Anda di halaman 1dari 46

Penguji:

dr. Ernawaty Tamba MKM


dr. Diana L, T
Pembimbing:
 Dr.dr.Djap Hadi Susanto MKes

Oleh
 Wiranti Putri (112017061)
 Pricillia Hillary (112017020)
 Oswaldus Gratiano (112017009)
 Nor Azmina (112017074)
 Irene Mentari (112017071)
 Pendahuluan
◦ Gangguan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan
masalah kesehatan yang penting, terutama pada anak. Visus
adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, tergantung
dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas
dari interpretasi di otak
◦ Penelitian untuk mengetahui hubungan faktor – faktor yang
mempengaruhi penurunan visus.
 Metode
◦ Desain case control dengan total sampling sejumlah 101
responden, pada murid SDN 08 Pagi Kelurahan Kemanggisan
 Hasil & Analisa
◦ 101 responden , 47,5% penurunan visus, 43,6% orang tua
yang memakai kacamata, 66,3% membaca buku jarak < 30
cm, 79,2% melihat gadget/computer jarak < 30 cm, 58,4%
melihat gadget/computer dengan durasi > 2 jam, 54,5%
membaca buku dengan durasi > 2 jam, 12,9% membaca buku
tanpa pencahayaan cukup, 21,8% melihat gadget/computer
tanpa pencahayaan cukup, dan 29,7% dengan lama aktivitas
diluar ruangan < 1 jam.
 Kesimpulan :
◦ 101 responden, tidak terdapat hubungan antara faktor
penurunan visus pada orang tua, perilaku durasi
penggunaan gadget/computer, pencahayaan membaca
buku dan lamanya aktivitas di luar ruangan dengan
penurunan visus.
◦ Namun terdapat hubungan antara perilaku jarak
membaca buku, perilaku jarak melihat
gadget/computer,perilaku durasi membaca buku, dan
pencahayaan melihat gadget/computer dengan
penurunan visus.
 Kata kunci : penurunan visus, perilaku,
pencahayaan
BAB I

 80% informasi selama 12 tahun pertama


kehidupan anak didapatkan melalui
penglihatan.(Muzakkie Z, 2015)
 19 juta anak-anak mengalami gangguan
ketajaman penglihatan, 12 juta diantaranya
karena gangguan refraksi.(WHO, 2017)
 1,6 miliar manusia terkena penurunan visus dan
kemungkinan meningkat hingga 2,5 miliar pada
2020. (Yu L, et al, 2011)
 Provinsi DKI Jakarta  peringkat ke 7 dengan
gangguan penglihatan berat sebanyak 0,6 %.
(Riskesdas 2013)
Wulansari WHO
D 2018 2018

visus orang tua visus 59% Gangguan


jarak menonton tv 55,4% penglihatan berat:
jarak membaca buku 75% usia >6 tahun (0,9%)
hubungan waktu menonton Lampung (1,7%)
tv 55%
Nusa Tenggara
hubungan membaca buku Timur (1,6%)
66,7%
Kalimantan Barat
hubungan penggunaan
lampu belajar 43,8%
(1,6%)

hubungan aktivitas luar


ruangan 61,1%
 Prevalensi gangguan penglihatan berat
tertinggi di Lampung (1,7%), Nusa Tenggara
Timur (1,6%) & Kalimantan Barat (1,6%).
(Wulansari D 2018)
 Provinsi DKI Jakarta peringkat ke 7 dengan
gangguan penglihatan berat 0,6 %. (Riskesdas
2013)
 Belum ada penelitian mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan penurunan visus di
SD Kemanggisan 08 Pagi, Kelurahan
Kemanggisan, Kecamatan Palmerah, Jakarta
Barat periode April 2019.
 19 juta anak dengan gangguan ketajaman
penglihatan, 12 juta dengan gangguan
refraksi.(WHO, 2017)
 1,6 miliar orang terkorena penurunan visus
dan kemungkinan meningkat hingga 2,5
miliar pada 2020. (Yu L, et al, 2011)
 Prevalensi gangguan penglihatan berat usia
>6 tahun 0,9 %. (WHO 2018)
• Hubungan antara
penurunan visus orang
tua
• jarak membaca atau
melihat Tidak Terdapat Penurunan
gadget/computer Hubungan Visus
• durasi penggunaan
gadget/computer dan
membaca
• pencahayaan dan
kurangnya aktivitas
Umum
• faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan visus
pada murid

• Frekuensi penurunan visus


• Sebaran penurunan visus orang tua, aktivitas jarak
menggunakan gadget/computer atau membaca,
durasi penggunaan gadget/computer atau

Khusus membaca, pencahayaan, dan kurangnya aktivitas


• Hubungan durasi penggunaan gadget/computer
dan membaca, penurunan visus orang tua, jarak
membaca atau melihat gadget/computer,
pencahayan dan kurangnya aktivtas di luar ruangan
dengan kejadian penurunan visus
Peneliti

• Pengalaman yang berharga bagi kami peneliti untuk


kedepannya dapat melakukan penelitian lebih lanjut
dan baik .

• Menambah pengetahuan peneliti dan


mengembangkan ilmu yang telah didapatkan saat
kuliah dan membandingkannya dengan keadaan
sebenarnya
• Menambah pengetahuan peneliti
Institusi Pendidikan
•tambahan pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran
•Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
dasar untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
•Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat
ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
Pusat Kesehatan Masyarakat
• memberikan gambaran tentang hubungan durasi
penggunaan gadget/computer dan membaca,
penurunan visus orang tua, jarak membaca atau
melihat gadget/computer, pencahayan dan
kurangnya aktivtas di luar ruangan terhadap
penurunan visus

Masyarakat
• menambah pengetahuan masyarakat tentang
hubungan durasi penggunaan gadget/computer dan
membaca, penurunan visus orang tua, jarak
membaca atau melihat gadget/computer,
pencahayan dan kurangnya aktivtas di luar ruangan
BAB II
Tinjauan
Pustaka

Visus
Ketajaman atau Visus
kejernihan
penglihatan, sebuah
bentuk yang khusus,
tergantung dari
ketajaman fokus
retina dalam bola Sentralis Perifer
mata dan sensitifitas
dari interpretasi di
otak

Jauh Dekat
 Melihat kemampuan mata
membaca huruf-huruf
berbagai ukuran pada jarak
baku untuk kartu Snellen
 Makin jauh huruf harus
terlihat, semakin besar
huruf tersebut harus dibuat
karena sudut yang
dibentuk harus tetap 5
menit
 jarak 5 atau 6 meter
 Tajam penglihatan diperiksa satu persatu
 Tajam penglihatan dinyatakan dengan pembilang per penyebut
 Pasien duduk tegak berjarak 5-6 m dari kartu snellen
 Minta pasien menutup mata kirinya, mulai dengan periksa mata
kanan
 Pasien membaca kartu snellen dari paling atas, minta pasien
menginformasikan tidak dapat membaca dengan jelas.
 Visus 6/6  jarak 6m dapat melihat huruf yang seharusnya
terlihat pada jarak 6m
 Jika tidak jelas di jarak tertentu, maka lakukan uji Pin Hole
 Hitung jari digunakan bila visus kurang dari 6/60
 Bila tidak dapat melihat jari pada jarak l m (1/60), uji lambaian
tangan
 Bila lambaian tangan tidak terlihatuji cahaya pada mata pasien
(light perception).
 Jika melihat adanya cahaya, lakukan uji light projection, jika
pasien tahu arah datangnya sinar  l/∞ dengan light projection
baik. Jika tidak bisa menentukan arah datangnya sinar l/∞ -
 Tidak dapat mengenali adanya sina 0 (nol) /buta total
Penilaian Visus

 Kategori 1 : Tajam pengelihatan < 6/18


 Kategori 2 : Tajam penglihatan < 6/60
 Kategori 3 : Tajam penglihatan <3/60,
lapang pandang <10 derajat
 Kategori 4 : Tajam penglihatan <1/60,
lapang pandang <5 derajat
 Kategori 5 : Buta dan tidak ada persepsi sinar.
Penurunan Visus Pada Orang Tua
• Siswa Sekolah Dasar Katolik Santa Theresia 02
Manado dengan gangguan ketajaman penglihatan
65,7%, 48,8% dengan penurunan visus pada orang
tua.
• Fachrian dkk (2009) prevalensi kelainan tajam
penglihatan pada pelajar SD ‘‘X‘‘ Jatinegara Jakarta
Timur, penurunan visus dengan keluarga memiliki
kelainan tajam penglihatan 51,9%
Durasi penggunaan gadget/computer atau
membaca

Jarak membaca atau melihat gadget/computer

Pencahayaan

Aktivitas di luar ruangan


 high energy visible (heV/blue light) retina,
penetrasi ke pigmen makula kerusakan
perlindungan mata rentan terhadap paparan heV
dan degenerasi sel.
 computer vision syndrome
Layar gadget menggunakan tulisan yang kecil
daripada sebuah buku atau cetakan hardcopy lainnya
jarak membaca lebih dekat  meningkatkan
kebutuhan penglihatan
 (Abdulbahri Bener, Huda S Ah-Madi, dkk) 62,4% anak
dengan penglihatan rendah menghabiskan 3 jam/hari
di depan layar computer (62,4%;)
 The American Academic of Pediatrics
merekomendasikan waktu max 2 jam/hari untuk
anak >2 tahun dan remaja untuk screen based
activity
 Akomodasi = mata merubah kekuatan refraksi merubah
bentuk lensa objek pada jarak yang dikehendaki dapat
difokuskan di retina. Normalnya mata mulai berakomodasi
jikamelihat dengan jarak 5-6 m.
 kebiasaan beraktivitas dalam jarak dekat, tanpa diselingi
istirahat setelah 30- 40 menit & tidak proporsional upaya
akomodasi yang berlebihanperubahan adiptif pada
kekuatan pembiasan dari lensa crystalline dan beberapa
sistem yang berhubungan, seperti tonus dari otot siliar
(hipertropi dan atropimiopia.
 (Lely I. Porotu’o, Woodford B. S. Joseph, Ricky C. Sondakh)
pada anak SD Manado sebesar 65,7% responden membaca
dengan posisi duduk tidak tegak, 72,9% membaca dengan
jarak < 30 cm
 Pencahayan yang baik sangat penting dalam
pencegahan miopia.
 Pencahayaan yang baik menyebabkan pupil
mata menjadi lebih kecil, sehingga daya
akomodasi yang dibutuhkan hanya sedikit.
 (Anisa S dan Yunita) siswa SMAN 2
Temanggung, 14,1% membaca ditempat yang
redup dengan sinar lampu kuning, 72,8%
membaca di bawah sinar lampu sedang atau
dengan sinar lampu putih, 13,0% membaca di
bawah sinar yang sangat terang atau silau.
 paparan cahaya yang terang  pelepasan dopamin
menghambat elongasi bola mata.
 Paparan radiasi ultraviolet B (UVB) pelepasan vitamin D
pembentukan kolagen (komponen utama sklera)
 emetropia terjadi pemanjangan aksis bola mata peregangan
otot siliaris, zonula, dan lensa kekuatan refraksi lensa
berkurang /lebih pipih.
 Hilangnya kompensasi tersebut diduga karena perubahan
pada otot siliaris. Ketika teregang, otot polos cenderung
hipertrofi. Otot siliaris yang tebal menghambat pemipihan
lensa untuk menyesuaikan dengan pemanjangan aksis bola
mata. vitamin D anti hipertrofi pada otot siliaris
 Meningkatnya depth of focus dan kejernihan retina 
konstriksi pupil karena intensitas cahaya yang tinggi dan
berkurangnya permintaan untuk melihat jarak dekat saat
berada di luar ruangan
Teori
•akomodasi kontraksi m. orbikularis okuli  TIO
meningkat  peregangan sklera
•kontraksi m. sisliaris  menarik koroid atropi.
•Konvergensi & posisi bola mata ke arah inferior

mekanik
pada waktu membaca pole posterior tertarik
oleh n.optikus
•Perlemahan sklera  membesarkan bola mata.

Teori
•(Vogt ) faktor miopia  jaringan ektodermal =
retina. Retina tumbuh lebih menonjol dari koroid
& sklera, diikuti dengan penipisan sklera dan
peregangan koroidatropi

biologik
•pertumbuhan sklera berhenti pada janin 5 bulan
sedangkan bagian posterior retina tetap tumbuh
posterior sklera menipis
Faktor-faktor
berhubungan
• -
• Penurunan visus orang tua
• Aktivitas jarak penggunaan
Gadget/computer atau
membaca
Penurunan
• Durasi penggunaan Visus
Gadget/computer atau
membaca
• Pencahayaan
• Kurangnya aktivitas di luar
ruangan
BAB III
Metodologi Penelitian

Desain Penelitian
• Case Control Restrospective

Tempat dan Waktu


• Tempat: SD 08 Pagi Kelurahan
Kemanggisan
• Waktu: April 2019
Variabel Bebas

• Faktor - faktor yang berhubungan


dengan penurunan visus pada
murid SD 08 Pagi Kelurahan
Kemanggisan

Variabel Terikat

• Kejadian penurunan visus pada


murid SD 08 Pagi Kelurahan
Kemanggisan
Populasi

Target

•Murid SD 08 Pagi Kelurahan


Kemanggisan periode April 2019

Terjangkau

•Murid SD kelas 5 dan 6 SD 08 Pagi


Kelurahan Kemanggisan periode
April 2019
Kriteria Inklusi

• Seluruh murid sekolah dasar kelas 5&6 di SD 08


Pagi Kelurahan Kemanggisan periode April 2019
• Bersedia mengikuti penelitian
• Murid yang belum dan sudah memakai kacamata

Kriteria Eksklusi

• Murid sekolah dasar kelas 5&6 di SD 08 Pagi


Kelurahan Kemanggisan yang tidak mengisi
kuisoner secara lengkap
Keterangan : 𝑧1−∝/2 2𝑃 1 − 𝑃 + 𝑧1−𝛽/2 𝑃1 1 − 𝑃1 + 𝑃2 1 − 𝑃2
2

 N=besar sampel
𝑛= 2
𝑃1 − 𝑃2

 ∝=kesalahan tipe 1, z1-=


2
1,96 2 𝑥 0,5 𝑥 1 − 0,5 + 0,84 0,75 𝑥 1 − 0,75 + 0,25 𝑥 1 − 0,25

∝/2=1,96 0,75 − 0,25 2

𝑛 = 14,45
 β=kesalahan tipe 2, z1- Jumlah Sampel
β/2=0,84
N=15
 P1=proporsi populasi Kasus = 15 & Kontrol = 15
kasus terbesar (0,75) total sampel = 30
 P2=proporsi populasi
kasus kontrol (0,25)
 P=(P1+P2)/2=0,5
Total Sampling
Instrumen Penelitian

• Kuesioner

Jenis Data

• Data primer

Cara Penelitian

• Mencari data siswa dengan penurunan visus


• Informed consentpengisian kuesioner
• Pemeriksaan & pencatatan visus
• Pengolahan data

Parameter yg Diperiksa

• faktor resiko yang berhubungan dengan penurunan visus


Subyek

• Seluruh murid Sekolah Dasar ( SD ) 08 Pagi kelurahan


Kemanggisan Jakarta Barat yang memenuhi kriteria inklusi

Variabel dependen = Penurunan Visus

• responden tidak dapat melihat huruf pada baris 20/20 pada


kartu snallen dalam pemeriksaan tajam penglihatan.
• Alat ukur: lembar observasi
• Cara ukur: pemeriksaan visus
• Hasil ukur: Visus normal ( 20/20 ), Visus menurun/tidak
normal ( <20/20 )
• Skala Ukur: Kategorik
Penurunan visus pad aorang tua

•Orang tua kandung, salah satu/keduanya menggunakan kacamata minus.


•Alat ukur: kuisioner
•Cara ukur: hasil kuesioner
•Hasil ukur: bila ayah dan atau ibu kandung memakai kaca mata minus, Tidak
ada bila kedua orang tua kandung responden tidak memakai kacamata minus.
•Skala Ukur: Kategorik

Aktivitas jarak penggunaan gadget/computer atau membaca

•Jarak seseorang membaca dan melihat hp/laptop/komputer dalam satu hari.


Jarak minimal untuk aktivitas melihat dekat sekitar 30 cm
•Alat ukur: Kuosioner
•Cara ukur: hasil kuesioner
•Hasil: <30 cm, ≥30 cm
•Skala ukur: Kategorik - Nominal
Durasi penggunaan gadget/computer atau membaca

•Durasi Penggunaan gadget / computer secara terus-menerus (jam/ hari)


•Alat ukur: Kuesioner
•Cara ukur: hasil
•Hasil ukur: < 2 jam / hari, ≥ 2 jam / hari
•Skala ukur: Kategorik – nominal

Pencahayaan

•Pencahayaan alamiah atau dengan menggunakan cahaya lampu yang dapat


menerangi seluruh bagian ruangan
•Alat ukur: Kuesioner
•Cara ukur: hasil kuesioner
•Hasil ukur: Menjelang sore/malam dengan pencahayaan dari lampu menjelang
sore/malam tanpa pencahayaan
•Skala ukur : Kategorik – nominal
Lamaya berativitas di luar ruangan

• Durasi kegiatan yang dilakukan di luar


ruangan seperti bermain dan berolahraga.
• Alat ukur: Kuesioner
• Cara ukur: hasil kuesioner
• Hasil ukur: ≥ 1 jam/hari , < 1 jam/hari
• Skala ukur: Kategorik – nominal
Transportasi Rp.100.000
Penggandaan kuesioner Rp.35.000
Alat Tulis Rp.20.000
Total Rp.220.000
Pengolahan Data
• Editing
• Coding
• Tabulating

Analisa Data (SPSS Ver 16)


• Univariat
• Bivariat : uji Chi-square, uji statistic Logistic

Penyajian Data (Tabel & Narasi)


BAB IV
Hasil &
Pembahasan

 Pemeriksaan tajam penglihatan dengan


menggunakan kartu snellen.
 Distribusi responden menurut penurunan
visus, responden dengan visus normal 52.5%
(n=53) dan visus turun 47.5% (n=48)
Distribusi Faktor Dependen
BAB V
KESIMPULAN &
SARAN

Terdapat hubungan antara faktor penurunan visus pada orang


tua, perilaku durasi penggunaan gadget/computer,
pencahayaan membaca buku & melihat gadget/computer, dan
lamanya aktivitas di luar ruangan dengan penurunan visus

Tidak ada hubungan antara faktor perilaku jarak membaca


buku, perilaku jarak melihat gadget/computer, dan durasi
membaca buku dengan penurunan visus
Untuk Instansi Kesehatan
• Diharapkan melakukan kegiatan skrining kesehatan mata
untuk mendeteksi gangguan ketajaman penglihatan.
• Diharapkan melakukan preventif dan edukasi kesehatan
mata serta dampak yang timbul jika kesehatan mata tidak
diperhatikan

Bagi SDN 08 Pagi Kemanggisan


• Diharapkan memperhatikan jarak membaca saat berada
dalam lingkungan pembelajaran di sekolah dan
memperhatikan sarana dan prasarana dalam kelas.
Bagi orang tua murid
• memperhatikan kesehatan mata anak dengan mengatur jarak,
durasi dan pencahayaan anak saat membaca buku & di depan
layar gadget/computer; serta lamanya aktivitas anak berada di
luar ruangan yang terpapar sinar matahari

Bagi peneliti selanjutnya


• Diharapkan dapat memanfaatkan data penelitian ini sebagai
data dasar penelitian selanjutnya.
• Dapat dijadikan bahan pemikiran penelitian berikutnya yang
lebih menyeluruh dan lebih luas lagi.
• Diharapkan meneruskan penelitian ini di kemudian hari pada
faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi visus pada murid SD

Anda mungkin juga menyukai