REFERAT

SIFILIS KONGENITAL
Pembimbing :
dr. Retno Sawitri, Sp.KK
dr. Shinta Juanetta Brasiliany Toban Rambu, Sp.KK, M.Kes

Disusun oleh :
Himawan Widyatmiko
1765050050

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
1
2019
PENDAHULUAN
• Sifilis  penyakit sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
• Sifilis kongenital
• Tahun 2013 – 2014 (11.6 kasus dari 100.000 bayi lahir hidup)
• 22% bayi didiagnosis sifilis kongenital lahir dari ibu yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan.
• Tahun 2008-2012, terjadi penurunan dari 10,5  8,4 per 100.000 bayi lahir
hidup.
• Diagnosis pasti pada sifilis kongenital ditegakan dengan identifikasi T.
pallidum.

2
 DEFINISI SIFILIS
• Sifilis  penyakit sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
• Sifilis kongenital  sifilis yang ditularkan dari ibu penderita sifilis ke
janin selama dalam kandungan maupun saat proses persalinan
pervaginam.

Centers for Disease Control and Prevention: Sexually Transmitted Disease Surveillance 2017. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services, 2017
3
Centers for Disease Control. Congenital syphilis. in: Sexually transmitted diseases treatment guidelines. MMWR 2015; 64 (No RR-3): 45-50.
 ETIOLOGI SIFILIS
• Treponema pallidum.
• Ordo Spirochaetales,
• Familia Spirochaetaceae,
• Genus Treponema.
• Spiral teratur, panjangnya antara
6-15 um, lebar 0,15-0,2 um, terdiri
dari delapan sampai dua puluh
empat lekukan.

Djuanda A. Sifilis. Dalam: Menaldi S, Kusmariah B, Westi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 455-74.
4 2016. p
Carroll K, Jannet B, Stephen M, Timothy M. Chapter 24th. Spirochetes and Other Spiral. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. 27th Edition. Mcgraw-Hill Education. USA.
323-33.
 EPIDEMIOLOGI SIFILIS KONGENITAL
• 2013-2014: 11,6 kasus dari 100.000 bayi lahir hidup.
• 22% bayi didiagnosis sifilis kongenital lahir dari ibu yang tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan.
• 2008-2012: terjadi penurunan kasus dari 10.5  8,4 per 100.000 bayi
lahir hidup.
• 2017: terdapat 918 kasus  64 lahir mati dan 13 bayi meninggal.

Centers for Disease Control and Prevention: Sexually Transmitted Disease Surveillance 2017. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services, 2017 5
 PATOGENESIS SIFILIS

Didapat Kongenital

Cooper JM, Sachez PJ. Congenital syphilis. In: Seminars in perinatology. WB Saunders, 2018. p. 176-184.
6
Shafii T, Justin R, Pablo S, Kenneth S, Kevin M. Chapter 82. Congenital syphilis. in: Holmes K, et al. Sexually Transmited Diseases. 4th Edition. Mc-Graw Hill. USA. 2008. p. 1577-1607
 MANIFESTASI KLINIS SIFILIS KONGENITAL
a) b) c)

• Fase dini
• limfadenopati generalisata.
• hepatomegali, splenomegali,
nefritis, nefrosis, pneumonia.
• korioretinitis, glaukoma, uveitis. d) e)

• anemia, eritroblastemia,
retikulositosis, trombositopenia,
Diffuse Intravascular
Coagulation (DIC).
• meningitis sifilitika, dengan
komplikasi hidrosefalus, kejang, a) Rhinitis sifilitika, b) Makula eritem dan papul, c) eritem
gangguan perkembangan dan deskuamasi, d) ruam dan bersisik pada sifilis kongenital,
intelektual e) ulkus kutan (gumma)
7
Shafii T, Justin R, Pablo S, Kenneth S, Kevin M. Chapter 82. Congenital syphilis. in: Holmes K, et al. Sexually Transmited Diseases. 4th Edition. Mc-Graw Hill. USA. 2008. p. 1577-1607.
 MANIFESTASI KLINIS SIFILIS KONGENITAL
a) b) f)

• Fase lanjut

c) d) e)

a) Clutton’s joint, b) Keratitis intertisial,

c) Hutchinson’s teeth, d) Mulberry molars, e) Saddle nose,
f) shin saber
8
Shafii T, Justin R, Pablo S, Kenneth S, Kevin M. Chapter 82. Congenital syphilis. in: Holmes K, et al. Sexually Transmited Diseases. 4th Edition. Mc-Graw Hill. USA. 2008. p. 1577-1607.
 PEMERIKSAAN FISIK SIFILIS KONGENITAL
Stadium Manifestasi Klinis Durasi

 70% asimtomatis
 Pada usia < 1 bulan dapat ditemukan kelainan
kulit berbentuk vesikel dan atau bula
Dini Dari lahir sampai < 2 tahun
 Infeksi fulminant dan tersebat, lesi
mukokutaneous, osteokondritis, anemia,
hepatosplenomegaly, neurosifilis

Keratitis interstitial, limfadenopati,

Lanjut hepaosplenomegali, kerusakan tulang, anemia, gigi Persisten > 2 tahun setelah kelahiran
Hutchinson, neurosifilis
9
Djuanda A. Sifilis. Dalam: Menaldi S, Kusmariah B, Westi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 455-74.
 PEMERIKSAAN PENUNJANG SIFILIS KONGENITAL
• Pemeriksaan Treponema pallidum 
mikroskop lapang gelap
• Tes Serologik Sifilis (TSS)
• Nontreponemal (tes reagen)
• Tes Flokulasi : VDRL (Veneral Disease Research
Laboratories), Kahn, RPR (Rapid Plasma Reagin)
• Mendeteksi infeksi dan reinfeksi yang bersifat aktif, serta
memantau keberhasilan terapi.
• Treponemal
• Tes Hemoglutinasi : TPHA (Treponemal pallidum
Haemoglutination Assay)
• mudah, cukup spesifik dan sensitif, reaktifnya cukup dini
Djuanda A. Sifilis. Dalam: Menaldi S, Kusmariah B, Westi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Penerbit: Fakultas Kedokteran
10
Universitas Indonesia. hal 455-74.
 INTERPRETASI UJI SEROLOGI
Hasil uji serologik Kesimpulan
Non treponemal (+), treponemal (-) Positif semu uji tapisan nontreponemal
Sifilis yang tidak diobati; sifilis lanjut yang
Non treponemal (+), treponemal (+)
pernah diobati
Sifilis sangat dini yang belum diobati; sifilis
Non treponemal (-), treponemal (+)
dini yang pernah diobati
Bukan sifilis; sifilis sangat lanjut;
Non treponemal (-), treponemal (-)
sifilis+infeksi HIV dan imunosupresi

Djuanda A. Sifilis. Dalam: Menaldi S, Kusmariah B, Westi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Penerbit: Fakultas Kedokteran
11
Universitas Indonesia. hal 455-74.
 PENATALAKSANAAN SIFILIS
• Pada ibu hamil

Centers for Disease Control and Prevention: Sexually Transmitted Disease Surveillance 2017. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services, 2017
12
Centers for Disease Control. Congenital syphilis. in: Sexually transmitted diseases treatment guidelines. MMWR 2015; 64 (No RR-3): 45-50.
 PENATALAKSANAAN
SIFILIS KONGENITAL
• Pada neonatus

Centers for Disease Control. Congenital syphilis. in: Sexually transmitted

13
diseases treatment guidelines. MMWR 2015; 64 (No RR-3): 45-50.
KOMPLIKASI SIFILIS KONGENITAL
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit sifilis adalah neurosifilis. Neurosifilis
terjadi pada kurang lebih 60% bayi yang menderita sifilis kongenital. Hal ini ditandai
dengan uji VDRL dari bahan CSS (+), pleositosis, dan peningkatan protein.

14
 PROGNOSIS SIFILIS KONGENITAL
• Sifilis kongenital yang berat dapat menyebabkan kematian pada masa
janin maupun perinatal, bila penyakit tersebut telah mengenai
meningovaskular dapat menyebabkan sekuel permanen.
• Sifilis kongenital dapat sembuh sempurna bila mendapat terapi
adekuat.
• Pengobatan dengan penisilin bersifat kuratif, sehingga perubahan
serologi dapat terjadi dalam satu tahun

Azimi P. Syphilis (Treponema pallidum). in: Behrman RE, Kliegman RM, Jensen BH, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia: WB Saunders Company, 2000 .
h. 903-14 15
KESIMPULAN
• Sifilis kongenital  penyakit sifilis diderita bayi sejak lahir, yang ditularkan
dari ibu penderita sifilis ke janin selama dalam kandungan maupun saat
proses persalinan pervaginam
• Manifestasi klinis sifilis terbagi menjadi 2 kongenital dini (sebelum usia 2
tahun) dan sifilis kongenital lanjut (setelah usia 2 tahun)
• Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa mikroskop lapang
gelap dan tes serologic (treponemal dan non treponemal)
• Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis.
• Sifilis kongenital dapat sembuh bila mendapat terapi adekuat.

16
1. Centers for Disease Control and Prevention: Sexually Transmitted Disease Surveillance 2017. Atlanta: U.S.
Department of Health and Human Services, 2017
2. Centers for Disease Control. Congenital syphilis. in: Sexually transmitted diseases treatment guidelines. MMWR
2015; 64 (No RR-3): 45-50.
3. Djuanda A. Sifilis. Dalam: Menaldi S, Kusmariah B, Westi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7.
Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal 455-74.
4. Cooper JM, Sachez PJ. Congenital syphilis. In: Seminars in perinatology. WB Saunders, 2018. p. 176-184.
5. Shafii T, Justin R, Pablo S, Kenneth S, Kevin M. Chapter 82. Congenital syphilis. in: Holmes K, et al. Sexually
Transmited Diseases. 4th Edition. Mc-Graw Hill. USA. 2008. p. 1577-1607.
6. Mallory S, Bree A, Chern P. Chapter 7th. Bacterial and Spirochetal Disease. In: Illustrated Manual of Pediatric
Dermatology. 1st Edition. Taylor and Francis. UK. 2005. p 26-7.
7. Carroll K, Jannet B, Stephen M, Timothy M. Chapter 24th. Spirochetes and Other Spiral. Jawetz, Melnick &
Adelberg’s Medical Microbiology. 27th Edition. Mcgraw-Hill Education. USA. 2016. p 323-33.
8. Howard R, Ilona F. Chapter 10th. Vesicle, Pustule, Bullae, Erosion and Ulceration. In: Eichenfield L, Frieden I,
Esterly N. Neonatal Dermatology. 2nd Edition. WB Saunders. Elsevier. 2008. P 184-6.
9. James W, Berger T, Elston D. Chapter 18th. Syphilis, Yaws, Bejel and Pinta. In: Andrew’s Diseases of the Skin Clinical
Dermatology. 11th Edition. WB Saunders. Elsevier. 2011. P 345-55.
10. Azimi P. Syphilis (Treponema pallidum). in: Behrman RE, Kliegman RM, Jensen BH, penyunting. Nelson Textbook
of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia: WB Saunders Company, 2000 . h. 903-14 17
18