Anda di halaman 1dari 31

Pemeriksaan Fisik Sistem

Kardiovaskuler

IRMA NUR AMALIA, M.KEP


Pemeriksaan Fisik

1). Keadaan Umum Pasien


 Pemeriksaan keadaan umum pasien di-
maksudkan untuk mendapatkan kesan umum
pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu
diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak
sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan
emosi, dalam keadaan comfort atau distress,
serta sikap dan tingkah laku pasien.
2). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu
diperhatikan :
 posisi badan, untuk menilai ortopnea
 ekspresi muka, untuk menilai keadaan
emosi atau stress pada pernapasan
 pernapasan pada gerak badan diban-
dingkan dengan pernapasan pada
keadaan istirahat
 tanda-tanda objektif dispnea.
b). Nadi
Kriteria keadaan nadi :
 Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit.
 Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak
teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu
selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per
menit.
 Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup.
 Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau
down stroke.
 Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah
dalam arteri.
 Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan (kondisi)
dinding arteri.
Macam-Macam Denyut Nadi
 Nadi yang keras (augmented pulsation)
 Nadi yang lemah atau kecil (pulsus parvus)
 Nadi yang kecil dan terisi dengan lambat (pulsus parvus et
tardus)
 Nadi yang terisi dengan cepat dan mengosong dengan cepat
(rapid upstroke and collapsing pulse= Corrigan pulse)
 Nadi bifida (pulsus bisferiens), terjadi pada obstruksi pada
aliran keluar ventrikel kiri yang moderat disertai regurgitasi
pada katup aorta berat (stenosis dan insufisiensi katup aorta)
 Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah jantung yang rendah
dengan elastisitas dinding arteri yang masih normal, misalnya
pada kardiomiopati, tamponade jantung dan CHF berat
 Pulsus alternans, nadi yang saling bergantian antara nadi
yang relatif kuat diselingi oleh nadi yang lebih lemah (CHF)
 Pulsus paradoxus, terjadi karena pengurangan tekanan nadi
yang berlebihan sampai 15 mmHg atau lebih pada waktu
inspirasi (perikarditis)
 Pulsus bigeminus, dua denyut berturut-turut dan diselingi oleh
interval yang lebih panjang (KAP)
 Pulsus defisit, jumlah denyut jantung lebih besar dari jumlah
denyut nadi (fibrilasi atrial, ekstrasistol prematur)
C). Tekanan Darah
Tekanan darah banyak bergantung pada :
 Curah jantung, yang merupakan cerminan
fungsi jantung
 Resistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan
oleh diameter pembuluh darah perifer.
 Tonus dan elastisitas arteri, menggambarkan
kondisi dinding pembuluh darah perifer.
 Volum darah dalam arteri, menunjukkan
jumlahnya darah intravaskular.
 Viskositas darah, menunjukkan kondisi
cairan intravaskular.
d). Suhu Badan

 Kalori dalam suhu badan merupakan hasil metabolisme sel-sel


jaringan tubuh. Kalori suhu badan diatur melalui pusat
termoregulator di susunan saraf pusat autonom. Aliran darah me-
lalui sistem kardiovaskular berperan untuk mendistribusikan panas ke
seluruh tubuh.
 3). Posture Tubuh
 4). Bentuk Badan
 5). Textur Jaringan dan Wama Kulit
 6). Kepala
 7). Mata
 8). Mulut
 9). Kuping
 10. Muka
 11). Leher
 12). Vena Jugularis Eksterna
 13). Cannon Waves
 14). Arteri Karotis
 15). Kelenjar Tiroid
 16). Kelenjar Getah Bening
17). Dada
 Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi
dan faal jantung. Di samping itu juga mempengaruhi faal
pernapasan yang kemudian secara tidak langsung mempe
ngaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi beban kerja
jantung
18). Pemeriksaan Perut
 Diperhatikan besar, bentuk dan konsistensi serta mencari ada
tidaknya nyeri tekan.
 Hepato jugular reflux dapat diperiksa dengan menekan perut
di kuadran atas, maka akan menambah pembendungan
vena jugularis yang sudah meninggi. Keadaan ini dapat
ditemukan pada gagal jantung kanan dan gagal jantung
kongestif
b. Pemeriksaan Khusus

1). Inspeksi
 Perhatikan bentuk prekordial, apakah
normal, mengalami depresi atau ada
penonjolan asimetris (voussure
cardiaque), yang disebabkan
pembesaran jantung sejak kecil.
Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri
dan kanan dapat terjadi akibat
kelainan kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting pada
permukaan dada ialah :
garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
garis tengah klavikular (mid clavicular
line/MCL)
garis anterior line (anterior axillary
line/AAL)
garis para sternal kiri dan kanan
(parastrenal line/PSL)
2). Palpasi Jantung
 Pada palpasi jantung telapak tangan
diletakkan di atas prekordium dan dilakukan
perabaan di atas iktus kordis (apical
impulse)
 Lokasi point of maximal impulse (PMI)
terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira
1 jari medial dari garis midklavikular (medial
dari apeks anatomis). Pada bentuk dada
yang panjang dan gepeng, iktus kordis
terdapat pada RSI VI medial dari garis
midklavikular, sedangkan pada bentuk
dada yang pendek lebar, letak iktus kordis
agak ke lateral.
3). Perkusi Jantung
Cara Perkusi
 Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada
ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri. Pekak
jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besamya jantung.
 Pada kardiomegali, batas pekak jantung
melebar ke kiri dan ke kanan.
 Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks
kordis bergeser ke lateral-bawah.
 Hipertrofi atrium kiri menyebabkan
pinggang jantung merata atau menonjol ke
arah lateral.
 Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak
jantung melebar ke lateral kanan dan/ atau
ke kiri atas.
 Pada perikarditis pekak jantung absolut
melebar ke kanan dan ke kiri.
 Pada emfisema paru, pekak jantung
mengecil bahkan dapat menghilang pada
emfisema paru yang berat, sehingga batas
jantung dalam keadaan tersebut sukar
ditentukan.
4). Auskultasi Jantung

Bunyi jantung I ditimbulkan karena


 kontraksi yang mendadak terjadi pada
awal sistolik meregangnya daun-daun
katup mitrai dan trikuspid yang mendadak
akibat tekanan dalam ventrikel yang
meningkat dengan cepat,
 meregangnya dengan tiba-tiba chordae
tendinea yang memfiksasi daun-daun katup
yang telah menutup dengan sempurna,
 dan getaran kolom darah dalam outflow
tract (jalur keluar) ventrikel kiri dan dinding
pangkal aorta dengan sejumlah darah
yang ada di dalamnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ
I, yaitu :
 kekuatan dan kecepatan kontraksi otot
ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras
bunyinya.
 Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat
sebelum kontraksi ventrikel.
 Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada
pasien dengan dada kurus BJ lebih keras
terdengar dibandingkan pasien gemuk
dengan BJ yang terdengar lebih lemah.
Demikian juga pada pasien emfisema
pulmonum BJ terdengar lebih lemah.
BJ II ditimbulkan karena
 vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen aorta),
 penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal),
 perlambatan aliran yang mendadak dari darah pada akhir
ejeksi sistolik,
 dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta
dan membentur katup aorta yang baru tertutup rapat.
 BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid
filling). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran
yang mendadak pada pengisian ventrikel karena relaksasi aktif
ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan aliran
pengisian.
 Bunyi jantung IV: dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi
dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan
tekanan akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga
memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan
bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat.
Bunyi Jantung Tambahan

Bunyi Ekstra Kardial


 Gerakan perikard (pericardial friction rub) terdengar pada fase
sistolik dan diastolik akibat gesekan perikardium viseral dan parietal.
Bunyi ini dapat ditemukan pada perikarditis.
Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur)
 Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar memanjang, yang
timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.
Intensitas Bunyi Murmur
intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat
kerasnya suara dibedakan :
 Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan
hanya dapat terdengar dengan upaya dan
perhatian khusus.
 Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi
mudah terdengar.
 Derajat II : bunyi bising agak keras.
 Derajat IV : bunyi bising cukup keras.
 Derajat V : bunyi bising sangat keras.
 Derajat VI : bunyi bising paling keras.
Tipe (konfigurasi) Bising Jantung
Tipe bising jantung dibedakan :
 Bising tipe kresendi (crescendo murmur), mulai
terdengar dari pelan kemudian mengeras.
 Bising tipe dekresendo (decrescendo murmur),
bunyi dari keras kemudian menjadi pelan.
 Bising tipe kresendo-dekresendo (crescendo-
decrescendo = diamond shape) murmur yaitu
bunyi pelan lalu keras kemudian disusul pelan
kembali disebut ejection type.
 Bising tipe plateau (sustained plateau mumur)
disebut juga bising pansistolik atau holosistolik. Keras
suara bising kurang lebih menetap sepanjang fase
sistolik, biasanya merupakan bunyi desiran yang
disebabkan karena arus balik (regurgitasi) atau
aliran abnormal melalui defek septum interven-
trikular.
Kualitas Bunyi (Timbre)
Kualitas bunyi dibedakan :
 Bising musikal yaitu bunyi yang terdiri dari
bunyi-bunyi dengan frekuensi dari satu atau
beberapa gelombang nada dasar.
 Bising dengan suara meniup (blowing) yaitu
terdengar seperti suara meniup dengan na-
da yang rendah.
 Bising dengan suara desiran (harsh) berupa
desir halus, seperti suara meniup dengani
nada yang tinggi.
 Bising dengan suara geram (rumbling),
terdengar seperti suara menggeram yang
agak keras dengan nada yang rendah

Anda mungkin juga menyukai