Anda di halaman 1dari 34

Oleh: Elvi Hendrani

Asdep Pemenuhan Hak Anak Atas Kreativitas dan Budaya


Di SRA:

Disiplin..... HARUS
Tegas ..... HARUS
Marah .... BOLEH
Korban .... DITOLONG
1. Bagaimanakah bentuk
disiplin di SRA?
2. Apakah harus terus
bermuka ramah?
3. Tidak boleh marah?
4. Anak2 dibiarkan saja,
apa maunya?
HUKUMAN
? PEMBIARAN

Hukuman = Mengontrol
perilaku seseorang Membiarkan anak
dengan memberi rasa DISIPLIN melakukan hal-hal
takut/ancaman fisik sekehendak hatinya
maupun emotional
DIHUKUM
APARAT PENEGAK HUKUM

PENDIDIK
3. Berdampak positif
bagi hasil belajar
anak. Wishmar &
1. Mengurangi jumlah Hammer 2014
kasus kekerasan pada
anak 4. Berkurangnya
perilaku sosial
yang negatif.
2. Berdampak positif Rambot, dkk.:
pada pengembangan 2015
karakter positif anak
(social skill dan 5. Guru dan
tanggung jawab).
orang tua
Rambot:, dkk: 2015
memiliki cara
yang lebih baik
dalam mendidik 14
Harus dilakukan
berulang kali
D
I
S
Anak mampu memahami bagaimana ANAK
I
berperilaku yang pantas, DILATIH TIDAK
P bertanggungjawab sehingga anak
L PERLU
mampu mengendalikan dirinya
I DIHUKUM
N

“Tujuan utama kedisiplinan adalah agar anak memahami tingkah lakunya


sendiri, berinisiatif dan bertanggung jawab atas apa yang mereka pilih, serta
menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain. Dengan kata lain, disiplin
menanamkan proses pemikiran dan perilaku positif sepanjang hidup anak.”
Katharine C. Don’t Jime It Out On Your Kids: A Parent’s and Teacher’s Guide to Positive Discipline.
http://www.cei.net/~rcox/dontake.html [10/10/2005. Pukul 12.00] dan UNESCO. Op. Cit. Hal 20
HUKUMAN
DISIPLIN +
Tidak mengandung kekerasan baik secara fisik maupun Mengandung kekerasan fisik maupun verbal serta
verbal agresif
Anak berperilaku postif karena dia sadar bahwa Anak patuh/menurut hanya karena takut dihukum
perilaku negatif memberikan dampak yang buruk bagi
dirinya dan bagi orang lain Membuat anak salah berlogika

Anak termotivasi datang ke sekolah Anak berada dibawah tekanan


Memanfaatkan kesalahan sebagai peluang untuk Memaksa anak untuk mematuhi peraturan, sesuai
pembelajaran dengan keinginan guru dan orang tua.
Mendekatkan guru dan siswa Menjauhkan siswa dengan guru
Bersifat jangka panjang Bersifat Jangka pendek
Positif dan menghargai potensi anak Negatif dan tidak menghargai potensi anak
Membangun logika, bimbingan yang membangun Mengendalikan, memalukan dan melecehkan
Fokus Pada
Partisipatoris Kekuatan dan
(Dialogis) tindakan positif
Anak

Connection
Menghargai (Empati dan
Anak Komunikasi)

Kesalahan
Kesetaraan & Sebagai
Inklusif Kesempatan
Belajar
* Syarat isi kesepakatan: TIDAK
BOLEH melanggar hak anak
Membuang sampah Mengganggu
sembarangan Terlambat teman di kelas
• Mengambil • Tanggung • Meminta maaf
sampah dan jawab orang kepada semua
membuang ke tua teman di kelas
tempat sampah
Mencoret Mengempeskan
dinding ban motor guru bullying
• Membersihkan • Meminta maaf • Meminta maaf
kembali • Memperbaiki kepada yang
• Membuat ban di bully
mural
Cerita dari Guru

“Dulu saya mencubit siswa saat bertengkar. Saya melarang sambil


menjewer telinga mereka. Namun, saya menyadari bahwa peran
saya adalah menengahi. Saya adalah panutan bagi siswa. Dengan
mendukung siswa, mereka belajar memaafkan dan mendamaikan”
(Guru SD Persiapan Luri, Jayapura)

"Dulu saya menggunakan rotan untuk membuat siswa


tetap tenang karena sulit mengatur mereka. Tapi sekarang
mereka mengikuti kesepakatan kelas, jadi saya tidak lagi
menggunakan rotan “
(Mery, 50 tahun, Guru kelas 1 SD Inpres Makbon, Sorong)
Cerita dari Kepala Sekolah;
• Setelah mendapatkan pelatihan, Kepala
Sekolah Wambena mulai
meneladankannya, dan menegur guru
secara pribadi dan menggunakan bahasa
yang positif. Dampaknya, sekarang guru-
guru juga tidak lagi membentak siswa
dalam pembelajaran.
Cerita dari Orang tua;
Orang tua di SD YPK Amai meminta
untuk dilatih mengenai disiplin positif,
agar mereka bisa menerapkannya di
rumah.
Pak Junaidi : Guru di SMAN 1 Lombok Praya,
Lombok Tengah – NTB/Fasilitator SRA Tk Nasional

Sebelum saya mempraktekkan Disipline SRA di sekolah,


setiap hari selalu ada anak yang saya pukul memakai bambu
sebesar jari, karena memang begitu perjanjian antara
sekolah, orang tua dan murid untuk mendisiplinkan anak-
anak di sekolah Guru boleh melakukan apa saja.
Hasilnya setiap pulang ke rumah hati saya selalu galau ada
perasaan menyesal karena telah memukul anak di sekolah,
kasus “kenakalan” anak di sekolah tidak berkurang

Setelah saya mengenal disilpin positif pada waktu pelatihan


fasilitator SRA di Bekasi,maka saya mulai menerapkan dengan
berbagai tantangan, setelah beberapa bulan hasil yang saya
rasakan adalah saya tidak pernah memukul lagi, karena anak
anak dan saya bisa berdialog secara bebas jika ada masalah.
Hasilnya perasaan saya sekarang tenang, kasus turun drastis
dan prestasi anak2 meningkat
CONTOH: KESEPAKATAN KELAS
YANG DISUSUN BERSAMA GURU
DAN SISWA
GURU-GURU TIDAK LAGI MENGGUNAKAN TONGKAT /ROTAN &
MULAI MENGGUNAKAN KATA-KATA POSITIF PADA SISWA
WA: 0813 815 801 66/HP: 08111 874 78
elvi_hendrani@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai