Anda di halaman 1dari 6

MEKANISME PEMBUATAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN
Proses atau tata cara pembentukan undang-undang adalah
suatu tahap kegiatan yang dilaksanakan secara berkelanjutan
untuk membentuk suatu undang-undang.
Berdasarkan ketentuan Pasal-Pasal dari UUD NRI 1945
(amandemen), maka pengajuan suatu RUU dapat berasal
dari beberapa pihak, yaitu:
1. Dari pemerintah (Presiden)
berdasarkan Pasal 5 ayat 1 UUD NRI 1945 (Amandemen I),
merumuskan: “Presiden berhak mengajukan rancangan
undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”.

2. Dari DPR RI
berdasarkan Pasal 20 ayat 1 UUD NRI 1945 (Amandemen I),
merumuskan: “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang”.
4. Dari anggota DPR RI
berdasarkan Pasal 21 UUD NRI 1945 (Amandemen I), merumuskan:
“Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul
rancangan undang-undang”.

5. Dari DPD RI
berdasarkan Pasal 22D ayat 1 UUD NRI 1945
(Amandemen III), merumuskan: “Dewan
Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan
Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah”.
Definisi “Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”, seperti yang
tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 12 Tahun 2011, dijelaskan
sebagai berikut: “Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah
pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan,
dan pengundangan”.
Maka secara garis besar, proses pembentukan Undang-Undang
meliputi beberapa tahap yang utama, yaitu:

1. Tahap perencanaan; 2. Tahap penyusunan; 3. Tahap pembahasan;

4. Tahap pengesahan atau


5. Tahap pengundangan. 6. Tahap Evaluasi
penetapan;
Tahap pertama pembentuk UU atau Perda (Propinsi
maupun Kabupaten/Kota), pada dasarnya adalah
1. Tahap perencanaan; sama, yaitu diawali dengan tahan perencanaan yang
dituangkan di dalam bentuk program legislasi.
A. Perumusan:
B. Pembentukan tim asistensi.
2. Tahap penyusunan;
C. Konsultasi RUU dengan pihak-pihak terkait.
D. Persetujuan RUU oleh Presiden.

Pembahasan sebuah RUU di DPR RI dilakukan dalam


3. Tahap pembahasan; Rapat Paripurna I, II, III dan IV;
Undang-Undang yang sudah ditetapkan,
selanjutnya diundangkan dengan
menempatkannya di dalam lembaran negara oleh
4. Tahap pengesahan atau Sekretaris Negara, sedangkan penjelasan Undang-
penetapan; Undang dicatat di dalam tambahan lembaran
negara oleh Sekretaris Negara atau Kepala Biro
Hukum.
Metode dalam sosialisasi dapat dilakukan dengan cara:
5. Tahap
a. Pengumuman melalui berita nasional (RRI dan TVRI) oleh
pengundangan.
Kepala Biro Hukum.
b. Sosialisasi secara langsung oleh Kepala Biro Hukum atau
dapat pula dilakukan oleh unit kerja pemrakarsa perguruan
tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat yang berkompeten.
c. Sosialisasi melalui seminar dan lokakarya (semiloka).
d. Sosialisasi melalui sarana internet (E-Parliament).

Untuk dapat mengetahui sejauh mana pengaruh sebuah UU


setelah diberlakukan, maka perlu dilakukan evaluasi. Melalui
6. Tahap Evaluasi suatu evaluasi akan dapat diketahui kelemahan dan
kelebihan UU yang sedang diberlakukan, selanjutnya guna
menentukan kebijakan-kebijakan, misalnya apakah UU
tetap dipertahankan atau perlu direvisi.

Anda mungkin juga menyukai