaan tata ruang kota serta peraturan-
peraturan pelaksanaannya.
 Tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.
ISI

Gambar 5. Diagram Proses Pemilihan Lokasi TPA Sampah berdasarkan SNI


ISI
1. TAHAP REGIONAL
 Merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang
berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang
terbagi menjadi beberapa zona kelayakan.
 Kriteria
 Kondisi Geologi
 Jenis batuan  Kondisi Keairan
• Air permukaan,
 Stuktur geologi
• Aliran airtanah,
 Zona kerentanan gerakan tanah • Kedalaman MAT
 Kondisi Topografi bebas,
• Potensi airtanah,
 kemiringan lereng, max 20%
dan
 ketinggian tempat • Kualitas airtanah
 kestabilan lereng
ISI
1. TAHAP REGIONAL
 Kondisi Keairan
• Air permukaan,
• Aliran airtanah,
• Kedalaman MAT bebas,
• Potensi airtanah, dan
• Kualitas airtanah
ISI
2. TAHAP PENYISIH
 Merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau
dua lokasi terbaik di antara beberapa lokasi yang
dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap
regional.
 Kriteria
 Curah hujan
 Jarak terhadap Sungai
 Kawasan Lindung
 Jarak terhadap Jalan Raya
 Jarak terhadap Pemukiman
 Jarak terhadap Bandara
ISI
3. TAHAP PENENTUAN

 Merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh


instansi yang berwenang. Kriteria yang digunakan,
selain kriteria yang disebutkan di atas adalah
kebijakan instansi setempat yang berwenang
untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih
sesuai ketentuan yang berlaku
ISI
MANAJEMEN BENCANA SAMPAH
 Pembuangan sampah sembarangan di berbagai
tempat akan menimbulkan suatu bencana, seperti
bencana banjir, tanah longsor akibat timbunan
sampah dan juga dapat menyebabkan adanya
wabah penyakit yang menular. Oleh karena itu,
perlu dilakukan manajemen bencana sampah
yang terbagi menjadi :
1. Pra Bencana
2. Saat Bencana dan Tanggap Darurat
3. Pasca Bencana
ISI
MANAJEMEN BENCANA SAMPAH

1.Pra Bencana
 Melakukan kerjasama lintas program.
 Melakukan inventarisasi sarana tempat
pembuangan sampah dan potensi sumber daya
yang ada untuk pengelolaan sampah.
 Secara rutin melakukan pengelolaan sampah di
setiap daerah, mulai dari lingkup yang kecil.
ISI
MANAJEMEN BENCANA SAMPAH
2. Saat Bencana dan Masa Tanggap Darurat
 Menyediakan tempat sampah dari kantong plastik (polybag)
atau potongan drum yang dilengkapi dengan tutup ditempat
penampungan pengungsi.
 Penempatan wadah atau tempat sampah diupayakan
sedekat mungkin dengan tempat penampungan pengungsi,
maksimal berjarak 15 m.
 Memberdayakan pengungsi untuk membuang sampah pada
tempat yang telah disediakan dan memberdayakan
masyarakat untuk mengolah kembali barang-barang bekas.
 Melakukan pengangkutan sampah setiap hari jika kantong
atau drum yang tersedia telah penuh atau terisi 2/3 drum.
Kantong atau drum telah terisi atau maksimal tiga hari sekali
sampah sudah diangkut ke TPS atau TPA.
 Melakukan pengamatan binatang pengganggu di TPS dan
TPA.
 Melakukan pencatatan.
ISI
MANAJEMEN BENCANA SAMPAH
3. Pasca Bencana
• Petugas dan masyarakat menginventarisasi sarana
pembuangan sampah yang rusak dan
memperbaikinya.
• Meningkatkan pengamatan dan segera
menginformasikan kepada pihak terkait jika
mengetahui sampah tidak tertangani.
• Menggerakkan masyarakat untuk membersihkan
sampah di lokasi pengungsian dan lokasi bekas
bencana.
• Petugas membuat usulan proposal kegiatan lanjutan
dalam pengamanan sampah.
ISI
STUDI KASUS
 Studi kasus yang diambil berasal dari kondisi TPA Jatibarang
yang terletak di Jalan Untung Surapati, Kelurahan Kedung
Pane, Kecamatan Mijen, Semarang pada tahun 2016.

Gambar 6. Volume Sampah Masuk di Gambar 7. Produksi Sampah Kota


TPA Jatibarang pada 2016-2017 Semarang dari 2009 - 2016
ISI
STUDI KASUS
 Luas kurang lebih 46 hektar, tujuh hektar masih lahan kosong.
 Jumlah sampah yang masuk kurang lebih 800 - 900 ton/hari.
 Komposisi sampah yang masuk ke TPA meliputi 62% sampah
organik dan 38% sampah anorganik.
 Peningkatan jumlah sampah yang terjadi di Kota Semarang
sekitar 1,5% per tahun sehingga dapat diproyeksikan jumlah
sampah di Kota Semarang pada tahun 2020 sekitar 1600
ton/hari
• .
 Sarana dan prasarana yang ada di TPA Jatibarang berupa
kantor, pos jaga, MCK, jalan masuk, rumah genset, taman,
sumber air bersih, kolam leacheate, garasi atau bengkel,
gudang, jembatan timbang, tempat cuci kendaraan, lima
armada dump truck dan truk tangki, tujuh armada alat berat,
dan 15 karyawan UPTD TPA.
ISI
STUDI KASUS
Keadaan dan Perkembangan Pengelolaan TPA Jatibarang

Gambar 8. Metode Pengelolaan Sampah di TPA Jatibarang dari 1991-2017


ISI
STUDI KASUS
 Pada awalnya menggunakan sistem sanitary landfill,
dibangun pada 1993 dengan luas ± 460.183 m2.
 Karena keterbatasan dari pihak pengelola, pengelolaan
berubah menjadi open dumping.
 Pada 2001, TPA penuh dan harus dicari lokasi baru, hal ini
disebabkan tidak proporsionalnya volume sampah yang
dibuang dengan daya tampung TPA.
 Luas areal ± 460.183 m2, dengan luas areal buangan ±
276.469,8 m2 atau sekitar 60% luas total. Daya tampung
sampah ± 4.147.047 m3, dengan kedalaman rata-rata 40 m.
Dalam kondisi normal, sampah yang dibuang di TPA
Jatibarang setiap hari mencapai sekitar 2.500 m3 atau sekitar
600 ton.
 Selain itu, terdapat logam berat dari air leacheate sampah
yang mulai mencemari sungai yang ada di sekitar TPA serta
terdapat organisme yang berkurang jumlahnya akibat
pencemaran.
ISI
STUDI KASUS
Langkah penanggulangan permasalahan TPA Jatibarang :
 Pembuatan kolam leacheate, sehingga cairan yang
keluar dari saampah padat tidak mencemari sungai
yang ada di sekitar TPA.
 Pembuatan taman vertikal dan filter, untuk mengurangi
polusi yang disebabkan oleh adanya tumpukan
sampah.
 Pemanfaatan gas metan , dilakukan dengan membuat
kantin gas metan di mana pembayaran untuk gas
metan tersebut adalah dengan memberikan sampah
anorganik sebagai ganti biayanya. Gas metan ini juga
dialirkan ke rumah penduduk sebagai biogas. Lahan
yang digunkan untuk pemanfaatan gas metan adalah
sekitar 0,8 hektar dengan produksi gas sekitar 120
m3/hari.
ISI
STUDI KASUS

Gambar 9. Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Organik

Pengolahan pupuk organik, pemerintah Kota Semarang juga


bekerjasama dengan PT. NARPATI untuk melakukan pengelolaan
sampah yang ada di TPA Jatibarang menjadi pupuk organik
sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang ada di TPA
ISI
STUDI KASUS
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas Metana ,adanya pemberlakuan Perpres No. 58 tahun
2017 dan terdapat kerjasama pihak pemerintah dengan ESP3 DANIDA (Denmark) untuk
mencari teknologi alternatif mengatasi waste to energy, yaitu dengan mendirikan
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Metana di TPA Jatibarang. Rencana lain adalah dengan
menutup dua zona pembuangan sampah dan membangun zona buang baru dengan
sistem sanitary landfill.

Gambar 10. Rencana Pembangunan PLT Gambar 11. Pembagian Lokasi


Gas Metan oleh ESP3 DANIDA Pengelolaan Sampah di TPA Jatibarang
PENUTUP
Kesimpulan
 Sampah adalah salah satu pemicu bencana yang
terjadi pada masa sekarang ini
 Proses-proses dalam pengelolaan sampah harus
dilakukan semaksimal mungkin agar menurunkan angka
bencana lainnya
 Dalam mengatasi masalah sampah, masyarakat
diinstruksikan untuk selalu berpedoman pada peraturan
dari pemerintah yang berlaku
 Sampah dapat menjadi pemicu masalah sosial,
kesehatan, dan kemasyarakatan.
 Dalam menentukan tempat yang baik untuk
penyimpanan sampah, perlu adanya pendekatan
secara lebih rinci merujuk pada kesesuaian tempat.
PENUTUP

Saran
 Dalam menurunkan angka intensitas sampah, perlu
diadakan sosialisasi antar berbagai elemen masyarkat
dalam memperkecil kemungkinan bencana akibat
sampah yang beredar.
 Untuk mengurangi polusi akibat sampah, sangat
dianjurkan untuk memakai bahan-bahan yang dapat di
daur ulang/biodegradable.
DAFTAR PUSTAKA
Alfonds, O., Maramis, A., & Msi, S. (2001). Studi Kasus Pengelolaan
Sampah di TPA Jatibarang, Semarang.
Damanhuri, E., & Padmi, T. (2010). Pengelolaan sampah. Diktat
Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi
Bandung, 30.
Manajemen Pengelolaan Sampah Di Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah ( Tpa Ganet Pada Kantor Dinas Tata Kota
Kebersihan Pertamanan Dan Pemakaman Kota
Tanjungpinang. (2014).
Semarang, D. K. (2017). Pengelolaan TPA jatibarang, 1–20.
(“316202850- PENANGANAN-SAMPAH-PASCA-
BENCANA,” n.d., “Manajemen Pengelolaan Sampah Di
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah ( Tpa ) Ganet Pada
Kantor Dinas Tata Kota Kebersihan Pertamanan Dan
Pemakaman Kota Tanjungpinang,” 2014; Alfonds, Maramis,
& Msi, 2001; Damanhuri & Padmi, 2010; Semarang, 2017)
SNI 03-3241-1994, Tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, Badan
Standardisasi Nasional (BSN), Dep. Pekerjaan Umum, 1994

Anda mungkin juga menyukai