Anda di halaman 1dari 25

Spinal anastesi

Sectio caesaria
Pendahuluan

– Sectio caesaria (SC) adalah pembedana untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding Rahim. Di benua asia contohnya wilayah kartanaka utara
india pada tahun 1999 angka persalinan SC meningkat sebesar 30% dari seluruh
persalinan. Secara umum di Indonesia jumlah SC di rumah sakit pemerintah
adalah sekitar 20-25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta
jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan.
Anatomi vertebra
Peta dermatom
Defenisi seksio sesaria

Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka


dinding perut dan dinding uterus. Terdapat beberapa cara seksio sesarea yang
dikenal saat ini, yaitu
– Seksio sesarea transperitonealis profunda
– Seksio sesarea klasik / korporal
– Seksio sesarea ekstraperitoneal
– Seksio sesarea dengan teknik histerektomi
Indikasi seksio sesaria
Komplikasi

infeksi
puerpera
l
komplikasi
- perdaraha
komplikasi n
lain

komplikasi
yang baru
tampak komplikasi
pada pada anak
kemudian
hari
Spinal anastesi

– Anastesi spinal adalah injeksi obat anastesi local ke dalam ruang intratekal yang
menghasilkan analgesia. Pemberian obat local anastesi ke dalam ruang
intratekal atau ruang subaraknoid di region lumbal antara vertebra L2-3, L3-4,
L4-5 untuk menghasilkan onset anastesi yang cepat dengan derajat
keberhasilan yang tinggi
Prosedur spinal anastesi

– Sebelum melakukan penyuntikan jarum spinal, langkah awal yang harus


dilakukan adalah identifikasi space atau celah antar ruas tulang vertebrae. Ada
beberapa panduan (landmark) yang dapat digunakan, antara lain dengan
berpatokan bahwa garis khayalan setinggi Krista iliaka dianggap setinggi L4 atau
L4-L5
Bagian yang perlu dilalui jarum
spinal
Faktor yang mempengaruhi
penyebaran obat anastesi spinal
1. Gravitasi
2. Postur tubuh
3. Tekanan intra abdomen
4. Anatomi kolumna vertebralis
5. Tempat penyuntikan
6. Manuver valsava
7. Volume obat
8. Konsentrasi obat
9. Posisi tubuh
10. lateralisasi
Pengaruh spinal anastesi
terhadap fisiologi

Sistem Sistem saraf


kardiovaskular pusat

Sistem Sistem
pernafasan pencernaan
Kontra indikasi

– Kontraindikasi absolut anastesi spinal meliputi pasien menolak, infeksi di daerah


penusukan, koagulopati, hipovolemi berat, peningkatan tekanan intrakranial,
stenosis aorta berat dan stenosis mitral berat. Sedangkan kontraindikasi relatif
meliputi pasien tidak kooperatif, sepsis, kelainan neuropati seperti penyakit
demielinisasi sistem syaraf pusat, lesi pada katup jantung serta kelainan bentuk
anatomi spinal yang berat. Ada juga menyebutkan kontraindikasi kontroversi
yang meliputi operasi tulang belakang pada tempat penusukan,
ketidakmampuan komunikasi dengan pasien serta komplikasi operasi yang
meliputi operasi lama dan kehilangan darah yang banyak.
Laporan kasus

2.1. Identitas Pasien


– Nama : Avissha Alpha Della Br tarigan
– Jenis Kelamin : Perempuan
– No. RM : -
– Usia : 25 tahun
– Berat Badan : 70 kg
Anamnesis
– Pasien dengan G3P2A0 datang ke IGD pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 20.30 WIB,
dengan keluhan riwayat keluar cairan dan bercampur darah dari kelamin,, his (-),
mulas-mulas (-). Riwayat SC dua tahun yang lalu.
– 2.3.1. Primary Survey – B3 (Brain)
– B1 (Breath) – Kesadaran : Compos Mentis
– RR : 22x/ menit – GCS : 15
– SP : Vesikuler +/+ – Pupil : Isokor +/+
– ST : Rh -/-, Wh -/-
– Foto Thorax : - – B4 (Bladder)
– UO : Tidak menggunakan kateter
– B2 (Blood) – Warna : Kuning bening
– TD : 130/80 mmHg
– HR : 84x/ menit – B5 (Bowel)
– EKG : - – Distensi : +/+
– HB : 10,1 g/dl – Peristaltik ; +/+ normal
– HT : 31,1 %
– Leukosit : 8600 – B6 (Bone)
– Trombosit : 243000 – Edema Pretibial : -/-
– LED : 20mm/jam – Fraktur : -/-
– 2.3.2. Secondary Survey – Thorax
– Kepala : Normochepali – Inspeksi:Simetris, Fusiformis
– Wajah : Cloasma gravidarum (-) – Palpasi :SF kanan dan kiri

– Mata : Konjungtiva anemis (-), Sclera – Perkusi :Sonor kedua lapangan


ikterik (-) paru

– Hidung : Deviasi (-) – Perkusi batas jantunng


– Batas atas kiri :SBC II LPS Sinistra
– Telinga, mulut, tenggorok : t.a.k
– Batas atas kanan:SBC II LPS Dextra
– Leher : Pembesaran KGB (-)
– Batas bawah kiri:SBC V LMC Sinistra
– Batas bawah kanan :SBC IV LPS Dextra
– Auskultasi : SP Vesikuler
– Abdomen – Genitalia : t.a.k
– Membesar simetris
– T.F.ut 33 cm – Extremitas
– TBJ 3100 gram – Oedem : -/-
– Bagian tengah puki – Varises : -/-
– Bagian depan kepala U
– DJJ 152x/ menit – Perubahan lain
– Striae Albicans (+) – Mammae membesar
– Linea nigra hiperpigmentasi – Puting menonjol
– Areola mammae hiperpigmentasi
– Pemeriksaan Penunjang
Hasil lab
– Laboratorium
Diagnosa
– Haemoglobin : 10,1 g/dl
G3P2A0 + KPD + Ketuban kering
– Leukosit : 8600
– Laju Endap Darah : 20 mm/jam
Rencana Operasi
– Trombosit: 243000
Sectio Caesarea
– Hematokrit : 31,1 %
– Eritrosit : 3,69 103/L
Kesan Pasien
– MCV : 84,5 Fl
– MCH : 27,3 Pg
ASA I
– MCHC : 32,4 g/dl
– Eosionofil : 2%
Tindakan Anestesi
– Basofil : 0%
RA-SAB
– Neotrofil : 68 %
– Limfosit : 27 %
– Monosit : 3%

– Glucose Ad Random : 63 mg/dl


– Bleeding Time : 4 menit
– Clothing Time : 10 menit
– Rencana Anestesi
– Pada tanggal 10 Juli 2017 pukul 20.30 WIB pasien masuk ke ruang operasi dan dipantau tekanan
darah, HR, dan saturasi oksigennya. Kemudian dilakukan prosedur sebagai berikut:
– Pasien pada posisi duduk.
– Tentukan lokasi yang akan dibius.
– Lokasi pembiusan di desinfeksi.
– Suntikkan Spincan 25G.
– Pastikan CSS keluar.
– Injeksikan obat spinal anestesi yaitu Bupivacain 20 mg sebanyak 4 cc.
– Pastikan telah terblok Th-12.
– Pemberian obat-obatan selama – Temuan pada saat operasi:
RA-SAB: – TD Tertinggi:138/98 mmHg
– Bupivacain 1 amp – Terendah :75/54 mmHg
– Ketorolac 1 amp – HR Tertinggi:99x/ menit
– Ondansetron 1 amp – Terendah :65x/ menit
– Syntocinon 2 amp – Perdarahan:± 750 cc
– Methergin 2 amp – Cairan keluar:± 200 cc
– Asam Traneksamat 1 amp
Tindak Lanjut

– 10 Juli 2017 (pre-op) – 11 Juli 2017 (post-op)


S: Demam (-), sesak (-), keluar cairan bercampur darah S : Post Op, demam (-), sesak (-), mual (+), nyeri luka
(+)
O: TD : 120/80 mmHg
O : TD : 120/80 mmHg
T : 37˚C
T : 36,5oC
HR : 80x/ menit
HR : 78x/ menit
RR : 20x/ menit
RR : 20x/ menit
A : G3P2A0 + KPD
A : Post SC hari 1
P : Tirah baring
P Tirah baring
IVFD RL 20 gtt
Diet MII
Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
IVFD RL 20 gtt
Inj. Ketorolac 1 Amp / 12 jam
Inj. Ceftriaxone 1g/12 jam
Inj. Ketorolac 1 Amp / 12 jam
– 12 Juli 2017 – 13 Juli 2017
S : Post Op, flatus (+), demam (-), sesak (-), mual S : Post Op, flatus (+), demam (-), sesak (-), mual
muntah (-), nyeri luka menurun (+), sudah bisa duduk, BAK (+) muntah (-), nyeri luka menurun (+), sudah bisa duduk, BAK (+)
O : TD : 150/100 mmHg O : TD : 130/80 mmHg
T : 36,5oC T : 36,5oC
HR : 82x/ menit HR : 80x/ menit
RR : 20x/ menit RR : 20x/ menit
A : Post SC hari 2 A : Post SC hari 3
P : Tirah baring P : Tirah baring
Diet MB Diet MB
IVFD RL 20 gtt IVFD RL 20 gtt
Inj. Ceftriaxone 1 g/ 12 jam Inj. Ceftriaxone 1 g/ 12 jam
Inj. Ketorolac 1 Amp / 12 jam Inj. Ketorolac 1 Amp / 12 jam
Besok bisa PBJ
DISKUSI

– Pasien Ny. Avissha Alpha Della Br tarigan, 25 tahun menjalani operasi sectio caesarea pada
tanggal 10 Juli 2017 dengan diagnosis pre-operatif G3P2A0 dengan Ketuban Pecah Dini,
Previous SC, AH tunggal, Belum inpartu.

– Tanda vital yang didapatkan dari pemeriksaan fisik mencakup TD 130/80 mmHg, RR 22x/
menit, HR 84x/ menit, T 37oC. Pasien termasuk dalam ASA I.

– Rencana anestesi pada pasien ini adalah anestesi spinal karena keuntungan anestesi spinal
untuk seksio sesarea adalah mudah, blok yang mantap, dan kinerja yang cepat serta
komplikasi yang minimal. Anestesi spinal dimulai dengan menyuntikkan Spinocan 25G,
mengaspirasi CSS, kemudian dilanjutkan dengan memasukkan Bupivacain 20mg sebanyak 4cc
pada L4-L5. Pasien selanjutnya diberi instruksi untuk menggerakkan kakinya untuk menilai
reaksi dari Bupivacain.
KESIMPULAN

– Sectio cesarea adalah suatu teknik pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisidinding abdomen dan uterus
sehingga janin dapat dilahirkan melalui dinding perut danrahim agar janin lahir dalam keadaan utuh dan sehat.
Sebagai prosedur operasi, maka pelaksanaan sectio cesarea memerlukan tindakananestesi. baik anestesi umum
maupun anestesi lokal atau regional. Tindakan anestesitersebut dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit pada
pasien yang akan menjalaniprosedur operasi
– Anestesia yang digunakan pada operasi sectio cesarea tidak sama dengan jenis anestesipada prosedur operasi
lain, karena harus meminimalkan transfer obat anestesi ke janinmelalui placenta ibu. Obat dan teknik anestesi
yang digunakan untuk operasi sectio cesareaharus dipilih yang baik untuk ibu, janin serta tidak mempengaruhi
kontraksi ibu.
– Teknik anestesi spinal mempunyai banyak keuntungan seperti kesederhanaan teknik,onset yang cepat, resiko
keracunan sistemik yang lebih kecil, blok anesthesi yang baik,perubahan fisiologi, pencegahan dan
penanggulangan penyulitnya telah diketahui dengan baik, analgesia dapat diandalkan, pengaruh terhadap bayi
sangat minimal, pasien sadar sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya aspirasi dan adanya jalinan
psikologikberupa kontak mata antara ibu dengan anak segera setelah persalinan

Anda mungkin juga menyukai