Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus

TUBERKULOSIS
PADA
ANAK

Pembimbing : dr. Ridhayani, Sp. A

Oleh :
Andani Lestari, S.Ked
04054821820127
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. PA

Umur : 9 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Temon Kota Batu, Palembang

Nama orang tua : Moh. Tedi/Nurhasanah

Pekerjaan : Buruh dan ibu rumah tangga

Agama : Islam

Suku : Palembang

Tanggal MRS : 22 Mei 2019

Tanggal pemeriksaan: 29 Mei 2019


ANAMNESIS

1.Keluhan Utama
Sesak Nafas dan Batuk

2.Riwayat Penyakit Sekarang


±1 bulan SMRS anak mengeluh batuk disertai lendir yang berwarna putih.
Batuk tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan yang
menurun (+), Demam (+) pada malam hari, serta sering berkeringat pada
malam hari. Pilek (-), muntah (-), mencret (-), keluar air dari telinga (-).

±2 minggu SMRS, anak mengeluh mulai lemas. Batuk masih ada, berat
badan dirasa menurun, sesekali mengeluh sesak. Sesak tidak dipengaruhi
cuaca, suhu, dan posisi. BAB dan BAK Biasa.
Sejak 2 hari SMRS, anak mengeluh sesak semakin hebat, tidak dipengaruhi
cuaca, suhu, dan posisi. Batuk juga dirasa makin parah. Demam tinggi
masih ada. Berat badan dan nafsu makan anak dirasa makin turun. Anak
dibawa ke RS Palembang Bari.
Anamnesis
Dilakukan pada tanggal 29 Mei 2019 jam 14.00 WIB didapat
secara alloanamnesis diberikan oleh orangtua pasien.

Popula Sampe Variab


sirawat
Pasien l el
inap pada 1 Juli
2010 - 31 Maret Pasien rawat inap
2015 yang antara usia 3-18
Pasien dikategorikan menjadi 4
kelompok

diambil dari tahun dengan


>1000 rumah eksaserbasi asma Karakteristik pasien: usia, jenis kelamin,
sakit yang akut sebagai dan penyakit penyerta alergi yang
sudah ada sebelumnya

mencakup 50% diagnosis utama


dari pasien saat masuk
rawat inap ke menggunakan 30-hari readmisi, kebutuhan untuk
perawatan intensif, lama perawatan di
RS, dan total biaya rawat inap rata-rata
ICD 10 dalam yen Jepang (¥).
rumah sakit
perawatan akut
di Jepang.
 Terdapat riwayat kontak dengan penderita
tuberkulosis paru tapi tidak jelas, hanya
berdasarkan laporan keluarga, bahwa di
lingkungan rumah ada tetangga dengan
riwayat batuk lama disertai darah.

 Penderita sudah berulang kali berobat ke dokter


tapi belum ada perubahan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat ASMA Disangkal

Riwayat pengobatan OAT (+) selama ± 2 Bulan

Riwayat alergi obat/ Disangkal


makanan
Riwayat batuk darah Disangkal

Riwayat batuk lama (+)

Riwayat campak Disangkal

Riwayat Mondok (+) 4 bulan yang lalu


• Antenatal care (+) bidan
• Riwayat sakit (-)
• Riwayat minum jamu/ obat (-)
Riwayat • Merokok (-)
Kehamilan ibu • Alkohol (-)

• Riwayat abortus (-)


• Jumlah persalinan: Tiga kali lahir hidup
Riwayat
Reproduksi
Riwayat
Riwayat kelahiran Riwayat makanan Riwayat imunisasi pertumbuhan dan
perkembangan

Berdasarkan
Lahir Imunisasi KMS berada
ASI eksklusif 6
normal/spont dasar dibawah
bulan
an lengkap garis
merah/riway
at BB ↓ /
Prematur(32 tidak naik
minggu) dalam 2
bulan
berturut-turut

Ditolong
bidan

BB lahir 1,3 kg
Riwayat Keluarga
• Riwayat sakit serupa : (+) paman pasien
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : (+) kakek dari ibu pasien
• Riwayat perokok : (+) (Ayah, kakek, paman)

Riwayat kesehatan lingkungan


• Kontak dengan penderita TB(+)
• Sakit serupa (+)
• Ayah pasien perokok(+)
• Batuk darah (-)
• Udara dingin (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2012


• Compos Mentis (GCS 15 : E4 V5
M6)
Keadaan •BB : 14 kg
Umum •Gizi : Kurang

•Nadi : 110x/ menit


•Pernafasan : 22x/ menit
Vital sign •Suhu : 36,9 oC
KEPALA
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik tidak ditemukan
Nafas cuping hidung tidak ditemukan

LEHER
retraksi supra sternal tidak ditemukan,
deviasi tracheal tidak ditemukan,
peningkatan JVP tidak ditemukan,
pembesaran kelenjar limfe (-/-)
PARU
Simetris ka-ki, ketinggalan
inspeksi
gerak(-), retraksi intercosta(-)
Depan belakang Depan belakang

N N N N
PARU N N N N

Palpasi Fremitus (N) N N N N

Depan belakang Depan belakang


PARU
Sonor Sonor Sonor Sonor

Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor


Sonor Sonor Sonor Sonor

V V V V
PARU
V V V V
Auskultasi Wheezing(-), Rhonki(-) V V V V
• Bunyi jantung I-II
reguler
Auskultasi
• Bising jantung(-)

Palpasi

• Ictus cordis
kuat angkat
Inspeksi

• Ictus cordis
tampak
ABDOMEN

• Bentuk abdomen simetris,

inspeksi ukuran normal, darm


contour(-), darm sreifung(-),
bekas operasi(-)

auskultasi • Peristaltik(N)

Perkusi • Tympani

Palpasi • Nyeri tekan(-), hepar &lien


dalam batas normal
Extremitas

Akral
hangat

Oedem (-)

Clubing finger(-
)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Skoring TB

2. Radiologi

3. Tes Mantoux
Pemeriksaan Skoring
TBPARAMETER 0 1 2 3 SKOR
Kontak dengan penderita Tidak jelas Hanya laporan Kavitas(+) BTA Kontak dengan penderita 3
keluarga, BTA (-)/ tidak jelas BTA(+)
tidak tahu
Uji tuberkulin Negatif - - Positif ≥ 10mm atau ≥5mm 3
pada keadaan
imunosupresan
Berat badan berdasarkan - Bawah garis Klinis gizi buruk ( - 1
KMS merah/ riwayat BB BB/U < 60%)
turun/ tidak naik
dalam 2 bulan
berturut- turut

Demam tanpa sebab jelas - ≥ 2 minggu - - 0


Batuk < 3 minggu ≥ 3 minggu - - 1
Pembesaran kelenjar limfe - ≥ 1cm jumlah > 1, - - 0
koli, aksila, inguinal tidak nyeri
Pembengkakan tulang/ sendi - Ada - - 0
panggul pembengkakan
Foto rontgen thorak normal/ Normal/ tidak Infiltrat Klasifikasi (+), 0
tidak jelas jelas pembesaran infiltrat
kelenjar konsolidasi pembesaran
segmental/ lobar (+) infiltrat
atelektasis

Total skor 8
Mantoux test 15 mm
Radiologi ( Rontgen Toraks PA ) 2 Juni 2012
 Gambaran infiltrate (-)
 Sinus kosto frenikus
dextra sinistra lancip.
 Kesan : normal/tidak
jelas
• Batuk pilek (+) • Dalam batas • Skoring TB (8)
• Sesak nafas (+) normal • Kontak dengan
ANAMNESIS

PEMERIKSAAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN FISIK
• Muntah (+) penderita, Kontak
• Dahak susah dengan penderita
keluar BTA(+) : 3
• Kadang demam • Berat badan
• Keringat malam berdasar KMS :
Bawah garis
• Nafsu makan ↓
merah/ riwayat BB
• Berat badan ↓ turun/ tidak naik
dalam 2 bulan
berturut-turut : 1
• Uji tuberkulin : 3
• Batuk, ≥ 3 minggu :
1
• Foto rontgen
thorak normal/
tidak jelas : 0
• Foto Thorax : infiltrat
(-)
• Mantoux test : 15mm
ASSESMEN
T

TB paru anak dalam


pengobatan
POMR

Assessment P. Diagnosis P. Terapi P. Monitoring

- Skoring TB
-Monitoring KU
TB paru - Mantoux tes
- FDC/ OAT -Evaluasi klinis
anak dalam - Bilas lambung
- terapi -Evaluasi radiologi 2-3 bln
pengobatan - PA
simptomatis pengobatan
- Serologi
PROGNOSIS

 Ad vitam : dubia ad bonam

 Ad fungsionam : dubia ad bonam

 Ad sanationam : dubia ad bonam


PEMBAHASA
N
TUBERKULOSIS
Etiologi: M.tuberculosis
Epidemiologi: Indonesia no 3 di dunia,
prevalensi +/- 23-70%, sulit mencari sumber
penularan
Gejala & tanda klinis bervariasi
Komplikasi luas
Hasil terapi signifikan
CARA INFEKSI M. tbc
Melalui pernapasan, paru 95,93%

Melalui pencernaan, usus 1,14%

Melalui kontak kulit 0,14%

Kongenital
KLASIFIKASI TBC ANAK
 TBC PRIMER
- KOMPLEK PRIMER:
afek/fokus primer Gohn + limfadenitis
regional (paratrakeal, hiler)
- komplikasi paru

 TBC POST PRIMER


- reinfeksi endogen
- reinfeksi eksogen
C. PATOGENESIS
D. GEJALA KLINIS
Demam lama > 2 minggu dan atau berulang, tanpa
sebab yang jelas .
Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah
disingkirkan.
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau
tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi
yang adekuat.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal
tumbuh dan berat badan tidak naik dengan
adekuat.
Lesu atau malaise.
E. DIAGNOSIS

PASTI PP IDAI

Ditemukannya basil TB
dari bahan yang diambil Sistem Scoring
dari pasien misalnya
sputum, bilasan TB ANAK
lambung, biopsi
DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan SYSTEM
Fisik
SCORING

Pemeriksaan
Penunjang
SYSTEM SCORING TB
Catatan........
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.

Jika dijumpai Skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit),


pasien dapat langsung didiagnosis tuberkulosis.

Berat badan dinilai saat pasien datang.

Demam dan batuk tidak respons terhadap terapi

Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak

Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi


dengan sistem skoring TB anak.

Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥6, (skor maksimal 13)

Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk


evaluasi lebih lanjut.

Gambaran sugestif TB berupa: pembesaran kelenjar hilus


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Tuberculin

Radiologis

Mikrobiologis
Uji tuberculin

1. Penyuntikkan 0,1 ml PPD (Purified Protein


Derivative) RT-232TU atau PPD S 5TU, secara
intrakutan di bagian volar lengan bawah.
2. Pembacaan  48-72 jam setelah
penyuntikan.
3. Pengukuran  indurasi yang timbul, bukan
hiperemi atau eritemanya.
PENATALAKSANAAN

- Paduan obat TB anak adalah 2HRZ/4HR


OAT - Pemantauan dengan terjadinya perbaikan klinis,
naiknya berat badan dan anak menjadi lebih aktif

Profilaksis - TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak,


tidak menderita TBC) INH 5-10mg/kgBB 2-3 bulan
- TBC kriteria II Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak
menderita TBC, INH 10mg/kgBB 9 bulan

Pence - Mencegah anak kontak dengan penderita TB aktif


gahan dewasa.
- Vaksin BCG.
LANJUT PENATALAKSANAAN TBC ANAK

1. Itirahat
2. Makanan yang bergizi
3. Imobilisasi
4. Operatif
5. Kemoterapi:
- TBC primer paru: 2HRZ 4HR
- Limfadenitis hilus: 2HR 4HR
- TBC tulang, limfadenitis masif : 2HRZ 7HR
- Meningitis TBC: 2HRZE/SM 10HR
Dosis OAT kombipak pada Anak

Dosis OAT KDT pada Anak


Catatan........

 Bila isoniazid / INH dikombinasi dengan Rifampisin,


dosisnya tidak boleh melebihi 10mg/kgBB/hari.
 Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer
dengan OAT lain karena dapat mengganggu
bioavaibilitas rifampisin.
 Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sistem
gastrointestinal pada saat perut kosong (satu jam
sebelum makan).
Keterangan........

a. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit


b. Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet.
c. Anak dengan BB ≥ 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
d. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
e. OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau
digerus sesaat sebelum diminum.
PENCEGAHAN
a. Terhadap infeksi tuberkulosis
1) Pencegahan terhadap sputum yang infeksius

a) Case finding

X –foto toraks yang dikerjakan secara masal

Uji tuberkulin secara mantoux

b) Isolasi penderita dan mengobati penderita

c) Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.

2) Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh


mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bivin pada manusia.

b. Meningkatkan daya tahan tubuh


1) Memperbaiki standar hidup
BAYI LAHIR DARI IBU DENGAN TBC
1. ASI tetap diberikan
2. Bila ibu sputum BTA negatif, imunisasi BCG
3. Bila ibu sputum BTA positip:
- Bayi sehat, beri INH 5mg/kgBB 2 bulan,
kemudian dites Mantoux
negatip: INH stop, imunisasi BCG
positip : INH diteruskan 4 bulan
- Bayi sakit (TBC kongenital): terapi TBC
INDIKASI KORTIKOSTEROID
1. Meningitis TBC

2. TBC milier

3. Penyebaran bronkogen

4. Pleuritis TBC

5. Proses TBC berat & keadaan umum jelek


Kesimpulan

1. Tuberkulosis anak merupakan parameter yang penting berhasil tidaknya


pemberantasan sumber penularan.

2. Kesukaran dalam diagnosis TBC anak karena gejala klinik dan radiologik
tidak khas.

3. Diagnosis TB pada anak menggunakan system scoring dan dengan


pemeriksaan penunjang dengan uji tuberculin, radiologis dan mikrobiologi.

4. Tatalaksana medikamentosa TB anak terdiri dari terapi (pengobatan)


diberikan pada anak yang menderita sakit TB, sedangkan profilaksis
(pencegahan) TB diberikan pada anak yang kontak TB.

5. Vaksin BCG adalah upaya pencegahan dengan memasukan kuman M. TB


yang telah dilemahkan untuk membentuk imunitas tubuh terhadap kuman
TB.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, 2011. Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia telah mendekati


target Millenium Development Goals (MDGs) . Jakarta.
(info@puskom.depkes.go.id)
2. WHO.Treatment Of Tuberculosis Guidelines For National Programmes.Edisi
III.Geneva.2003.
3. Rahayu, N. 2005. Pedoman Nasional Tuberculosis Anak. Jakarta.
4. Utami, F.E. 2010. Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien
Tuberkulosis Anak Di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta Periode Januari-Juni 2009. Fakultas Farmasi UMS.
Surakarta.
5. Supriyanto, B. 2002. Karakteristik Tuberkulosis Anak dengan Biakan Positif.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
6. InK’S, 2000. Tuberculosa Pada Anak. FK Universitas Wijaya Kusuma.
Surabaya
7. Nawas, A. 1990. Diagnosis Tuberkulosis Paru. UPF Paru Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta.
8. Werdhani, R. 2008. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga, FK UI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai