Proses Inflamasi SP
Proses Inflamasi SP
Makrofag
Sel dendrit
fagosit sekresi Sel mast)
Pengumpulan sitokin
leukosit
Proses terjadinya inflmasi
Manifestasi eksternal
Tanda kardinal
Panas (kalor) Perubahan
Warna kemerahan (rubor) vaskular dan
Bengkak (tumor) pengumpulan dan
Nyeri (dolor) pengaktifan
leukosit.
Hilangnya fungsi (functio laesa)
Radang secara normal terkendali
dan membatasi diri
Mediator dan sel akan teraktifkan hanya terhadap
respon yang merugikan dan berumur singkat. Dan
akan terjadi degradasi atau menjadi inaktif apabila
agen penyebab jejas tereliminasi
Gambar 2-17
Kelainan klinis dan patologis respon
akut
1. Demam :
Manifestasi paling menonjol pada respon fase akut
Respon terhadap substansi pirogen yang terjado melalui
stimulasi sintesis prostaglandin di hipotalamus
Lipopolisakarida (pirogen eksogen), menstimulasi leukosit
sitokin (TNF & IL-1) sgb pirogen endogen me kadar
siklooksigenase yg mengubah AA menjadi prostaglandin
menstimulasi neurotransmiter pengatur suhu
Kelainan klinis dan patologis respon
akut
2. Peningkatan kadar protein fase akut plasma
Peningkatan protein plasma yg di sintesis di hati
3 jenis protein penting : C-reaktif protein (CRP), fibrinogen
dan protein amiloida serum (SAA) menstimulasi sitokin
terutama IL-6
CRP & SAA melekat pada dinding sel mikroba sebagai
opsonin dan komplemen tetap eliminasi mikroba
Fibrinogen mengikat butir darah merah terbentuk
tumpukan (rouleaux) darah mengendap lebih cepat
Kelainan klinis dan patologis respon
akut
3. Leukositosis
Reaksi radang yang umum (infeksi bakteri)
Leukosit meningkat 15.000-20.000 sel/mL, kadang
meningkat 40.000-100.000 sel/mL (reaksi leukemoid)
Sitokin, TNF & IL-1 menstimulasi produk leukosit dari
prekursor di sumsum tulang
Kelainan klinis dan patologis respon
akut
4. Pada infeksi bakteri yang berat (syok septik)
Produk bakteri dalam jumlah besar di darah dan
jaringan ekstravaskular menstimulasi sitokin (TNF, IL-2
& IL-1)
TNF yang tinggi menyebabkan koagulasi
intravaskular diseminata (KID), gangguan metabolik
(asidosis dan syok hipotensi)
Pemulihan jaringan
Merupakan upaya restorasi arsitektur jaringan dan fungsi
setelah suatu jejas
Ketahanan hidup suatu organisme kemampuan untuk
memperbaiki kerusakan akibat toksik dan radang
Respon radang tidak hanya mengeliminasi mikroba
atau jaringan rusak tetapi juga memulai proses
pemulihan
2 jenis reaksi : regenerasi jaringan yang cedera dan
pembentukan jaringan parut.
Pemulihan
jaringan
Faktor yang mempengaruhi pemulihan
jaringan
Infeksi: infeksi memperpanjang proses radang dan
menambah luas tempat cedera
Nutrisi : defisiensi protein, defisiensi vit C menghambat
sintesis kolagen & proses penyembuhan
Glukokortikoit (steroid): antiradang jaringan parut lemah
karena inhibisi produksi TGF-B dan pengurangan fibrosis
Variabel mekanik: adanya tekanan lokal atau torsi luka
tertarik menjadi pecah
Faktor yang mempengaruhi pemulihan
jaringan
Perfusi buruk: akibat arteriosklerosis, diabetes atau
karena obstruksi drainase vena (varises) menghambat
proses penyembuhan
Benda asing: fagmen besi, kaca atau tulang
mengganggu proses penyembuhan
Tipe dan luasnya jejas: restorasi lengkap jaringan sel
stabil dan sel labil. Kerusakan jaringan permanen
jaringan parut.
Faktor yang mempengaruhi pemulihan
jaringan
Lokasi jejas dan sifat jaringan: inflamasi pada jaringan
berongga (pleura, peritonium, rongga sinovial)
terbentuk eksudat yang ekstensif jaringan eksudat
banyak tumbuh jaringan granulasi jar parut
Aberasi pertumbuhan sel dan produksi ECM: akumulasi
kolagen berlebihan jaringan parut tumbuh menonjol
ke atas (keloid) mengganggu proses reepitelisasi
Rangkuman
Radang merupakan respon pertahanan tubuh
terhadap benda asing dan jaringan nekrotik, tetapi
radang itu sendiri bisa mengakibatkan kerusakan
jaringan