penyerapan di rektum dapat terjadi dengan tiga cara :
1. Lewat pembuluh darah secara langsung
2. Lewat pembuluh darah getah bening 3. Lewat pembuluh darah secara tidak langsung Cara transport zat aktif dalam tubuh setelah pemberian dan penyerapan melalui rektum Bentuk Sediaan Obat Melalui Rektum
• PADAT, Suppositoria
• CAIRAN, Enema, lavement nutritif
• KAPSUL REKTUM OBAT MELALUI REKTUM
Pemberian obat melalui rektum pada
umumnya untuk mendapatkan efek lokal dari obat (misalnya : hemmorrhoid, fisura ani, rhagade ani atau untuk pengosongan rektum). Untuk efek sistemik pemberian obat melalui rektum hanya kalau medikasi oral tidak memungkinkan.
barbiturat. Untuk mendapatkan efek sistemik, pemberian obat melalui rektal dimungkinkan bila :
Penderita dalam keadaan muntah atau terdapat
gangguan saluran cerna. Bila terdapat kemungkinan zat aktif rusak oleh getah lambung yang asam, atau oleh enzim usus. Bila zat aktif mengalami kerusakan pada pelintasan pertama melalui hati. Bila penderita menolak untuk menelan obat dengan alasan karakter organoleptis, atau untuk menghindari cara pemberian parenteral. Beberapa Kelemahan Pemberian Obat Melalui Rektum
Obat tercampur dengan feses yang ada di
rektum yang dapat menghambat absorpsi obat. Absorpsi tidak sempurna, karena cairan dalam rektum untuk disolusi obat terbatas, tidak sebanyak cairan gastrointestinal. Luas permukaan untuk absorpsi juga terbatas, tidak seluas permukaan gastrointestinal. ABSORPSI OBAT MELALUI REKTUM
Mekanisme absorpsi terutama secara
difusi pasif. Bioavailabilitas relatif rendah, karena kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas Waktu Pemberian Obat
Waktu pemberian obat melalui rektum
yang tepat ialah post-defaecatio, supaya obat tidak cepat dikeluarkan sebelum sempat diabsorpsi. Mekanisme Kerja Supositoria
Pemahaman anatomi rektum dan cara
penyerapan zat aktif dalam organ tubuh dari rektum, mekanisme kerja supositoria dibagi atas tiga kelompok :
o Supositoria berefek mekanik
o Suppositoria berefek setempat o Suppositoria berefek sistemik Supositoria berefek mekanik
Terutama pada supositoria gliserin,
terjadi fenomena osmose yang disebabkan oleh afinitas gliserin terhadap air. Hal tersebut menyebab- kan eksudasi usus sehingga menimbulkan gerakan peristaltik. Supositoria Berefek Setempat
Termasuk dalam kelompok ini adalah supositoria
anti wasir. Formula anti wasir sangat banyak dan sebagian besar sangat spesifik. Ke dalam basis supositoria yang sangat beragam kadang-kadang ditambahkan senyawa peringkas pori, baik dengan cara penyempitan maupun hemostatik seperti senyawa hemamilidis atau buah sarangan dari India, adrenalina ataupun antiseptik seperti iodoform. Pemakaian setempat juga berlaku untuk supositoria betanaftol yang digunakan sebagai obat cacing. Supositoria Berefek Sistemik
A. Supositoria Nutritif
Sopositoria nutritif digunakan pada penyakit
tertentu dimana saluran cerna tidak dapat menyerap makanan. Hanya dapat diberikan makanan yang langsung diserap (misalnya pepton), karena rektum tidak dapat mencerna. Selain melalui supositoria dapat juga diberikan melalui lavement. Supositoria Berefek Sistemik
B. Supositoria Berefek Obat
Supositoria tersebut mengandung zat aktif
yang harus diserap, mempunyai efek sistemik dan bukan efek setempat.
Contoh : aminofilin dan teofilin untuk asma,
chlorprozamin untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgesik antipiretik, dll. Kinetika Pre-Disposisi Zat Aktif
Kinetika pre-disposisi zat aktif terdiri atas
dua tahap :
1. Penghancuran sediaan, lalu
2. Pemindahan dan pelarutan zat aktif ke dalam cairan rektum, diikuti difusi menuju membran atau berdifusi melintasi membran agar dapat mencapai sistem peredaran darah (sistemik). Kinetika Pre-Disposisi Zat Aktif
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinetika
penyerapan zat aktif yang diberikan per-rektum : 1. Kedudukan supositoria setelah pemakaian 2. Waktu tinggal supositoria di dalam rektum 3. pH cairan rektum Membran rektum terdiri dari sel epitel yang sifat lipidanya terjadi terutama oleh mekanisme transport pasif yang tergantung pada : »» Koefisien partisi zat aktif dalam minyak/air »» pKa zat aktif »» pH cairan yang merendam membran (bersifat netral (7,5 sampai 8) Pemilihan Bahan Pembawa
Pemilihan bahan pembawa terutama
mempertimbangkan sifat fisiko kimia zat aktif.
o Zat aktif larut air, lebih disukai menggunakan basis
berlemak dengan suhu lebur lebih kecil dari suhu rektum. o Zat aktif sukar larut, maka sebaiknya digunakan dalam partikel halus, atau dengan mengubah pH cairan rektum atau mengubah tetapan dielektrik bahan pembawanya. Pemilihan Bahan Pembawa
☻ Zat aktif dalam bentuk cairan, dan dapat
melarutkan pembawa, maka harus dipilih pembawa yang mempunyai konsistensi (untuk pembawa larut air) atau suhu lebur (untuk pembawa lemak) yang tinggi dari zat aktif tersebut. ☻ Zat aktif dapat bereaksi dengan bahan pembawa tertentu dan menghasilkan campuran eutetik dengan suhu lebur yang sangat rendah, maka diperlukan pembawa dengan konsisitensi dan suhu lebur yang sesuai. Pemilihan Bahan Pembawa
☻ Bila terdapat senyawa hidrofil atau berair atau
hidrogliserin, maka sebaiknya dipilih pembawa yang dapat diemulsikan dengan cepat. ☻ Bila bobot jenisnya sangat tinggi, maka sebaiknya dipilih bahan pembawa dengan laju pelarutan yang cepat. Zat Aktif Surfaktan Hasil Amindopirin Tween – Span 20-40 ↑ pelepasan in vitro
Aminofilin Surfaktan dengan HLB 11 - 14 ↑ pelelasan in vitro
Efedrin Surfaktan ber HLB di atas 9 ↑ pelelasan in vitro
Gliseril-guaiakolat Berbagai surfaktan ↑ penyerapan
Na PAS Tween dan Na-lauril ↑ penyerapan
Natrium Iodida Tween 20 dan Na-lauril sulfat ↑ penyerapan
Faktor Patofisiologi yang mempengaruhi penyerapan melalui rektum
o Masih belum begitu banyak penelitian yang
membahas pengaruh faktor fisiologi atau pato- fisiologi yang dapat mempengaruhi penyerapan melalui rektum. o Subyek yang demam menunjukkan penyerapan yang lebih baik bila zat aktif berada dalam pembawa berlemak. o Subyek dengan gangguan transisi saluran cerna dengan diare tidak dapat diberi pengobatan sistemik melalui rektum.