Anda di halaman 1dari 20

DEMAM TIFOID

MUHAMMAD YUSUF
111 2018 1017
DEFINISI & ETIOLOGI

Merupakan penyakit infeksi akut


yang disebabkan oleh Samonella
typhi (95%) atau Salmonella paratyphi.

Demam
Penyakit infeksi dengan gejala utama
demam, gangguan saluran cerna,
Tifoid •

Gram negatif
Bergerak dengan
rambut getar


Bersifat aerob dan
Anaerob fakultatif
Ukuran antara 2 – 4
• Tidak berkapsul x 0,6 mikrometer
serta dengan atau tanpa gangguan • Tidak membentuk • Suhu optimum untuk
susunan saraf pusat/kesadaran. spora tumbuh adalah 37°C
• Memiliki fimbria • pH antara 6 – 8.
EPIDEMIOLOGI

Insidensi Menurut WHO terdapat sekitar 17 juta kasus


demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000
kasus kematian tiap tahun.

Insidens demam tifoid pada anak tertinggi ditemukan pada


kelompok usia 5-15 tahun, kejadian ini meningkat setelah
umur 5 tahun. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
insidens demam tifoid, pada kelompok umur 5-15 tahun
dilaporkan 180,3 per 100,000 penduduk.

Di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 penderita


demam typoid sebanyak 16.743 penderita yaitu laki-laki
sebanyak 7.925 dan perempuan sebanyak 8.818 penderita,
Prevalensi klinis banyak ditemukan pada kelompok umur
sekolah yaitu 1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%.
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS

Demam Gangguan Sal. Cerna Status Tifosa


DEMAM

Mgg I : meningkat, berangsur


Mgg II : merata
Mgg III : menurun, berangsur
Setiap hari, sore & malam lebih tinggi
Febris remitten
GANGGUAN SALURAN CERNA

 FOETOR EX ORE  MUNTAH

 ANOREXIA  METEORISMUS

 MUAL  KONSTIPASI / DIARE


STATUS TIFOSA

• Kesadaran menurun (Apati  delirium, somnolen, suporous, koma)


• Rambut kering
• Kulit kering
• Bibir kering / terbelah – belah / terkupas / berdarah
• Lidah kotor (bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis)
• Pucat.
DIAGNOSIS

PERIKSAAN UJI
DARAH
RUTIN WIDAL

UJI UJI
TUBEX Typhidot

Uji IgM Kultur


Dipstik Darah
LABORATORIUM
1. Darah Tepi :
Anemia ringan
Lekosit = normal, turun atau naik
 Lekopeni
Aneosinofili & Limfositosis
Trombosit = normal
2. Bakteriologik :
Isolasi S. typhosa
Darah  mgg I
Tinja  mgg II
Urine  mgg III
3. Serologik
Reaksi Widal = Antibodi / Titer
O  Spesifik
H
Vi
Untuk diagnosis  titer O
Nilai diagnosis Titer O :
Tube / Tabung : > 1/320
Slide : > 1/80
TUBEX
INDIKASI RAWAT INAP
KASUS TIFOID BERAT, INTAKE TIDAK TERJAMIN, KEADAAN UMUM LEMAH-TIDAK SADAR

Cairan dan Kalori


 Bila perlu asupan cairan dan kalori diberikan melalui sonde lambung.
 Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan dengan kadar natrium rendah.
 Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan.
 Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik.
 Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2.
 Pelihara keadaan nutrisi
 Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
Antipiretik : diberikan apabila demam >39oC, kecuali pada pasien dengan riwayat kejang demam dapat diberikan lebih
awal.
Diet
 Makanan Biasa
Transfusi Darah
 Kadang – kadang diperlukan pada perdarahan saluran cerna dan perforasi usus.
PENATALAKSANAAN

NON-FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI

Kloramfenikol Seftriakson 100

Lini II
Lini 1
100 mg/KgBB/hari
mg/KgBB/hari Sefiksim 10
ISTIRAHAT DAN PEMBERIAN Amoksisilin 100 mg/KgBB/kali
PERAWATAN ANTIBIOTIK mg/KgBB/hari Kortikosteroid :
Kotrimoksazol deksametason 1-
6-8 3 mg/KgBB/hari
mg/KgBB/hari

DIET
SIMPTOMATIK / SUPORTIF

Tirah baring

 5 hari bebas demam

 Mobilisasi

Hari 1  duduk 2 x 15 menit

Hari 2  duduk 2 x 30 menit

Hari 3  jalan

Hari 4  pulang
Masukan cairan & makanan

 Makan biasa

 Cukup cairan, kalori, tinggi protein, vitamin,

tidak merangsang

Tidak banyak serat & gas


PROGNOSIS

 Berdasarkan dari cepat atau lambatnya penanganan serta penggunaan antibiotik yang
tepat. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak adekuat atau ada komplikasi
berat maka prognosis buruk.
PENCEGAHAN

1. Hindarkan anak dari kebiasaan jajan


sembarangan.
2. Memasak air sampai mendidih selama
15 menit agar kuman di dalamnya mati.
3. Budayakan kebiasaan mencuci tangan
setelah bermain dan sebelum makan
agar kuman tidak masuk ke mulut.
4. Pencegahan dengan vaksin untuk tifoid
5. Perbaiki sanitasi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
 Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2012. Jakarta ;Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI.
 Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I.2013.Jakarta
 Antonius H. Pudjiadi.2009.Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid I. Jakarta.
 http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/mengenal-demam-tifoid diakses pada tanggal 20 Agustus 2017
 Cammie F. Lesser, Samuel I. Miller, 2005. Salmonellosis. Harrison’s Principles of Internal Medicine (16th ed), 897-900.
 Daud, Dasril. 2013. Demam Tifoid Pada Anak dalam Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Makassar: FK-UNHAS.
 Jawetz, Melnick, Adelberg.2012.Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25. Jakarta: EGC. Hal : 226.
 http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-5-1.pdf diakses pada tanggal 20 Agustus 2017
 Ghassani, R. Management Of Typhoid Fever In Infants With Irregular Eating Patterns And Knowledge Phbs Of Mothers On Scant. J. Medula Unila 2014; 3(1):
108-14.
 Aru WS, Bambang S, Idrus A, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing. Edisi 5. Jakarta, 2011. Hal 2797-2805.
 Prayitno, Ari dkk.2012.Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Jakarta:FKUI.
 Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update. Cetakan pertama. 2013. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia.
 Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam .Interna Publishing. Jakarta.2010 hal 2797-2805
 Siti FS. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. Jakarta: 2011.
 http://digilib.unila.ac.id/2438/10/BAB%20II.pdf diakases pada tanggal 27 agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai