Anda di halaman 1dari 338

Modul Kontrasepsi

Pendidikan Medik Berkelanjutan bagi Profesional


Kesehatan

M. Runge, P.C. Wong, B. Affandi, L. Cheng


ISI (1)

1. Sejarah KB
2. Alasan Untuk Melaksanakan KB
3. Fisiologi Siklus Menstruasi
4. Kebutuhan Kontrasepsi
5. Kontrasepsi Hormonal
a) Kontrasepsi Oral (KO)
- Cara Kerja
- Keuntungan Kontrasepsi
- Keuntungan Non-Kontrasepsi
- Efek Samping
- Kontroversi
- Kontrasepsi Darurat
- Rangkuman
- Kesimpulan
ISI (2)

b) Injeksi Depo (DMPA, Norethisterone acetate)


c) Implan
d) AKDR dengan Pelepas Hormon
e) Cincin Vagina (Vaginal Ring)
f) Kontrasepsi Transdermal dengan lembar perekat (patch)
pelepas hormon
6. Kontrasepsi untuk klien khusus, remaja dan perempuan usia
diatas 35 tahun
7. Kontrasepsi Klien Berisiko
8. Kontrasepsi Hormonal pada puerperium dan pascakeguguran
9. Kontrasepsi Pospartum (Pascapersalinan) dan Periode Laktasi
10. Kontrasepsi Perimenopause
Content (3)

11. Kontrasepsi Barrier


a) Kondom
b) Diafragma
c) Cervical cap
d) Spermisida
e) Vaginal sponge
12. Kontrasepsi Operatif – Tubektomi dan Vasektomi
13. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD)
14. Kontrasepsi Alamiah
a) Lendir Serviks
b) Metode Laktasi Amenore (LAM)
c) Metode Kalender
d) Temperatur Basal Tubuh
e) Pengukuran LH/Estradiol dan Siklus dengan Komputer
Content (4)

15. Informasi Pendukung


a) Yang sering ditanyakan (versi Pelatih)
b) Laporan Kasus (versi Spesialis)
c) Pemberitahuan
d) Daftar Ilustrasi
e) Catatan
1. Sejarah KB
Sejarah KB
 Mesir (Ebers-papyrus 1550 Sebelum Masehi):

Ramuan untuk membuat tampon vagina dengan efek


kontraseptrif dibuat dari pucuk daun acasia dicampur
dengan madu dan buah perdu (famili Moraceae) sehingga
terbentuk gum arabic yang menghasilkan asam laktat
Sejarah KB

„Setiap saat, perempuan dan/atau laki-laki berharap


dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
dengan cara yang mereka ketahui, terlepas apakah itu
cukup atau kurang efektif“

 Judaism (300 Sebelum Masehi):


- Senggama terputus
- Pantang Berkala
- Tampon katun sebagai metode barrier
- Pengetahuan tentang siklus Menstruasi (Musa):
„Kesuburan tinggi terjadi pada tujuh hari setelah haid“
Sejarah KB

 Arab Islami (abad ke 14 – 15):

 Islam membolehkan
pencegahan kehamilan
 Metode Barrier (spons
dengan air jeruk nipis)
 Kotoran Gajah dicampur
dengan madu dan minyak
 Kondom yang terbuat dari
usus hewan
 Senggama Terputus
Sejarah KB

Elephant dung mixed with honey and oil...

Bagaimana dengan Kepatuhan Pasien?


Sejarah KB

 Eropa (Abad 13 – 15):

 Kontrasepsi dilarang oleh Gereja Roma-Katolik


 Senggama Terputus
 Menelan sejumlah lebah
 Membawa jantung kelinci kering di tubuh
 Diketahui adanya efek kontrasepsi Laktasi
Amenore.
Sejarah KB
 Eropa Sebelum abad ke-20:
- Eksperimen dengan Kondom, diafragma, cervical cap,
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/AKDR (IUD)
Sejarah KB

 AKDR (IUD) Awal:

Dr. Gräfenberg‘s IUD in the 1920s...


Sejarah Kontrasepsi Oral
- Para Pionir -

Margret Sanger membuka tempat


konseling pertama untuk KB pada 1916
sehingga dia mendapat sanksi hukum. Ia Gregory Pincus
menginspirasi Dr. Pincus untuk meneliti „Bapak Kontrasepsi Oral“
kontrasepsi oral progestin.
Sejarah Kontrasepsi Oral
- Para Pionir -

Carl Djerassi John Rock Celso Garcia


Mengembangkan progestin Temuan luar biasa utk Studi klinis pertama ttg
oral aktif pertama bersama Penghambatan Ovulasi Kontrasepsi Oral
Gregory Pincus
Sejarah Kontrasepsi Oral (KO)

Jenis Kontrasepsi Oral Karakteristik Diperkenalkan pertama Manufaktur


di Jerman pada

KO Monofasik KO kombinasi dosis tinggi 1961 Schering

KO Sequential KO sequential: hanya estrogen 1964 Lilly


diikuti dengan kombinasi

KO Bifasik kombinasi estrogen-progestogen 1969 Schering


berbeda

Progestogen-only-pill hanya progestogen 1972 Schering

KO Monofasik 30 - 35 µg ethinyl estradiol 1973 Schering


low-dose per tablet

KO Trifasik kombinasi estrogen-progestogen 1979 Schering


berbeda dosis pada 3 fase

KO Ultra low-dose 20 µg ethinyl estradiol per tablet 1992 Organon

KO Drospirenone 3 mg drospirenone 2002 Schering


Sejarah Kontrasepsi Oral

...Derivat estrogen yang paling penting .... Progestogen


sintetik yang pertama
Sejarah Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi oral yang pertamakali di kembangkan Eropa


diperkenalkan pada 1961 sebagai „Anovlar“ oleh Schering AG Berlin.
Mengandung 50 µg ethinyl estradiol (EE).
2. Alasan untuk Melaksanakan KB
Alasan untuk KB

 Perkembangan populasi dunia dalam 2000 tahun


terakhir:
Alasan untuk KB

 Prediksi PBB tentang Pertumbuhan Penduduk:


Alasan untuk KB

 Hubungan antara
tingkat kesuburan dan
usia harapan hidup
perempuan:
Alasan untuk KB
Alasan untuk KB

 Statistik kematian Maternal:


Alasan untuk KB

 Tingkat kematian Maternal per jumlah kelahiran hidup:


Alasan untuk KB
 Kematian bayi per usia Ibu:
Alasan untuk KB
 Kematian bayi berdasarkan urutan kelahiran:
Alasan untuk KB
 Tampilan diagram keluarga „tradisional“ dan
„moderen“:
Alasan untuk KB

 Penjarangan kelahiran mengurangi kematian bayi:


Alasan untuk KB
 Kesuksesan KB tergantung dari - pengguna, metode,
and pelayanan:
Alasan untuk KB

 Utilisasi dari pelayanan kesehatan:

Bayangkan anda hidup


di daerah pegunungan
Alasan untuk KB

 Penurunan fertilitas di Asia Tenggara:


Konseling Kontrasepsi:
Penggunaan kontrasepsi di berbagai
Negara:
Penggunaan konstrasepsi diberbagai
Negara:
Sumber: BKKBN 2008
PRESENTASE PEMAKAI ALAT/CARA KB MODERN
BERDASARKAN TEMPAT PELAYANAN PEMERINTAH

20,3

16,0

6,2
4,9

0,3 0,5 0,3 0,1


0,4 0,6 0,1 0,3
PRESENTASE PEMAKAI ALAT/CARA KB MODERN
BERDASARKAN TEMPAT PELAYANAN SWASTA

28,8
25,7
20,7
19,6

8,7
6,8
5,8
3,4 4,2
2,2 1,8 1,7
1,3 1,0
Penggunaan kontrasepsi di berbagai
Negara:
1%
3% 0%
9%

IUD
33%
Oral contraceptives
Condom
Tubal sterilization
DMPA
30% Vasectomy men
Others

24%

Data from a Family Planning Clinic HCMC 2004


Personal Communication Workshop on Contraception July 2005,HCMC
3. Fisiologi Siklus Menstruasi
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Parakrin dan autokrin (hormon) pengatur fungsi


ovarium (1):
1. Siklus fungsi ovarium dengan pematangan folikel-folikel, ovulasi,
formasi corpus luteum diatur oleh sistem kelenjar hypothalamo-
hipofise seperti halnya dengan mekanisme intraovarial.
2. Hypothalamus memproduksi gonadotropin-releasing hormones
(GnRH)
3. GnRH dibawa melalui sistem vena portal menuju kelenjar hipofise
anterior
4. GnRH menyatu pada reseptor spesifik yang menginduksi sekresi
luteotropic hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Parakrin dan autokrin (hormon) pengatur fungsi ovarium


(2):

5. Pelepasan FSH dan LH bergantung pada GnRH dan terjadi setiap


90 menit (berkala) Lanzone et al 1996.

6. Estradiol dan progestin mengatur transmisi neuro-kimia ke


hypothalamus untuk memproduksi GnRH (umpan balik negatif)

7. Endogen, opioid, katecholamin dan lain-lain memodulasi fungsi


dari neuron-neuron GnRH.
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Pengaruh inhibisi dan


stimulasi yang merupakan
aktifitas neuro-transmitter
GnRH:

VIP = vasoactive polypeptide


5-HT = 5 OH-Tryptamin
NA = Noradrenaline
OP = opioids, Ach =Acetylcholine
DA = Dopamine
A = Adrenaline

(Keck et al 2002)
Fisiologi Siklus
Menstruasi

 Interaksi hipotalamus, hipofise


dan ovarium. Mekanisme
umpan balik negatif dan
positif:
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Siklus Ovarium:

- Embrio perempuan mempunyai 4 - 7 juta folikel primordial.


- Pada saat pubertas hanya 400,000 folikel primordial tersisa.
- 30 – 35 tahun proses reproduksi mengkonsumsi semua folikel
(siklus bulanan menggunakan ratusan hingga ribuan folikel).
- Setiap bulan hanya satu folikel, dari ovarium kanan atau kiri
yang akan menjadi dominan dan menjadi folikel matang (folikel
deGraaf, berdiameter 25 mm).
- Seleksi dari folikel dominan terjadi pada hari ke-6 to 8 setelah
siklus.
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Jumlah sel germinativum pada ovarium manusia:


Fisiologi Siklus Menstruasi

 Ilustrasi Seleksi Folikel:


Hanya satu folikel matang yang
menjadi dominan. Ratusan folikel lain
menjadi atretik. 99% dari seluruh
folikel mengalami kematian sel yang
terprogram (apoptosis).

Folikel dominan yang masih


bertahan dibantu oleh FSH, epidermal
growth factor (EGF), transforming
growth factor beta (TGF-ß), basic
fibroblast growth factor (bFGF), insulin-
like growth factor (IGF-1) dan
estrogens.
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Perkembangan Folikel
(1):
Folikel primordial
umumnya ditemukan
pada korteks ovarium.
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Perkembangan Folikel (2):


Fisiologi Siklus Menstruasi

 Apoptosis pada Ovarium:

- Kurang dari 1% dari keseluruhan Folikel mencapai tahap Folikel


deGraaf, dengan 99% dari folikel-folikel (ratusan/siklus) berdegenerasi
dengan mekanisme apoptosis.

- Programmed Cell Death = apoptosis adalah proses yang


sepenuhnya bergantung pada ketersediaan energi dan diikuti oleh
degradasi DNA.

- Kemampuan hidup folikel utama tergantung dari adanya growth factor:


EGF-1 (epidermal growth factor), TGF-beta (transforming growth
factor), IGF-1 (insulin-like growth factor), dan estrogens.
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Ovulasi:
1. Reseptor LH pra ovulasi berekskresi pada sel granulosa dari folikel
dominan (tergantung FSH)

2. Testosteron dari sel Theka beraromatisasi di dalam sel granulosa


ke estradiol
3. Bertambahnya estradiol menyebabkan kenaikan synthesis dan
penyimpanan LH (umpan balik mekanisme positif Gbr-Interaksi)

4. Jarak waktu antara produksi estradiol maksimal dari folikel deGraaf


dan pelepasan maksimal dari LH adalah 24 jam
5. 8 sampai 10 jam setelah puncak LH, akan diikuti dengan ovulasi

6. Konsentrasi fisiologis serum estradiol pada pertengahan siklus,


berjumlah hingga 250 pg/ml
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Perubahan morfologis
dan endokrinal pada
siklus menstruasi:
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Corpus luteum (yellow body):


 Bekas folikel yang pecah setelah
ovulasi, berkembang menjadi
corpus luteum.
 Tanda sitomorfologis adalah
vaskularisasi yang baru dari sel
granulosa avaskuler
 Corpus luteum terhubung ke
sirkulasi dan reseptor-reseptor low
density lipoprotein (LDL) terbentuk.
 Sebagai hasilnya sel-sel granulosa
dapat menggunakan kolesterol yang
ada untuk biosintesis progesteron vaskularisasi baru dari
Sel-sel granulosa
 Level maksimum serum progesteron
15 ng/ml 6 sampai 8 hari setelah
ovulasi
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Perubahan-perubahan Endometrium:
Endometrium mengandung: epithel mukosa,
epithel kelenjar, endometrial stroma, jaringan ikat
dengan fibroblas dan makrofag.
Estradiol menyebabkan proliferasi luas
endometrium akibat meningkatnya mitosis
seluler. Estradiol melekat ke reseptor estrogen
yang akan merangsang reseptor progesteron.
Endometrium akan menjadi sensitif terhadap
progesteron pada fase sekresi dalam siklus
(O‘Malley et al. 1991).
Ketebalan Endometrium bertambah dari 1 mm
pada hari ke-1 hingga 7-8 mm pada hari ke 14.
Fisiologi Siklus Menstruasi

 Corpus-luteum gravidum (Kehamilan):

• Bila terjadi fertilisasi dan implantasi, human choriogonadotrophin


(hCG), yang mirip dengan molekul LH, akan menstimulasi corpus
luteum, untuk menghasilkan progesteron secara
berkesinambungan untuk memelihara kehamilan.

• Bila tidak terjadi kehamilan, corpus luteum akan mengalami


„luteolysis“.
• Prostaglandins, sitokinin, dan growth factors seperti TNF-beta
(tumor necrosis factor), dan makrofag akan menginfiltrasi jaringan
kapiler sehingga menyebabkan regresi dari corpus luteum dan
terbentuk jaringan parut (corpus albicans).
Fisiologi Siklus Menstruasi
 Fertilisasi dan implantasi (1):

Transportasi sperma:
 Transportasi melalui vas deferens ke vesikula seminalis merupakan
transport pasif
 Setelah transport aktif (ejakulasi), transportasi sperma di vagina dan
uterus akan berlangsung secara pasif.
 pH vagina yang asam akan diimbangi oleh cairan seminal yang alkalis.
 Sperma berpenetrasi dalam lendir serviks dengan kecepatan 2-3
mm/menit.
 Kontraksi akan menghisap sperma ke dalam rongga uterus (transportasi
pasif)
 Sperma yang mati akan terfagosit di dalam serviks.
 Konsistensi lendir serviks menyebabkan sperma tak dapat lewat sebelum
hari ke 9 siklus dan 2-3 hari setelah ovulasi.
Fisiologi Siklus Menstruasi
 Fertilisasi dan Implantasi (2):
Kapasitasi – Destabilisasi membran sel plasma kepala
spermatozoa yang terjadi selama melewati saluran
reproduksi perempuan.
Gambaran skematis proses
kapasitasi. Membran sel di
destabilisasi dengan terjadinya
pelepasan kolesterol. Progesteron
meningkatkan gerak sperma dan
memudahkan penetrasi ke zona
pellucida
Fertilisasi dan Implantasi

 Reaksi akrosomal dipicu secara


fisiologis oleh kontak
spermatozoa dengan zona
pellucida (3):

Lapisan akrosomal paling luar dan


membran plasma menyatu, diikuti
dengan pelepasan hyaluronidase
dan acrosin. Kedua-duanya
mempunyai efek lysis dan membantu
penetrasi ke zona pellucida.
Fertilisasi dan Implantasi

 Fertilisasi (4):

 Setelah sperma berpenetrasi, sel telur


melepaskan granulae yang
menonaktifkan spermatozoa lain dan
membuat zona pellucida impermiabel
(pencegahan multi fertilisasi).
 Secara Anatomi, fertilisasi terjadi saat
transisi isthmo-ampullar tuba Falopii.
 Difusi pertama terjadi di sini.
 Embrio pada tahap awal dinutrisi oleh
piruvat dan laktat dari uterus.
 Embrio mencapai rongga uterus 4-5 hari
setelah konsepsi pada tingkat morula.
Fertilisasi dan Implantasi

 Saat Nidasi (Timing of nidation):


 5.9 - 7.5 hari setelah konsepsi
 Sinsisiotrofoblas tumbuh secara invasif ke dalam decidua dan stroma
endometrium diikuti dengan erosi pembuluh darah dan invasi sistem
vaskuler (pertukaran gas and nutrisi).
4. Kebutuhan Kontrasepsi

„Anak dari keinginan, bukan dari peluang! “


Kebutuhan Kontrasepsi

 Perlambatan pertumbuhan penduduk dengan terpenuhinya


unmet needs:
Kebutuhan Kontrasepsi

 Lebih dari 100 x 106 senggama per hari.

 1 juta kelahiran baru per hari 50% diantaranya tidak di


rencanakan dan 25% tidak diharapkan.

 150.000 abortus provokatus per hari di seluruh dunia,


50.000 diantaranya abortus illegal.

 Lebih dari 500 perempuan meninggal akibat komplikasi


abortus tiap harinya.

(WHO 1999)
Kebutuhan Kontrasepsi

 Angka dari abortus provokatus per 1,000 perempuan/tahun


di berbagai negara(Nieschlag et al. 1998):
Kebutuhan Kontrasepsi
1000
Pengguna Kebutuhan UNFPA State of the world
± 570 juta yang tidak populasi 2004:
terpenuhi
201 juta bukan pengguna
± 640 juta

980
JUTA

500
410 juta bukan pengguna 2001
490

230
290
120
80
0
Perempuan Pengguna Pengguna Pengguna Bukan Bukan pengguna
pada masa metode metode yang tidak pengguna yang
reproduksi moderen tradisional puas tetapi aktif kebutuhannya
seksual tidak diketahui
WHO Department of
Reproductive Health
and Research 2001
Kebutuhan Kontrasepsi

 Persentase perempuan yang tidak ingin mempunyai anak:


USA
Japan
Columbia
Thailand
China
Philippines
Mexico
Indonesia
Egypt
Kenia
Guatemala
Jordan
Pakistan
Nigeria
Cameroon

0 20 40 60 80 100

%
DSW Newsletter (6), August 1995, DHS /Measure (1998)
Kebutuhan Kontrasepsi
• Prevalensi Kontrasepsi:
80 1960-1965 1983 1998
Persen pengguna

60

40

20

0
Negara Berkembang Negara Maju

(Sumber: United Nations, 1984 and 1999)


Prevalensi Kontrasepsi di Asia
(dari data PBB 2005)

 Dunia/1999 semua metode 60.5 %


 Asia Timur/2000 semua metode 82 %
(Jepang 56%, Mongolia 67%)

 South-central Asia/2000 semua metode 48.3 %


 South-eastern Asia/2002 semua metode 59.8 %
Kamboja/2000 24%
Indonesia/2002/2003 60%
Laos/2000 32%
Malaysia/1994 55%
Myanmar/2001 37%
Filipina/2003 49%
Singapur/1997 62%
Thailand/1997 72%
Timor-Leste/2003 10%
Viet Nam/2002 78%
Kebutuhan Kontrasepsi
Angka pengguna metode kontrasepsi moderen
Per wilayah tahun 2000
70000
Jumlah Pengguna (Ribu)

60000

50000

40000

30000

20000

10000

0
Asia Amerika Latin Timur Afrika Asia Tengah
Tengah/Afrika Sub-Sahara
Utara

Vaginal Kondom IUD Injeksi Pil Sterilisasi Laki-laki Sterilisasi Perempuan

Sumber: JSI, 2001


Kebutuhan Kontrasepsi
 Kontrasepsi yang digunakan pada berbagai kelompok usia:
1,0 1,8 5,4
100% 7,3 6,3 3,9 Tergantung pasangan
18,5 Tidak memakai
24,3 23,9
19,7 28,4
Kondom
80% 24,7
12,1 pil
12,7 8,9 sterilisasi
9,8
7,2 6,1 IUD
60%
15,8
lainnya
19,5
34,3 32,1
43,4
40% 13,8
65,5
15,5
8,4 5,7
9,6
20% 2,3 10,5
14,3 12,0
10,7 26,3 Sumber: Emnid, N = 2503 women,
aged 20 to 50

9,5 16,3 Schering GB Deutschland Market Research


2,9 4,8 4,8 T. Hein 31. 01. 1997
0%
20 - 25 31 - 35 41 - 45
26 - 30 36 - 40 46 - 50
5. Kontrasepsi Hormonal
a) Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi Oral – Cara Kerja
 Berbagai kemungkinan pola intervensi
pengendalian kesuburan:
Kontrasepsi Oral – Cara Kerja
 Perubahan siklus hormon akibat pengaruh
Kontrasepsi Oral:

„Tidak semudah ini“


Kontrasepsi Oral – Cara Kerja

4. Gangguan fungsi tuba (KOP)

1. Inhibisi ovulasi

3. Perubahan sekresi
endometrium:
Inhibisi implantasi

2. Menebalnya
lendir serviks
(membatasi gerakan
sperma)
Kontrasepsi Oral – Komposisi

 Estrogen:
- Ethinyl estradiol (EE)

 Progestogen:
- derivat 19 nortestosterone
- derivat 17 alpha-hydroxyprogesterone
- derivat 17 alpha-spironolactone
Kontrasepsi Oral – Komposisi
Kontrasepsi Oral
Profil Aktifitas dari Progestogen Berbeda
Progestogen Progesteron-like Glucocorticoid Antiandrogenic Antimineralo-
Activity Activity Activity corticoid Activity
Progesteron + - (+) +
Drospirenon + - + +
Yasmin Schering
Levonorgestrel + - - -
Microgynon
Schering
Gestogen + - - -
Dienogest + - + -
Valette JenaPharm
Norgestimat + - - -
Desogestrel + - - -
Lovelle Organon
Cyproteronacetat + + +++ -
Diane 35 Schering
Chormadinoacetat + + ++ -
Kontrasepsi Oral
Profil Aktifitas dari Progestogen Berbeda

 Catatan:

Setiap negara harus memasukkan data tentang


jenis dan merek-merek yang tersedia di negera
mereka pada tabel sebelum ini.
Farmakokinetik dari Steroid-KO

Komponen Bioavailibility % Half-life/jam

Ethinylestradiol 38-48 10-27


Chlormadinone acetate 95 80
Cyproterone acetate 95 70
Norethisterone 50-77 8
Levonorgestrel 85-95 14
Desogestrel 76 12
Gestodene 95 12
Dienogest 96 9
Potensi Progestogens pada KO

Progestogen Dosis Transformasi Dosis Inhibisi Ovulasi


mg/siklus mg/hari
Cyproterone acetate 12 1
Chlormadinone acetate 25 1.7
Levonorgestrel 4 0.06
Norethisterone 100 0.4
Desogestrel 2 0.06
Dienogest 6 1
Gestodene 3 0.03
Kontrasepsi Oral - Komposisi

Pil Monofasik

Pil Sequential Gestagen

Oestrogen

Pil Bifasik

Pil Trifasik

Progestogen-only-pill
(POP)
0 7 14 21 28 Hari siklus
Kontrasepsi Oral - Siklus

 Kontrasepsi Oral Kombinasi:

Mengandung ethinylestradiol dan progestogen dan di klasifikasikan


menurut kandungan Ethinylestradiol (EE) sbb:

50 µg = high dose
30 - 35 µg = low dose „micro-pill“
20 µg = ultra-low dose

Bermula pada hari ke-1 siklus 21 hari menstruasi, diikuti dengan jarak
tujuh hari atau tujuh tablet placebo
Kontrasepsi Oral - Komposisi

 Catatan:
Terkait dengan semakin rendahnya kandungan
ethinyl- estradiol pada Kontrasepsi Oral (micropills
dengan 20 - 35 µg EE), maka sebagian besar
kontrasepsi oral saat ini adalah pil kombinasi
„monofasik“ (EE dan P).
Kontrasepsi Oral – Cara Kerja

 Umpan balik negatif pada hipotalamus/hipofise:

- Ethinyl estradiol (antigonadotrophic) secara kombinasi:


reduksi FSH/LH
- Progestogen (antigonadotrophic) >75%

(Kuhl et al., 1995)


Kontrasepsi Oral – Cara Kerja

 Efek pada Ovarium:

Ethinylestradiol Efek antigonadotrophic menyebabkan:


a) Inhibisi pematangan folikel
b) Inhibisi ovulasi
Progestogen c) E2 , P , LH
Kontrasepsi Oral – Cara Kerja
Konsentrasi Hormon Reproduksi di dalam Darah
Kontrol Siklus Preparat Kombinasi
32 LH (I.E./l)
24
Konsentrasi dalam darah

16
8
0
300 Estradiol (ng/l)

200
100
0
16 Progesteron (µg/l)

0
Hari 4 8 12 16 20 24 28 4 8 12 16 20 24 28
Kontrasepsi Oral – Cara Kerja

 Efek pada Tuba Falopii:

Progestogen a) Pergerakan (motilitas)


b) Perubahan Siklus

Inhibisi pergerakan tuba


dan transportasi ovum
Kontrasepsi Oral – Cara Kerja
 Efek Endometrium:
Ethinylestradiol (proliferasi) a) inhibisi implantasi
Progestogen (transformasi) b) hipotrofisme endometrium

N=22 Jalan pada siklus OC (EE 0,03 mg,


chlormadinone acetate 2 mg)
(H.P. Zahradnik, Heidelberg 2003)
Kontrasepsi Oral – Cara Kerja

 Efek pada serviks uteri:

Ethinyl estradiol
(Stimulasi sekresi serviks)
Inhibisi dari:
a) Lewatnya Sperma
Progestogen b) Naiknya bakteri patogen
(menebalnya lendir serviks,
efek estrogen yang belawanan)
KO – Cara Kerja - Rangkuman

 Kontrasepsi oral kombinasi (Monofasik) :


Menghambat ovulasi
(100%)

Perubahan sekresi
endometrium:
Inhibisi dari implantasi

Menebalnya lendir
serviks (mengurangi
motilitas sperma)
KO – Cara Kerja - Rangkuman

 Pil hanya Progestogen:


Inhibisi pergerakan tuba /
transportasi ovum

Perubahan sekresi pada


endometrium: inhibisi implantasi

Inhibisi dari aktivitas ovarium Menebalnya lendir serviks


dan fungsi corpus luteum (menghambat motilitas sperma)
(pada ovulasi 20-40%)
Kontrasepsi Oral – Komposisi

 Pil hanya Progestogen (Levonorgestrel 0.03mg e.g.):

Pro: Kontra:
 Bebas estrogen (Untuk pengguna  Harus dikonsumsi pada saat yang
KO kombinasi akan terjadi sama(toleransi hanya 3 jam,
kontraindikasi) kemudian Pearl Index jadi 0.8 - 1.5,
atau lebih)
 Efek sistemik yang rendah
 Sering terjadi pendarahan antar
 Tidak mengurangi produksi ASI
menstruasi dan bercak
 Potensi kontrasepsi lebih rendah
dari KOK karena tak cukup menekan
ovulasi. Efek kontrasepsi terutama
pada hambatan trans portasi sperma
(lendir serviks)
Kontrasepsi Hormonal – Cara Kerja

1. Diencephalon dan pituitary gland terinhibisi oleh kadar hormon reguler


2. Ovarium tidak terstimulasi untuk memproduksi hormon
3. Ovarium tidak memproduksi estrogen dan progesteron sendiri
4. Maka jika ovum belum matang, tidak ada ovulasi
5. Lendir serviks mengental dan menebal (sperma tidak dapat berpenetrasi dan tidak
mencapai ovum)
6. Menurunkan motilitaas tuba falopii (Ovum tidak mencapai uterus pada saat yang
tepat)
7. Endometrium menipis dan tidak siap menerima nidasi/implantasi

Pil Injeksi 3 bulanan Mini-pill (POP) Pagi setelah Pil


Keuntungan Kontrasepsi pada KO

 The Pearl index (PI):


PI mendeskripsikan amannya kontrasepsi:

Jumlah kehamilan yang terjadi pada 100 perempuan yang


menggunakan kontrasepsi yang sama dalam waktu
setahun:

- Acceptable PI : < 1
- Good PI : < 0.5
Keuntungan Kontrasepsi Pada KO - Pearl
Index dari beberapa metode kontrasepsi

Metode PI

Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) 0.1 - 0.9


Progestogen-only pill (mini-pill) 0.3 - 4
Injeksi (3 bulan) 0.1 - 1.2
Subdermal implants 0.8
Vaginal rings 0.3 - 3
AKDR + LNG 0.1 - 0.5
Kondar/Morning-After Pill 0.1 - 2.6
Keuntungan Kontrasepsi Pada KO - Pearl
Index dari beberapa metode kontrasepsi

Metode PI

Tanpa kontrasepsi 85 – 90
Coitus interruptus 10 – 38
Pantang Berkala 1 - 35
Spermasida 3 – 41
Kondom 7 – 14
Diafragma 2 – 25
AKDR (CuT) 0.1 – 2.7
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Dasar Pemikiran:
Kebanyakan efek menguntungkan KOK pada kesehatan didapat dari
supresi siklus ovulasi. Rata-rata perempuan mempunyai sekitar 400
siklus diantara menarche dan menopause, tetapi mereka hanya akan
mempunyai dua atau tiga anak atau bahkan kurang.

Keberlangsungan siklus menstruasi secara terus menerus


ternyata mempunyai efek yang tidak menguntungkan terhadap
kesehatan perempuan mis. Kelainan ovarium, uterus, payudara.
Sehubungan dengan menarche dini dan menopause terlambat
data menunjukkan peningkatan risiko keganasan payudara.

Karena KOK bekerja dengan menekan ovulasi maka salah satu


keunggulan KOK adalah efek samping atau efek yang tak diinginkan
tidak disebabkan oleh tinggi-rendahnya dosis hormon yang dipakai.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Keuntungan objektif penggunaan kontrasepsi oral:

1. Menstruasi teratur 8. Kista fungsional ovarium


2. Hipomenore 9. Rendahnya kehamilan
3. Kulit halus dan bersih ektopik
4. Membaiknya kualitas hidup 10. Cegah kanker ovarium
5. Dismenore 11. Cegah kanker endometrium
6. Penyakit Radang Pelvis/PID 12. Mencegah kematian ibu
7. Menurunnya insidens 13. Mengurangi morbiditas ibu
mioma uteri 14. Perbaikan anemia defisiensi
zat besi
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Harapan subjektif tentang keuntungan dan kekurangan KO
pada populasi perempuan:
Jerman 1992
Persentase Regular cycle 80
Perempuan menjawab Less dysmenorrhea 72

‘ya’ atau ‘mungkin’ pada Reduced blood loss 75 Positif


Improved skin 55
aspek berikut Prevention of cancers 29
Easily obtained 95
Cardiovascular disease 40
(Oddens et al., 1994) Increased cancer risk 25
Weight increase 60
Depression 32
Negatif
Headache 30
Breast tenderness 36
Nausea 23
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Catatan:

Harap isi dengan data Negara sendiri atau Negara-


negara Asia lain dari presentasi Mario Festin pada
APCOC meeting.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Gangguan Pendarahan:
Hipotrofi endometrium dan siklus reguler menyebabkan berkurangnya gangguan
perdarahan secara signifikan dan peningkatan kualitas hidup manusia.
20.0
18.3
18.0 Pendarahan bercak
16.0 Pendarahan lucut
- 57 %
14.0 Amenorrhoea
% 12.0

10.0
7.9
8.0

6.0

4.0 2.9 2.7


1.9
2.0 1.4 1.0
0.6 0.7 0.7
0.1 0.3
0.0

1 3 6 12 siklus
(Schramm et al. Contraception 2003; 67:305-312)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Hipomenore:
Hipotrofi endometrium menyebabkan naiknya angka perdarahan lucut
ringan ( Rabe T et al., Eur J Contracept Reprod Health Care, 1997; 2:39-51)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Anemia defisiensi besi dan menoragia/hipermenorea:

Kontrasepsi oral kombinasi menekan proliferasi


endometrium dan mereduksi 50% insiden menoragi dan
anemia defisiensi zat besi (lihat efek KO terhadap
perkembangan mioma uteri)
(Owen, J. The benefits and risks of oral contraceptives. Parthenon
Publishing Group 1993)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Dismenore:
- Masalah:
2 -10% perempuan mengeluhkan dismenore akut yang
menyakitkan (Logue, Moos 1986, Psychosom. Med.).
- Dampak Sosial-ekonomi:
Perempuan kehilangan140 juta jam per tahun untuk sekolah atau
kerja di AS.

10 - 30% perempuan pekerja atau pelajar meminta izin tidak masuk


kerja/belajar untuk 1 atau 2 hari per bulan(Zahradnik, H.P., Gyn.
2003; 8:2-4).
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Dismenore:
Patogenesis: Sintesis prostaglandin dalam uterus
50
Prostaglandins darah menstuasi dalam µg Dismenore
Menstruasi Normal
40

30

20

10

0
PGF2 PGI2 PGF/PGI (Zahradnik et al., 1984 Arch
Gynecol 236:99).
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Dismenore:
Patogenesis – Peningkatan tekanan intrauterine
Dysmenorrhea
Normal menstruation
100
**
** p < 0.01
Vernier Units (Mittelwert +/- S.E.M.)

80

60

40

20

1 2 3 4-5 (Lumsden et al., 1985


Hari Menstruasi Acta Obstet
Gynecol Scand 64:183)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Dismenore:
KOK mengurangi insiden dismenore sekitar 40%. Gejala-gejala
lainnya seperti„premenstrual syndrome“ juga membaik.

66.0 %
Combined OC‘s: EE 0.03 mg,
chlormadinone acetate 2 mg

13.0 % 16.7 %

0.7 %

no more weaker unchanged worse


dysmenorrhea

(Schramm et al.,Contraception 2003;67:305-312)


Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Kulit dan rambut:

Etiologi seboroe, jerawat, kulit berminyak

 Meningkatnya produksi androgen (ovarium = PCO syndrome,


kelenjar adrenal).

 Berkurangnya tingkat sexual hormone-binding globuline (SHBG)


meningkatnya testosterone bebas.

 Meningkatnya aktifitas androgen (bertambahnya angka androgen


receptors, 5-alpha-reductase).
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Androgen-related skin disorders:

Kulit
- Seboroe dan jerawat

Rambut
- Androgenic alopecia
- Hirsutism
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Kulit dan rambut – unit pilosebacea :
Batang Rambut
Epidermis

Dermis
Kelenjar minyak

Folikel
Rambut
Umbi Rambut

Jaringan
Subkutan

(modified from Katz, H. I., International Expert Meeting on Contraception und Skin, Munich 2000).
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Seboroe:

 Seboroe disebabkan oleh produksi sebum berlebihan dari kelenjar


minyak (sebaceous gland), terutama pada masa pubertas.

 Terjadi pada usia 15 – 20tahun dan perkiraan antara 60% dan 70%.

 Gejalanya adalah muka dan rambut yang berminyak.

 Seborrhoea biasanya berhubungan dengan jerawat(= prekondisi!)


Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Patogenesis Jerawat:

1. Keratinisasi abnormal folikel


(Retention, hyperkeratosis)

2. Bertambahnya sebum

3. Jerawat Propionibacterium
(Berlebihnya asam lemak yang teriritasi)

4. Pembengkakan (memerah dan perih)


Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
Patogenesis Jerawat

Epidermis Androgens Peningkat


an
Kelenjar minyak Oklusi ekskresi
Folikuler sebum

Lesi Non-inflamasi Lesi Inflamasi


Mikrokomedo & (Jerawat)
Komedo Papula/Pustula/Nodula
Terjadinya P. acnes
sebum

Inflammation

(modified from Katz H. I.,


National Expert Meeting Contraception
and Skin, Munich, 2000)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Perawatan gangguan kulit terkait dengan efek androgen:

1. Produk Bebas:
- Pembersih (cleanser)

2. Obat yang harus diresepkan:


- antibiotika (contoh. tetracyclines)
- derivat vitamin A
- perawatan anti-androgenic dan perawatan hormonal
- kontrasepsi oral dengan anti-androgenic gestagens
spesifik, contoh. cyproterone acetate
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Catatan:

1. Seluruh kontrasepsi oral kombinasi dengan androgen rendah dapat


memberi efek menguntungkan untuk kulit karena menambah
produksi SHBG pada hati, yang menyebabkan berkurangnya
testosteron bebas.

2. Kontrasepsi oral kombinasi dengan antiandrogenic progestogen


yang spesifik (chlormadinone acetate dan bahkan cyproterone
acetate yg lebih banyak) mempunyai efek yg lebih menguntungkan
pada pergantian kulit dan jerawat, oleh karena mereka sekaligus
menghambat 5-alpha-reductase dan menghambat reseptor
testosteron pada kelenjar minyak dan pada pilo-sebaceous unit.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Kulit dan Rambut:


Ethinyl estradiol (EE) merangsang SHBG sintesis pada hati. Efek
antigonadotrofin dari KO mengurangi produksi testosteron pada sel
theca di dalam ovarium.

(Kuhl et al.,1995)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Kulit dan rambut:
Konsekuensi dari berkurangnya testosteron dan bertambahnya level
SHBG secara signifikan mengurangi testosteron bebas, yang
menyebabkan berkurangnya keluarnya sebum, sehingga memperbaiki
jerawat yang tumbuh berlebih.
Severe Moderate Mild
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Kulit dan rambut:

Pasien berusia 19 tahun dengan PCOS. Bertambahnya rambut wajah secara dramatis.
Saat terapi (a), dan perbaikan (b) setelah 6 bulan menggunakan kontrasepsi oral antian
dengan 35µg EE dan 2mg cyproterone acetate.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 „Sebotape“ plester pengukur seborrhoea:

Rujukan untuk Perbandingan


Level sebum yang meningkat
1 2 3 4 5
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Meningkatnya kualitas hidup:


13 variabel dikaji menggunakan „Quality of Life and Enjoyment
Questionnaire“ sebelum dan sesudah 4 bulan perawatan low-dose
combined OC (Egarter C. et al.: Contraception 1999).
4,5

P < 0,001
P < 0,01

P < 0,01

P < 0,001
Perbandingan sebelum
vs. sesudah 4 bulan

4,25
Nilai Spesifik

Sebelum
4
Setelah 4 bulan

3,75

3,5
Kesehatan Mood Kerja/sekolah Kegiatan
fisik rumah
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

Nilai rerata dari 13 subjek„Quality of Life and Enjoyment Questionnaire“


sebelum dan sesudah perawatan dengan low-dose OC selama 4 bulan
(Egarter, C. et al. : Contraception 1999)

P < 0,10

P < 0,001

P < 0,01
4,5 n.s.
Perbandingan sebelum
vs. sesudah 4 bulan

4,25
Nilai Spesifik

Sebelum
4
Setelah 4 bulan

3,75

3,5
Hubungan Keluarga Kegiatan waktu Kehidupan
Sosial Luang sehari-hari
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

Nilai rerata dari 13 subjek„Quality of Life and Enjoyment Questionnaire“ sebelum dan
sesudah perawatan dengan low-dose OC selama 4 bulan(Egarter C et al.: Contraception 1999)

n.s.
n.s.

P < 0,001

P < 0,001
p < 0,01

4,5
Perbandingan sebelum
vs. sesudah 4 bulan

4,25
Nilai Spesifik

Sebelum
4
Setelah 4 bulan

3,75

3,5
Sex life Situasi Visi Kebahagiaan Kepuasan
kehidupan Umum total
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Analisa dari hasil „Quality of Life and Enjoyment


Questionnaire“:

kualitas subjektif yang meningkat pada hidup perempuan umumnya


berhubungan dengan:
1. Kontrasepsi dan seks aman tanpa takut.
2. Keuntungan Non-kontrasepsi dengan pengurangan dismenore,
metrorhagia, sindroma pramenstrual, seboroe, dan jerawat.

Tapi:
Ada banyak keuntungan Non-kontrasepsi yang biasanya mem-
pengaruhi kesehatan perempuan dan keluarganya!
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Hamil Ektopik:

 Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi mengurangi


risiko hamil ektopik sampai 90% dibanding yang tidak
menggunakan kontrasepsi.

 Pada Studi Oxford/FPA, tidak ada Hamil Ektopik yang


terlihat diantara pengguna KO, tetapi di antara pengguna
IUD 6.9% dari kehamilan yang tidak diinginkan adalah
ectopic.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Berkurangnya morbiditas komplikasi kehamilan:

- Perdarahan
- Septikemia
Penyebab-penyebab
- Eclampsia, preeclampsia kematian maternal
- Infeksi
- Gangguan Metabolik
- Fistula
- Trombosis and emboli
- Hamil Mola dan choriocarcinoma
- Simfisioreksis
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Angka abortus provokatus dan kematian akibat


komplikasi abortus:

 Di seluruh dunia, angka kelahiran yang tidak diharapkan


dan abortus provokatus adalah 50% dari seluruh
kehamilan(WHO).

 Vietnam, Rasio kelahiran/aborsi 1:1 (> 600,000 abortus


provokatus/tahun). Jerman, rasio kelahiran/aborsi sekitar
5:1

 Besarnya kematian disebabkan oleh aborsi dan kehamilan


dapat di kurangi secara dramatis dengan penggunaan
kontrasepsi yang efektif dan benar.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Catatan:

Masukkan data nasional pada rasio


kelahiran/aborsi pada slide sebelumnya.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Estimasi insiden tahunan dari unsafe abortions berbanding
100 kelahiran hidup: (Unsafe Abortions, WHO 2000)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Estimasi global dan regional dari unsafe abortions dan


kematian pada unsafe abortions:

(Unsafe Abortions, WHO 2000)


Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Kanker ovarium:
 40 - 80% pengurangan risiko kanker ovarium pada pengguna
KO.
 Efek protektif bermula pada awal penggunaan dengan
penurunan 10 – 12% risikonya dalam setiap tahun.
 Efek protektif diberikan pada penekanan gonadotrofin, yang
mengurangi aktifitas pembelahan sel epithelial. Efeknya
bertahan selama 12 - 20 ahun semenjak tidak digunakan lagi.
 Perempuan dengan faktor risiko herediter (BRCA 1 & 2
mutasi) juga memperoleh manfaat dari KO (Narod et al. 2002:
58-79% pernurunan risiko pada 1311 BRCA 1 dan 2 carrier).
 Mucinous dan non-epithelial ovarium malignoma tak
terpengaruh oleh efek protektif yang ada.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Durasi kumulatif penggunaan kontrasepsi oral dan risiko


relatif kanker epitel ovarium dibandingkan dengan kontrol:

0,9

0,8

0,7
Relative risk

0,6

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0
Never 3 - 6 months 7 - 11 1 - 2 years 3 - 4 years 5 - 9 years >= 10 years
months

(N. Engl. J. Med., 1987; 316, 6)


Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Kanker Endometrium:

- Terdapat 50% penurunan risiko


kanker endometrium, efektif satu
tahun setelah awal pemakaian.
- Efek protektif diperoleh melalui
kerja progestogen yang mencegah
proliferasi akibat induksi estrogen
sel endometrium (hipotrofi).
- Efek protektif bertahan paling sedikit
15 tahun setelah penghentian penggunaan.
(Schlesselman JJ, Contraception 1991, 43(6):557-79)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Kanker Endometrium (lanjutan):
(Grimes DA, Economy KE, Am J Obstet Gynecol 1995, 172:227-235):
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Kanker colon:

- Beberapa tahun belakangan tiga surat dipublikasikan mengklaim


pengurangan dalam risiko menyangkut kanker colon sampai 40%,
tergantung pada waktu penggunaan KO.

- Sebagai etiologi pengurangan asam empedu di faeces dan efek protektif


pada epitel kelenjar colon, disebabkan oleh estrogen (masih didiskusikan)

(Borgelt-Hansen L, J Am Pharm Assoc 2001, 41, 6: 875-86)


(Gabe et al., Zentralbl. Gynäkol 2000, 122 : 18-27)
(Jensen JT et al., Obstet Gynecol Clin North Am 2000, 27 :705-21)

- Studi lebih lanjut masih berlangsung.


Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Tumor jinak payudara:

- Banyak studi yang menyetujui KOK mengurangi insiden penyakit kista


fibroma dan fibroadenoma sampai 40%.

- Tumor jinak payudara dapat menjadi faktor risiko untuk kanker


payudara. KOK melindungi pengguna dari penyakit dengan gambaran
atipia tingkat rendah dan tidak spesifik untuk jenis atipia tingkat tinggi.
Yang disebutkan terakhir dapat berlanjut menjadi kanker payudara.

(Blackburn RD et al. Population Information Program Center for Communication Programs, The Johns
Hopkins University School of Public Health 2000 / Owen, J. The benefits and risks of oral contra-
ceptives, Parthenon Publishing Group 1993 / Pastides et al., 1983, J. National Cancer Inst. 71,5-9)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Kista ovarium fungsional:
- KO kombinasi mengurangi insiden
dari kista ovarium fungsional (luteal dan
follicular) pada 78 dan49%
(Oxford FPA study, Vessey et al.,1987).

- KO <35µg EE Risiko Relatif: 0.52


- KO >35µg EE Risiko Relatif: 0.24
(Lanes et al., 1992)

- Lama rawat di rumah sakit untuk kista


berkurang dari 38/100,000 non-user
menjadi 3/100,000 pada pengguna KOK
- Pil progestogen (POP) tidak
mempunyai efek proteksi ini.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO
 Mioma Uteri: Bleeding
Intestinal pressure

Tekanan pada
- Pada penelitian kasus-kontrol Gangguan perdarahan usus
oleh kelompok studi Oxford/FÜR
KOK menunjukkan penurunan risiko
mioma (leiomyomata). Terjadi
reduksi 17% setiap lima tahun
penggunaan KO kombinasi. Tekanan pada
(Ross, RK et al, Br. Med. J. 1986, 293, 359-362, ) Jonjot usus terputar
Uretra dan kandung
kemih
- Mioma Uteri bukan kontra indikasi
untuk menggunakan KO.
( Br J Obstet Gynaecol, 1999, 106(8):857-60)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Pencegahan IMS:
„Proteksi tunggal“ „Proteksi ganda“
Combined oral
contraceptives COC + Penggunaan
(COC) Kondom

+ +
+ -
virus IMS
Pelvic inflammatory (terbatas pada
Disease (PID) Transmisi Pendarahan
Pascapersalinan)

IMS bakteria lain


(Lues, chancroid, LGV)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Penyakit Radang Panggul (PRP):


- KOK mengurangi PRPD sekitar 50%!
- KOK mempertebal lendir serviks
yang menyebabkan pencegahan
invasi bakteri penyebab PRP
(endometritis, salpingitis, pelvio-
peritonitis).
- KO kombinasi tidak memberikan
proteksi terhadap transmisi virus
seperti Herpes, HPV atau HIV.
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

 Bukti Epidemiologik asosiasi


KO dan Penyakit Radang
Panggul (PRP):

(Modified from Washington


et al, J. Am. Med. Assoc.,
253, 2246-50, 1985 AMA)
Keuntungan Non-kontrasepsi pada KO

Sindrom pra menstruasi KO kombinasi dengan drospirenon


dibandingkan levonorgestrel:
104 perempuan dengan 62% gejala pramenstuasi
(emosi negatif, emosi meledak-ledak dsb.)

6 bulan Drospirenon OC vs. Levonorgestrel KO lanjut


(3mg Drospirenone dan 0,03mg EE2 derifatif spironolactone)

kajian kuesioner kesehatan perempuan

Pengurangan 32% pada grup drospirenone

(Sangathawan M et al., Contraception 2005)


Modified from Washington et al, J. Am. Med. Assoc., 253, 2246-50, 1985 AMA.
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Garis besar efek samping pada informasi pasien:


- Chloasma (langka)
- Sakit kepala (Tidak cukup bukti dari studi placebo terkontrol)
- Depresi (terkadang)
- payudara tegang (terkait progestogen)
- Kenaikan berat badan (sekitar 300g/tahun, tak lebih dari penambahan berat
badan terkait usia)
- Perubahan pada libido (dipertanyakan)
- Gangguan perdarahan/perdarahan bercak (6 bulan pertama), hipomenore, amenore
- Naiknya tekanan darah

Yang dapat di diskusikan secara detil:


- Interaksi dengan obat-obatan lain
- risiko kardiovaskuler
- Hepatic adenomas
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Interaksi Farmakologi:

Catatan:

1. Beberapa obat mempengaruhi efektifitasan KO, menyebabkan


komplikasi kehamilan atau kehamilan yang tidak di rencanakan.

2. KO dapat mempengaruhi metabolisme beberapa obat, yang


mempengaruhi efektifitas pengobatan yang diberikan.
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Interaksi farmakologi: (Tauboll E, Acta Neurol Scand 102, 5-52, 2000)


(ACOG Practice Bulletin Number 18, July 2000)
a) Obat-obat yang mempengaruhi efektifitas KO

Ke-efektifan KO Ke-efektifan KO
 Anticonvulsants
- Vitamin C (+)
- Phenytoin ++
- Paracetamol +
- Carbamazepin +
- Valproic acid ?
(Relevansi klinik masih
 Antibiotik diperdebatkan)
- total (+)
- Rifampicin ++
- Griseofulvin +
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Interaksi farmakologi:
b) Obat-obat yang mempengaruhi KO

Level serum yang berkurang Level serum yang bertambah


karena penggunaan KO: karena penggunaan KO:
 ASS +  Antipyrine +
 Alprazolam +
 Paracetamol +
 Theophyllin/caffein +
 Morphine +
 Cyclosporine +
 Clofibrate +
 Diazepam +
(Relevansi klinik masih
 Prednisolone +
diperdebatkan)
(Relevansi klinik masih
diperdebatkan)
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Obat Anti epilepsi (fenobarbital, fenitoin dsb.) dan


penggunaan KO:

Obat Anti epilepsi menyebabkan induksi enzim mikrosom hati


dan meningkatnya metabolisme dari beberapa obat dan KO.

Kenaikan phenobarbital dan phenytoin EE-2-hydroxylase dan


SHBG. Menurunkan kadar progestogen.
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Tatalaksana kontrasepsi pada penderita epilepsi:

a) Pasangan baru: hubungan seksual dengan kondom dan penolakan di


hari-hari subur.
b) Jangka panjang, tidak adak kelahiran anak: IUD atau kontrasepsi
oral monofasik dengan 0.035/0.030 mg ethinyl estradiol (estrogen dan
gestagen untuk 21 hari) untuk tiga sampai enam bulan,
berkesinambungan. Kemudian penghentian selama 7 hari untuk
terjadinya haid, diikuti dengan penggunaan kembali kontrasepsi oral.
Cara alternatif, injeksi depo 3-bulanan(MPA).

c) Pascapersalinan: IUD pelepas levonorgestrel atau KO monofasik


seperti yang dijelaskan di atas.

d) Tidak ingin anak lagi: ligasi/koagulasi tuba atau vasektomi


pasangan.
Kontrasepsi oral – Efek samping
 Hepatic adenomas (sangat langka):
Prevalensi:
1:70,000 Pengguna KO (tidak tergantung jenis KO), pengguna jangka panjang.
Histologi:
Benjolan pada jaringan hati hyperplasia atau adenoma.
Etiologi:
Ethinyl estradiol adalah steroid sintetis yang beralkilasi pada posisi ke-17 molekul.
Karena insidennya sangat rendah, dapat menyebabkan disposisi genetis
(Scalori et al. Am J Obstet Gyncol 2002).
Penyebab klinis:
Temuan ultrasonografi atau gejala klinis dapat menyebabkan penghentian tiba-tiba
penggunaan KO. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan remisi lengkap setelah
minggu/bulan.
Komplikasi:
Pendarahan intraperitoneal jika keluhan tidak ditanggapi serius dan penggunaan OC
tidak dihentikan.
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Risiko Kardiovaskuler - dasar:


Kontrasepsi oral – Efek samping

 Risiko kardiovaskuler:
Efek pada dosis estrogen terhadap parameter pembekuan darah
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Risiko Kardiovaskuler:
Risiko merokok dan usia pada perempuan dengan atau tanpa penggunaan KO
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Risiko kardiovaskuler (tromboembolik, infark miokardium,


apoplexia):
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Studi kolaborasi WHO untuk penyakit kardiovaskuler (CVD)


dan Kontrasepsi Hormon Steroid:
(Contraception 1998 May; 57 (5):315-324)

- Adjusted Odds Ratio (OR) dari seluruh CVD (Stroke, acute myocardial
infarction (AMI), venous thromboembolism (VTE) dikalkulasi seluruhnya

- Penggunaan kontrasepsi oral OR pada seluruh CVD 1.14 (95% CI:


0.79-1.63)
- Injeksi progestogen 1.02 (95% CI: 0.68-1.54)
- Injeksi kombinasi 0.95 (95% CI: 0.49-1.82)
- Hasil: tidak ada kenaikan bermakna OR untuk stroke, AMI dan VTE.
tidak bermakna kenaikan OR untuk VTE untuk kontrasepsi oral
dan kontrasepsi hanya progestogen
Kontrasepsi oral – Efek samping

 Risiko Kardiovaskuler (thromboembolism, myocardial


infarction, apoplexia):

 Konsekuensi pada manajemen klinis:


1. Perempuan dengan riwayat thromboemboli tidak sesuai menggunakan KO
kombinasi (Kontraindikasi).
2. Perempuan dengan gangguan koagulasi genetis (resistensi terhadap faktor
APC mutasi V-Leyden tidak dapat menggunakan KO kombinasi
(kontraindikasi).
homozigot resistensi APC berisiko 10 x
heterozigot berisiko 3 - 5 x
3. Perokok > 30/35 tahun tidak boleh merokok jika mereka memakai KOK
(kontraindikasi relatif). Alternatif: POP, IUD.
Risiko KO Dibandingkan Risiko Lain

 Risiko kematian per tahun pada laki-laki dan perempuan yang:


- Bersepeda Motor 1 dalam 1,000
- Mengemudikan Mobil 1 dalam 5,900
- Panjat tebing 1 dalam 7,200
- Bermain Sepakbola 1 dalam 25,000
 Risiko kematian per tahun untuk perempuan berusia 15 sampai
44 berkaitan dengan:
- Menggunakan Tampon 1 dalam 350,000
- Berhubungan Seks (PRP) 1 dalam 50,000
Risiko KO Dibandingkan Risiko Lain

 Risiko kematian per tahun pada perempuan yang


berkaitan dengan:
- Setelah Tubektomi 1 dalam 38,500
- Mempunyai bayi di AS 1 dalam 10,000
di Negara berkembang 1 dalam 500
- Aborsi legal sebelum 9 minggu 1 dalam 262,800
antara 9 dan 12 minggu 1 dalam 100,000
antara 13 dan15 minggu 1 dalam 34,000
setelah 15 minggu 1 dalam 10,200
Risiko KO Dibandingkan Risiko Lain

 Risiko kematian per tahun pada wanita pengguna kontrasepsi oral:


- Bukan Perokok 1 dalam 66,700
dengan usia Kurang dari 35 1 dalam 200,000 beberapa risiko terendah!
dengan usia 35-44 1 dalam 28,000
- Perokok Berat (>25 rokok/hari) 1 dalam 1,700
dengan usia kurang dari 35 1 dalam 5,300
dengan usia 35-44 1 dalam 700

(Public Health Seattle Family Planning Program, Clinical Practice Guidelines 2001, and Lancet 2004, 363:1252)
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Kanker Payudara (1):

(Schlesselman, J.J., Contraception, 1989; 40,1-38)


Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Kanker Payudara (2):


- 54 studi epidemiologi (53,297 perempuan dengan kanker payudara,
100,239 kontrol), tetapi ada konsensus bahwa kontrasepsi oral
meningkatkan risiko kanker payudara.

- Beberapa studi menyimpulkan peningkatan risiko relatif menjadi 1.24

- Risiko relatif kanker payudara setelah penghentian pemakaian:


1 – 4 tahun RR 1.16
5 – 9 tahun RR 1.07
> 10 tahun RR 1.01 (Rabe und Runnebaum 1996)

- risiko kanker payudara tidak meningkat pada kasus penggunaan KO


jangka panjang pada perempuan dimana saat hamil pertama disertai
dengan tumor jinak payudara atau adanya riwayat pada keluaraga (Herbst
and Berek, Am. J. Obstet. Gynecol. 1993).
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Kanker Payudara (3):


- Pada studi kohort yang dipublikasi sebelumnya pada 15,374
perempuan, pengguna KO dengan < 50µg EE, risiko relatifnya menjadi
0.8 dibandingkan dengan bukan pengguna.
(Heinemann,L.A.J., Geb Fra 62 (2002):750-7)

- Jika kanker payudara didiagnosa bersamaan dengan penggunaan


KO, risiko relatif tumor terbatas pada payudara adalah RR 0.8. Yang
berarti kanker payudara yang ditemukan pada pengguna KO jarang
menjalar pada kelenjar-kelenjar limfe dibanding dengan kanker
payudara pada bukan pengguna.
(Collaborative Group on Hormonal Factors in Breast Cancer,
Lancet 347 (1996):1713-27)
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Kanker Payudara (4):


Marchbanks PA, McDonald JA et al.: „Oral Contraceptives and
Risk of Breast Cancer“ (N Engl J Med 2002; 346: 2025-32)

Metode: 4,575 perempuan dengan kanker payudara dalam usia 35


sampai 64

Hasil: 1. Pengguna KO risiko relatif 1.0


2. Mantan Pengguna KO risiko relatif 0.9
3. Waktu awal penggunaan KO tidak berpengaruh!

Kesimpulan: Pengguna atau mantan pengguna KO tidak mempunyai


hubungan dengan naiknya risiko kanker payudara secara signifikan
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Kanker Payudara (5):


Studi WHI (Women‘s Health Initiative) „ tidak naiknya risiko untuk kanker
payudara, kanker usus atau kanker kandung kemih.“ (162,000 perempuan,
yang 67,000 diantaranya pengguna KO)
Studi yang sama juga menemukan:

- 8% berkurangnya risiko untuk mendapat penyakit kardiovaskuler


( risiko rendah untuk kolesterol tinggi, darah tinggi, serangan jantung dan stroke)
- 7% berkurangnya resiko untuk berkembangnya kanker
- 42% lebih rendah pada kanker ovarium
- 30% lebih rendah pada kanker kandung kemih
Teori:
KO melindungi dari penyakit-penyakit yang disinggung di atas, tetapi dapat
berbahaya jika kerak atero-sklerosis telah mengendap di tempatnya (lihat data WHI
pada HRT 2001).
(Victory R et al., Fertility and Sterility Vol 82, Suppl.2, Sept. 2004,104-105)
Kontrasepsi Oral - Kontroversi
 Displasia serviks dan kanker:
Beberapa publikasi menjelaskan kenaikan risiko pengguna KO kombinasi:
- 3,6-kali bertambahnya risiko dysplasia berat (Ylitalo et al.1999)
- 3-4-kali bertambahnya risiko carcinoma in situ (Moreno et al., 2002;
European-US study dengan 3000 pasien)
- Naiknya risiko hanya pada carrier HPV (bukan untuk non-carrier)
Bagaimanapun:
- Merokok meningkatkan risiko perkembangan kanker serviks
(Int. Collab. epidemiolog. studies cervical cancer: Int J Cancer 2006,
118)
- Infeksi Chlamydia trachomatis menaikkan risiko kanker serviks invasif
(Smith et al. Int J Cancer 111 2004)
Kesimpulan:
- Data tidak bisa disimpulkan jika hanya ada data tentang kontak seksual
atau hanya merokok saja akan dikaitkan dengan peningkatan risiko!
Kontrasepsi Oral - Kontroversi
 Migrain/sakit kepala:
Epidemiologi:
Prevalensi: Dalam usia 20 – 30 P:L=2:1
Dalam usia 30 – 50 P : L = 3.5 : 1

Serangan migrain lebih sering dan lebih parah/berat pada perempuan!

Perempuan
Prevalensi dalam %

Laki-laki

Tahun
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Sakit kepala Migrain dan kontrasepsi hormonal:

Hipotesis:

Penurunan estradiol secara bermakna pada tengah siklus atau


menstruasi dapat menyebabkan gangguan saraf pusat
dan/atau pembuluh darah yang berujung pada migrain yang
diinduksi oleh hormon.
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Migrain, sakit kepala, kontrasepsi hormon - Patogenesis:

Estradiol

PGI2

Kontraktilitas Arteri
5-Hydroxy-Tryptamin Radikal Bebas
Saraf/trombosit
Lipidperoxidation
COX-
1/-2 LOX
PGE2 • permabilitas vaskuler
=> edema LT
• rasa sakit
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Perawatan migrain terkait menstruasi dengan KO:

Migrain Membaik?

50% Tidak atau ada parsial efek 50% Ya


Tidak ada keluhan
25% lebih lanjut
25%

Jumlah Episode Jumlah Episode


Migrain Migrain
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Penanganan migrain/sakit kepala:


Jika migrain/sakit kepala terkait langsung dengan siklus (titer
estradiol) maka KOK dapat dicobakan untuk pasien tersebut:

- Hasil: 50% tanpa serangan, 25% sakit berkurang, 25% sakit bertambah.
- Migrain yang terjadi akibat penggunaan KOK sebaiknya hentikan
penggunaan KO dan sebagai alternatif, dapat dicobakan progestogen-
only-pill (POP)
- NSAIS/COX-inhibitor
- 5-HT-receptor agonist (contoh. Rizatriptan), membuktikan keefektifan
dalam kasus migrain menstruasi.
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Migrain/sakit kepala yg tergantung siklus – akibat enam siklus KOK:

79.9 %

8.5 % 8.0 %
1.8 % 1.8 %

Tidak ada berkurang tidak berubah lebih buruk tidak ada


keluhan komentar

Sakit kepala, serangan migrain pada 2,127 perempuan diberi KO kombinasi


(Schramm G. et al., Clin. Drug Invest. 2002; 22:221-231)
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Perawatan pada migraine terkait menstruasi dengan


rizatriptan:
- 720 pasien dengan migrain yang berhubungan dengan menstuasi
- perawatan dengan 10 mg rizatriptan (Maxalt®)
- perawatan dalam 2 serangan migrain, pada/setelah mulainya menstruasi
- Penganganan migrain dapat dilakukan pada tatanan pelayanan kesehatan
primer

Hasil:
- 548 evaluasi harian
- 90% melaporkan cepatnya onset reaksi
- 80% dilaporkan bebas rasa sakit
- sembilan gangguan tambahan, tidak satupun serius
(Gynäkologische Endokrinologie 2006; 4:65-68)
Kontrasepsi Oral - Kontroversi

 Hepatocellular carcinoma:

 Disebabkan oleh Hepatitis-B, -C infeksi kronis,


penyalahgunaan alkohol, penggunaan aflatoxins yang
menjelaskan perbedaan antar daerah (Yu et al. Can J
Gastroenterol 14 2000, Yu et al. Hepatology 38 2003)
 Di negara industri 9Western) hubungan KOK dan
hepatocellular carcinoma belum dapat di buktikan
(Speroff et al.)
 Penggunaan KO menunjukkan perbaikan prognosis
kanker hepatoselular pada perempuan(Lam et al. J Clin
Gastroenterol 39, 2005)
Kontraindikasi atau kehati-hatian
penggunaan kontrasepsi (WHO)

 WHO dan pemuka program KB mempromosikan skema


bertingkat untuk kehati-hatian penggunaan 4 kategori daripada
kategori kontraindikasi absolut dan relatif

 Ketika spesialis OB/GYN dan institusi KB Eropa berpedoman


pada „kontraindikasi“, bidan, petugas KB dan pelatih (di 3 atau 4
negara di Dunia) lebih leluasa merujuk ke „kategori kehati-hatian
penggunaan“ karena lebih memberi akses untuk memperoleh
kontrasepsi.

Apakah
APCOC setuju dengan
peryataan di atas?
Kontraindikasi Untuk Penggunaan Jangka -
Panjang KO Kombinasi

 Kontraindikasi:
a) Penyakit hati akut atau progresif
b) Tumors hati tinak atau ganas
c) Tumor jinak tergantung hormon
d) Kejadian Thromboembolic atau infark myocardial pada riwayat
e) Gangguan Koagulatori (contoh. Resistensi terhadap APC)
f) Hypertriglyceridemia
g) Diabetes mellitus dengan penyakit pembuluh (terbatas)
h) Hipertensi berat
i) Pendarahan uterus tidak jelas, yang tidak terdiagnosa
j) Migrain yang tidak tergantung siklus
k) Otosclerosis dengan progresi pada kehamilan sebelumnya
l) Perempuan berusia 45 atau lebih yang merokok
m) Chloasma
Kontraindikasi Untuk Penggunaan
Jangka - Panjang KO Kombinasi

 Kontraindikasi Relatif:
a) Bedah major meningkatkan risiko thromboembolic dan imobilisasi
harus mengakhiri penggunaan KO sementara
b) Perokok berusia > 30tahun
c) Porphyria
d) Penyakit kantung empedu, riwayat intrahepatik cholestasis
e) Gagal ginjal
f) Gagal Jantung
g) Thromboflebitis berulang
h) Penyakit Sickle Sel(SS atau Penyakit Sel S)
Alasan-alasan Penghentian
Penggunaan KO Kombinasi

 Penghentian Penggunaan Kontrasepsi Oral:


a) Pertama kali migrain atau sakit kepala berat
b) Meningkatnya episode epilepsi pada pasien dengan tipe epilepsi
apa saja
c) Gangguan visual, Gangguan pendengaran
d) Tumor Hati
e) Cholestasis, icterus
f) Hepatitis aktif atau baru
g) Phlebitis
h) Thromboembolism
i) Kenaikan tekanan darah yang signifikan
Kehati-hatian Penggunaan Pil
Kontrasepsi Oral (WHO)
 Kategori WHO 1 (aman & bermanfaat):

 Postpartum >= 21 hari


 Pasca keguguran, dengan pengguguran dilakukan
trimester pertama atau kedua
 Riwayat diabetes kehamilan
 Diabetes
 Varises
 Sakit kepala ringan
 Pola ireguler pendarahan per-vaginal tanpa anemia
 Riwayat PRP, riwayat PRP sekarang atau sebelumnya
 Riwayat IMS sekarang atau sebelumnya
 Vaginitis tanpa servisitis purulenta
Kehati-hatian Penggunaan Pil Kontrasepsi
Oral (WHO)

 Kategori WHO 1 (aman & bermanfaat):


- Bertambahnya resiko IMS
- HIV-positif atau sedang berisiko terinfeksi HIV atau AIDS
- Tumor jinak payudara
- Riwayat kanker payudara, kanker endometrial atau ovarium
- Cervical ektropion
- Carrier virus hepatitis
- Mioma uteri
- Pernah mengalami Kehamilan ektopik
- Obesitas
- Kondisi Tiroid
Kehati-hatian Penggunaan Pil
Kontrasepsi Oral (WHO)

 Kategori WHO 2 (manfaat diatas risiko):

- Sefalgia berat setelah inisiasi Pil Kontrasepsi Oral


- Diabetes mellitus
- Bedah major tanpa imobilisasi yang lebih lama
- Penyakit Sickle Sel, penyakit hemoglobin C
- Tekanan darah 140/100 sampai 159/109 mm Hg
- Massa payudara yang tidak di diagnosa
- Kanker Serviks
- Usia >50 tahun
- Kondisi yang mengarah pada ketidak-patuhan medik
- Riwayat gangguan lipid
- Riwayat infark miokardium prematur
Kehati-hatian Penggunaan Pil
Kontrasepsi Oral (WHO)

 Kategori WHO 3 (Pertimbangkan Manfaat terhadap Risiko):


- Postpartum < 21 hari
- Laktasi (6 minggu hingga 6 bulan)
- Pendarahan uterus atau vagina yang tak terdiagnosa
- Usia > 35 years dan merokok kurang dari 20 rokok per hari
- Riwayat kanker payudara tetapi tidak terjadi kembali 5 tahun belakangan
- Interaksi obat
- Penyakit kantung empedu
Kehati-hatian Penggunaan Pil
Kontrasepsi Oral (WHO)
 Kategori WHO 4 (Risiko lebih besar dari Manfaat):
- Tromboemboli vena
- Cerebrovascular atau penyakit arteri koroner
- Sakit jantung struktural
- Diabetes dengan komplikasi
- Kanker payudara
- Kehamilan
- Laktasi (< 6 minggu dari postpartum)
- Penyakit Hati
- Sakit kepala dengan symptom neurologis fokal
- Bedah major tanpa imobilisasi yang lebih lama
- Usia > 35 tahun dan merokok 20 batang atau lebih per hari
- Hipertensi (tekanan darah > 160/100 Hg atau dengan Penyakit
vaskuler progresif.
Postcoital/Kontrasepsi darurat
 Sinonim: „Morning after pill“

 Cara Kerja: Progestins mempengaruhi endometrium dan im


plantasi embrio menjadi tidak mungkin.

 Metode: 1) 2 x 0.75mg levonorgestrel dgn selang 12 jam


antar dosis atau
2) 1 x 1.5mg levonorgestrel atau
3) „Yuzpe regimen“: 2 tablets dalam
48 jam pascasenggama dan 2 tablet lagi dalam
12 jam berikut, masing masing mengandung
0.25mg levonorgestrel dan 50µg ethinyl estradiol.
Perhatikan Efek samping!
Kontrasepsi Darurat

 1500 µg LNG = Levonorgestrel:


 Dalam awal 3 X 24 jam setelah hubungan seks tanpa
pelindung
 Muntah pada 4 jam pertama asupan, perlu asupan pengganti
750 µg LNG
 Dikonsumsi setelah atau selagi makan
 Asupan tambahan 15 mg Meloxicam (Cox-2-inhibitor)
mencegah ovulasi dan meningkatkan efisiensi
 efeksamping: dua pendarahan akan terjadi pada siklus
respektif (setelah asupan tablet dan berakhir pada saat
menstruasi yang di harapkan, pada penggunaan pasca
ovulasi, atau satu minggu lebih awal pada penggunaan pra
ovulasi)
 Kontrasepsi aman pada siklus ini penting karena ovulasi
dapat terjadi tidak lama setelah penggunaan LNG
Kontrasepsi Darurat
 1500 µg LNG = Levonorgestrel (lanjutan):
 Perhatikan efek samping yang ada dalam daftar
seperti sakit kepala, mual, muntah-muntah dan gejala
yang tak disebutkan seperti gangguan sensor optik
dan akustik (pengaruh farmakologi)
 LNG tidak teratogenik dan juga tidak menyebabkan
abortus
 LNG dapat mengurangi produksi ASI pada ibu
menyusui
 LNG tidak berbahaya bagi bayi tetapi sangat
dianjurkan untuk memberikan ASI dahulu sebelum
meminum obat dan tunda pemberian ASI berikutnya
 Test kehamilan dan dan konsultasi dibutuhkan jika
tidak dapat haid
Kontrasepsi Darurat

 Hasil: Angka kehamilan 1.5 – 1,8%


(4136 pasien, ketiga regimen sama efektif!)

 Lainnya: 4) 1x10mg mifepristone (antiprogestin RU 486)


5) Insersi AKDR/IUD tembaga dalam 3-7 hari
(makin lama dari waktu ideal akan semakin kurang
efisiensinya)

 CATATAN: Intersepsi postcoital adalah satu-satunya yang di


anjurkan untuk darurat, dan tidak sesuai pada kontrasepsi
rutin sebagai paparan hormonal yang tidak di
inginkan, gangguan siklus perlu di hindari!
Dosis Yang Hilang Pada Pil Kontrasepsi
Keuntungan dan Risiko Kontrasepsi Oral

Rangkuman
Rangkuman – Keuntungan dan Risiko
Kontrasepsi Oral

 Keuntungan Onkologi:

Kanker Ovarium Pengurangan > 80%


(Cancer and Steroid Hormone Study, N. Engl. J. Med .1987)

Kanker Endometrium Pengurangan 50%


(WHO Collaborative Study, Int. J. Epidemiol. 1988)

Choriocarcinoma Ada pengurangan.


(tapi kurang data pendukung)
Rangkuman – Keuntungan dan Risiko
Kontrasepsi Oral
 Lainnya:
Pengurangan dismenore > 60%
(Mishel DR Jr, AM J Obstet Gynecol 1982)

Penyakit Radang Panggul > 60%


(Panser LA et al., Contraception 1991)

Tumor Jinak Payudara perkiraan. 40%


(Charreau L et al., Eur J Cancer Prevention 1993)
Kista Fungsional Ovarium (tergantung dosis) perkiraan. 50 %
(Lanes SF, Am J Obstet Gynecol 1992)

Pencegahan Osteoporosis (paling sedikit 2 tahun) perkiraan. 76%


(Kleerekoper M et al., Arch Int Med 1991)

Pengurangan bermakna kehamilan ektopik > 90%


(Sivin et al., Stud Fam Plann 1988)
Biaya dan Keuntungan Dari Penggunaan
Kontrasepsi
 Dgn biaya sekitar $7.1 dolar per tahun, penggunaan kontrasepsi modern
(berbagai metode) dapat mencegah:
- 187 juta kehamilan yang tidak direncanakan
- 60 juta kelahiran di luar rencana
- 105 juta abortus provokatus
- 2,7 juta kematian bayi
- 215.000 kematian yg berhubungan dgn kehamilan (termasuk 79.000
abortus tak aman)
- 685,000 anak kehilangan Ibu yang meninggal akibat komplikasi
kehamilan atau persalinan
 Memenuhi kebutuhan 201 juta perempuan dengan kebutuhan
kontrasepsi efektif yang tak terpenuhi dapat memakan biaya $3.9 juta,
dan dapat menggantikan 52 juta kehamilan setiap tahunnya.

(UNFPA State of the World population 2004)


Keuntungan Pengunaan KO pada
Kondisi Sosial Ekonomi

 Berkurangnya hari Rawat Inap (hari per 100,000 perempuan)


pada:
- Kurangnya kandungan zat besi dalam plasma 320
- Tunor jinak payudara 235
- Penyebaran infeksi ke bagian dalam 156
- Kehamilan Ektopik 117
- Kista ovarium 35
- Rheumatoid arthritis 32
- Kanker Endometrium 5
- Kanker Ovarium 4

(Ory HW, Int Fam Plan Perspect, 1982)


Rangkuman Indikasi terapis KO

 Perdarahan Disfungsional Uterus


 PCO - syndrome
 Kegagalan ovarium prematur
 Kista fungsional ovarium (pencegahan, bukan terapi)
 Amenore berhubungan dengan hiperprolaktinemi/disfungsi
hipotalamik
 Nyeri Panggul
 Nyeri Tengah siklus
 Endometriosis (Siklus panjang, POP)
 Mengurangi jumlah kehilangan darah (perdarahan antar siklus atau
menoragi)
 Jerawat dengan antiandrogen progestin
(Kaunitz AM, Contraception 1999)
Kesimpulan 1

 „Pada umumnya, keuntungan dari kontrasepsi oral


kombinasi adalah lebih banyak daripada
keterbatasannya. Pemberian kontrasepsi harus dengan
pengawasan yang baik dan sedapat mungkin
menggunakan dosis yang paling rendah tetapi tetap
efektif “.
Kesimpulan 2
 80 - 90% perempuan tidak menyadari banyaknya keuntungan KO. Oleh
sebab itu perlu dilakukan konseling berkesinambungan pada para
pengguna dimana hal ini dapat di lakukan oleh dokter, bidan, dan
institusi masyarakat:
% Women Unaware of Benefit

100
90
80
70 Women Unaware of Benefit
60 in 1991 (n=247)
50 Women Unaware of Benefit
40 in 1995 (n=336)
30
20
10
0 t D PID
ia

eg t s

y
r
lC r

se
ce
ce

nc
ys

ea
ne
an
an

na
C

is
A
C

n
ria
n

ria

Pr
En aria

as
va
et

re
O

pi
m
v
O

B
to
do

n
Ec

(ACOG, Obstet Gyncecol, 1993)


ig
en
B

Protective Benefits of OC
Kesimpulan 3

 „Kontrasepsi hormonal/oral adalah satu penemuan di


abad ke-20 yang memiliki banyak keuntungan tetapi
tidak banyak di manfaatkan karena kurang dipahami.
Padahal bukan tidak mungkin bahwa kontrasepsi telah
menyelamatkan banyak nyawa seperti pengobatan
dengan antibiotika atau upaya pencegahan melalui
vaksinasi!“
Kesimpulan 4

 „Kesehatan reproduksi perempuan telah meningkat


secara signifikan dengan penggunaan kontrasepsi oral.
Pengurangan kesuburan melalui pengenalan dan
perluasan penggunaan kontrasepsi oral telah
berkontribusi secara bermakna terhadap kesinambungan
pembangunan negara“.
5. Kontrasepsi Hormonal

b) Injeksi Depo
Kontrasepsi Hormonal – Injeksi Depo

 Kontrasepsi depot = Kontrasepsi Jangka Panjang

Obat Depo Injeksi: Bahan kontrasepsi dalam


implan:
- Injeksi „Tiga bulan“ = depot
- IUD yang mengandung
medroxyprogesteron acetate
Levonorgestrel (Mirena®)
(DMPH = Depot Provera®,
- Implan yang mengandung
Depot-Clinovir®)
Etonogestrel, atau vaginal ring
- Injeksi „Bulanan“: (Implanon®, Nuva-Ring®).
norethisterone acetate
(Noristerate®)
Kontrasepsi Hormonal – Injeksi Depo

 Injeksi – Farmakokinetik:

Cara Kerja MPA Norethisterone

Inhibisi Ovulasi ++ ++
(Inhibisi pra menstruasi
LH-peak)
Penebalan mukus serviks + ++
Transformasi Endometrium ++ +
Atrofi Endometrium ++ (+)
Pearl index 0.1 - 0.6 0.1 - 0.6
Kontrasepsi Hormonal – Injeksi Depo
 Keuntungan depo injeksi progestin
- Mencegah lupa seperti yang terjadi pada pengguna „Pil“.
- Endometriosis
- Mioma Uteri
- Dismenore

 Keterbatasan
- Gangguan pendarahan pada enam bulan pertama (atropi lambat)
- Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan osteoporosis(?)

 Kesuburan setelah penghentian penggunaan:


- Rerata masa laten hingga kehamilan berikut adalah 4 bulan dengan
IUD/ AKDR dan 10 bulan dengan injeks depot
- Angka kehamilan kumulatif setelah dua tahun tidak berbeda antara IUD/
AKDR dengan injeksi depot
Kontrasepsi Hormonal – Injeksi Depot

 Frekuensi amenore dan


gangguan siklus pada
pengguna injeksi depot
progestins:
Kontrasepsi Hormonal – Injeksi Depot

 Injeksi bulanan („injectable pill“) = Depot kombinasi


estrogen-progestin

1. Cyclofem ( 25 mg depot-medroxyprogesterone acetate


(DMPA) + 5 mg estradiol cypionate)

2. Mesigyna
50 mg norethisterone enantate + 5 mg estradiol valerate

3. Chinese monthly injection


17-hydroxyprogesterone acetate + estradiol valerate
Data chinese
monthly injection dibuat
oleh Prof. Cheng
Kontrasepsi Hormonal – Injeksi Depot

 Injeksi:
Keuntungan
- Pearl index 0 - 0.2
- Tidak mengandung ethinyl estradiol (efek samping rendah)
- Pemberian sekali sebulan
- Kontrol siklus yang baik (peran estradiol)
- Kesuburan kembali segera setelah penghentian penggunaan

Keterbatasan
- Kunjungan bulanan ke klinik KB
5. Kontrasepsi Hormonal

c) Implant
Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Implant:
1) Implant yang mengandung Etonogestrel (ENG) (Implanon®)
Muatan:
- Inhibisi transport oocyte, supresi lonjakan LH praovulasi
- Menghambat ovulasi, lendir serviks mengental
- Pelepasan awal ENG adalah 60 µg per hari, yang kemudian menjadi
30 - 40 µg/hari

Struktur molekul
Etonogestrel (ENG)
Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Struktur Batang
Implanon® :
Batang implant mengandung
matriks ethylene vinyl acetate
copolymer yang di dalamnya
tersimpan 68 mg kristal
etonogestrel (ENG)
Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Prosedur Insersi Implant:


 Insersi implant dilakukan
pada hari 1 - 5 siklus
 Untuk postpartum insersi
implant dilakukan pada hari
21 - 28
 Lokasi insersi dilakukan pada
kulit di area antara biceps
dan triceps aspektus medialis
6 - 8 cm diatas lipat siku.
Perlu anestesi lokal.
 Lokasi: subdermal.
Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Farmakokinetik ENG implant:

- Inhibisi lonjakan LH praovulasi


- Kadar estradiol endogen turun pada
tahap awal tetapi kembali ke level
fisiologis setelah beberapa bulan
- Tidak ada gejala defisiensi estrogen
- Endometrium menipis hingga 4 mm
- Tidak terjadi atrofi endometrium
- Amenore pada 20% kasus
- Gangguan perdarahan meningkat
Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Menentukan lokasi Implanon® secara sonografi:

salah (intramuskuler)
benar (subkutan)
Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Mencabut implant ENG:

Palpasi Anestesi Lokal


Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Mencabut Implant ENG:

Insisi dengan ujung scalpel bayonet Pisahkan selaput fibrin yang meliputi
dari ujung bawah batang implant implant dengan ujung scalpel
Kontrasepsi Hormonal - Implant

 Mencabut Implant ENG:

Implant mudah ditampilkan setelah dibersihkan dari selaput fibrin dan diambil
dengan forceps
5. Kontrasepsi Hormonal

d) AKDR dengan pelepas Hormon


AKDR dengan Pelepas Hormon

 AKDR dengan Progestin (Mirena®):


Properties:
- Bentuk T- batang polyethylene
- Melepas levonorgestrel 20 µg/hari
- Proteksi kontrasepsi: 5 tahun
- Pearl index 0.1 - 0.2
- Perubahan atrofik endometrium
- Menurunkan jumlah darah dan lama haid
- 25% amenore (year 1-5)
- 60% amenore (year 6-10)
- Mirena dikenalkan di Jerman tahun 1997
> 500,000 klien menggunakan Mirena
AKDR dengan Pelepas Hormon

 AKDR + Levonorgestrel (Mirena®):

Hormon dilepaskan dari AKDR Mirena


Hormone-Releasing IUD

 AKDR + Levonorgestrel (Mirena®):


Cara Kerja:

Perubahan lingkungan tuba -


(menghambat motilitas sperma)

Perubahan decidua, stroma


endometrium, proliferasi
berkurang (inhibisi implantasi) Penebalan/pengentalan
lendir serviks (menghambat
motilitas sperma)
AKDR dengan Pelepas Hormon

 AKDR + Levonorgestrel (Mirena®):

Perbandingan konsentrasi Levonorgestrel-plasma berbagai kontrasepsi

pg/ml
8000

6000
Combined OC
progestogen-
4000 only-pill
Norplant®
2000 Mirena®

0
days
adapted from Diaz et al. (1987), Kuhnz et al. (1992), Nilson et al. (1986), Weiner et al. (1976)
AKDR dengan Pelepas Hormon

 AKDR + Levonorgestrel

Pro Kontra
 Efektifitas kontrasepsi sangat tinggi  Terjadi haid sela diantara 2 haid
(PI 0.1) selama 3-6 bulan pertama
 Pelepasan lokal menuju target  Perlu insersi ulang setelah masa
organ  efek sistemik rendah pakai selesai
 Tak tergantung kepatuhan  Efek samping hormonal pada
beberapa pengguna
 Jangka panjang: hingga 5 tahun
 Polarisasi ion
 Haid menjadi lebih pendek, ringan
dan kurang nyeri
 Tidak mengurangi produksi ASI
 Proteksi endometrial selama terapi
suplementasi estrogen
AKDR dengan Pelepas Hormon

 Corak perdarahan pengguna AKDR + LNG (Mirena®):

-3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

 Perdarahan bercak/banyak dalam 3-6 bulan pertama


 Haid lebih pendek, ringan dan kurang nyeri
 Sekitar 20% klien akan mengalami amenore setelah
penggunaan diatas 1 tahun
AKDR dengan Pelepas Hormon

 Corak perdarahan pengguna AKDR + LNG:

Length of period Volume of menstrual blood


days increase in ml
6 40
copper IUD
copper IUD
20
4

2
20
Mirena®
Mirena®
0 40
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 months
decrease in ml
adapted from Luukkainen et al. (1992) adapted from Scholten et al. (1989)
AKDR dengan Pelepas Hormon

 Keuntungan non-kontrasepsi:
(Hubacher D, Grimes DA, Obstet Gynecol Survey 2002,57:120-128)
AKDR dengan Pelepas Hormon

 Gambaran sonografik AKDR + LNG (Mirena®):


AKDR dengan Pelepas Hormon

 AKDR + LNG:

Penggunaan dalam periode perimenopause


- Kontrasepsi efektif untuk mereka yang tidak ingin anak lagi
- Kehamilan pada usia ini berhubungan dengan risiko komplikasi

Pengunaan pada menopause


- Dengan meningkatnya risiko kanker payudara setelah terapi sulih hormon
pada usia > 50 tahun maka progestin menjadi menarik untuk diteliti.
- Aplikasi estrogen melalui perekat (patch), mencegah pembebanan muatan
pada hati karena progestin dilepaskan melalui sistem intrauterin. Mengacu
pada kenyataan bahwa efek kontrasepsi tidak menjadi hal utama maka lepas
lambat LNG dosis rendah memberikan suplementasi yang memadai selama
masa menopause
Video:
AKDR dengan pelepas LNG
5. Kontrasepsi Hormonal

e) Cincin Vagina
Cincin Vagina

 Cincin vagina dengan pelepas Etonogestrel (ENG) dan ethinyl estradiol


(EE) - (NUVA-Ring®).
Prinsip Dasar:
Sistem Intravaginal ini terdiri dari evathan yang dapat melepaskan 15 µg EE
dan 120 µg ENG per hari.
Cincin Vagina

 Farmakokinetik ®:
- Membran luar evathan menjamin pelepasan hormon secara kontinu
(etonogestrel = 3-ketodesogestrel = ENG = metabolit aktif dari
desogestrel).
Cincin Vagina

 Farmakokinetik (2):
- Cincin dimasukkan mulai awal siklus dan dikeluarkan pada hari ke 21
diikuti dengan satu minggu bebas cincin hingga haid terjadi.
- Posisi intravaginal pada sepertiga atas
- Rerata konsentrasi ENG sebanding dengan KOK
- Konsentrasi EE hanya 50% dari KO
Cincin Vagina

 Efektifitas Kontrasepsi : Pearl index 0.65

Efek samping:
- Leukore 5.3%
- Gangguan cincin (sensasi benda asing, masalah saat senggama,
ekspulsi) 3.8%
- Massa tubuh: tak ada penambahan berat badan
- Kontrol siklus tergolong baik dan memuaskan
Cincin Vagina

 Perubahan berat dan siklus:


Cincin Vagina

 Kesimpulan:

Cincin vagina dengan pelepas


ENG/EE adalah kontrasepsi
modern dengan efektifitas tinggi
dan pengaturan siklus yang baik
serta efek samping minimal
(diterima baik oleh perempuan
muda)

User acceptance of NUVA-Ring® in 1,182


women (12.109 cycles).
5. Kontrasepsi Hormonal

f) Hormone-Releasing Patch
Kontrasepsi Transdermal - Patch

 Matrix-Patch (EVRA®)
- 20 cm² perekat yang melepaskan 20 µg ethinylestradiol dan 150 µg
Norelgestromin (Shangold et al.)
- 3 perekat/siklus, ganti setelah 7 hari
- Mempengaruhi pengikatan hormon dalam serum, angiotensinogen, dan
mirip dengan komposisi kontrasepsi oral
- Tidak terjadi efek muatan penuh dosis awal di dalam hati
- kurang dari 2% lembar perekat terlepas (Abrams et al. 2001)
Kesimpulan
Efektifitas kontrasepsi sebanding dengan KO.
Keuntungan
Angka kegagalan kontrasepsi menurun hari demi hari.
Kontrasepsi Transdermal - Patch

Average EE
Concentration Patch change
(pg/ml)

Days

Tak ada pengaruh olahraga terhadap


Tempat lembar perekat Konsentrasi EE dalam serum selama
Melakukan aktifitas.
(modified from Abrams; J Clin Pharmacol
2001;41: 1301-09)
5. Kontrasepsi Hormonal

Praktik Insersi AKDR (Mirena®,


Multiload®), dan Implants
(Implanon®)
6. Kontrasepsi untuk Klien Khusus:
Remaja dan Perempuan  35
Kontrasepsi Remaja
 Kontrasepsi Remaja (1):

 Di negara Barat, 38% gadis usia 14 - 17 tahun dan 29% perjaka


pernah melakukan senggama.
 Kontrasepsi pilihan untuk „Hubungan Perdana“ adalah kondom.
 Dengan bertambahnya pengalaman maka pilihan beralih ke Pil
 Terjadi 10.000 kehamilan per tahun pada gadis usia dibawah 18
tahun disebagian besar negara maju.
 Konseling untuk remaja, penting sekali untuk mencegah
kehamilan.
 Keuntungan non-kontraseptif KO juga diminati (intensitas
perdarahan, dismenore, gejala androgenisasi, kista ovarium).
Kontrasepsi Remaja

 Temuan 2005 Global Sex Survey :


(317,000 participants worldwide on sexual attitudes and behaviour / www.durex.com/gss)

 rerata global usia sanggama perdana 17.3 tahun (kisaran 15.6-19.8)


 rerata usia mulainya aktifitas seksual 16.3 tahun (15.6-19.8)
 sebagian besar orang percaya pendidikan seks dimulai pada 11.7 tahun
 kenyataannya pendidikan seks dimulai pada usia 13.2 tahun (11.3-16)
 34% orang percaya pemerintah harus mengajarkan pendidikan seks di
sekolah
 50% orang dewasa mengakui melakukan sanggama tanpa proteksi dgn
pasangannya
 13% mengaku pernah terkena IMS sekali
 jumlah rerata pasangan seksual adalah 9 (3.0-14.5)
 sanggama tanpa proteksi 47% (21-73)
 4% hamil tak diinginkan pada usia  16 dan 5% usia 17-18 tahun
Kontrasepsi Remaja
 Temuan 2005 Global Sex Survey :
(317,000 participants worldwide on sexual attitudes and behaviour / www.durex.com/gss)

 secara global, 3 kondisi yang berpengaruh pada kesehatan seksual yang


perlu diwaspadai publik adalah HIV/AIDS (72%), syphilis (45%), dan
hepatitis (45%)
 Dikhawatirkan 11% remaja usia 16-20 tahun belum pernah tahu kondisi
diatas
 34% global percaya bahwa negara berkembang lebih beruntung dalam
mendapat dana untuk mendukung pendidikan seks
 remaja usia 16-20 tahun ingin punya lebih banyak akses untuk kondom
(28%)
 secara global, 74% percaya remaja harus diajak untuk memperaktikkan
seks aman. Hanya 9% dari remaja usia 16-20 tahun percaya mereka
seharusnya tidak melakukan hubungan seks hingga menikah nanti

Bagaimana kondisi di Indonesia?


Kontrasepsi Remaja

 Kontrasepsi remaja (2)

 Problem utama remaja wanita adalah ketidakpatuhan!


 Kontrasepsi jangka panjang (implants) lebih diminati
remaja
 Norplant® sangat dikenal di Amerika
 Injeksi 3 bulanan kurang disukai karena pertambahan
berat badan
 Siklus lebih teratur dengan injeksi 1 bulan (Depot MPA
+ estradiol cypionate)
 Penerimaan yang cukup baik untuk vaginal ring!
Kontrasepsi Remaja

 Kontrasepsi remaja (3)

Kontrasepsi Oral bukan masalah untuk:

 maturasi fisiologis siklus remaja perempuan.


 kontrasepsi oral tidak menyebabkan gangguan keseburan
jangka panjang atau meningkatkan amenore setelah
penggunaan pil
 remaja perempuan dengan PCO dan siklus irregular
merupakan pengguna kontrasepsi hormonal yang tepat
dengan adanya efek antiandrogenik progestins (e.g.
cyproterone acetate). Pengukuran secara konservatif
seperti penurunan berat badan, latihan fisik harus berjalan
secara parallel.
Kontrasepsi Perempuan  35
 Perempuan  35 tahun:
Masalah
 Permintaan khusus terhadap kontrasepsi efisien, KB atau kecukupan
anggota keluarga, meningkatnya risiko abortus dan komplikasi
kehamilan, defisensi estrogen yang laten dan gejala vasomotor,
perdarahan.

Rekomendasi
 Klien bukan perokok, usia diatas 35 dapat menggunakan kontrasepsi
hormon dosis rendah karena tak dijumpai peningkatan risiko
kardiovaskuler (two population-based control studies Sydney et al.
1998, Schwartz et al.1998).

 Penggunaan KO dosis rendah hingga usia 55 tahun atau mulai


menopause dapat di justifikasi untuk klien tanpa faktor risiko
tambahan (ACOG 2000).

 Faktor risiko: merokok dan trombosis yang meningkat sesuai


pertambahan usia
7. Kontrasepsi untuk Klien Berisiko
Kontrasepsi „Klien Berisiko“

Definisi:
„Klien dengan Risiko“ adalah perempuan dengan
penyakit yang sudah ada sebelumnya dan kisaran
usia tertentu yang memerlukan konseling khusus
untuk menggunakan atau mempunyai risiko tertentu
apabila menggunakan alat kontrasepsi.
Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Perempuan perokok:
 Kontrasepsi dengan kadar EE 50 µg atau lebih
berhubungan dengan peningkatan bermakna
terjadinya infark miokardial pada perokok terutama
apabila usianya > age 35 (Croft and Hannaford 1989).

 EE 30 - 35 µg tidak menunjukkan peningkatan risiko


infark miokardial pada perokok (Sydney et al., 1998,
Schwartz et al., 1998, Schwartz et al. 1998).

 Bagaimanapun, perokok dengan usia > 35 dianjurkan


untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal!
Kontrasepsi „Klien Berisiko“
 Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler :
 Risiko infark miokardial dan stroke akan meningkat secara bermakna
pada perempuan hipertensi pengguna oral kontrasepsi (WHO
Collaborative Study of Cardiovascular Disease and Steroid Hormone
Contraception 1996).
 Perempuan usia < 35 tahun dengan hipertensi terkontrol dapat
memakai kontrasepsi hormonal dengan kadar EE kurang dari 35 µg
(perlu kontrol).
 Perempuan > 35 tahun dan hipertensi tidak dianjurkan memakai KO
 Perempuan dengan gangguan arteri koroner, insufisiensi kardial atau
penyakit serebrovaskuler sebaiknya tidak menggunakan KOK karena
dapat meningkatkan risiko trombosis.
 Kontrasepsi progestin implant atau pil progestin (POP) atau injeksi
depot (DMPA) dapat dijadikan alternatif untuk menggunakan
kontrasepsi.
Kontrasepsi „Klien Berisiko“
 Diabetes mellitus:

Rekomendasi

 KO ditujukan untuk klien dengan DM berusia usia dibawah


35 tahun bukan perokok tanpa gejala adanya gangguan
pada organ penting!
 Tipe 1 diabetes dan KO tidak menunjukkan peningkatan
insidens nefropati dan retinopati.
 Kadar hemoglobin A1c tidak terganggu oleh penggunaan
KO(Garg et al., 1994).
 Kontrasepsi efektif sangat penting bagi penderita diabetes
untuk menghindarkan komplikasi kehamilan, gangguan
metabolik, abortus, kematian intrauterin, preeklampsia,
distosia bahu, dan SC rate.
Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Tumor jinak payudara:

 Riwayat tumor jinak payudara bukan


kontraindikasi penggunaan kontrasepsi oral
 Tak ada hubungan antara kontrasepsi oral dan
tumor jinak payudara (case control study 4,575
women, Marchbanks et al., 2002).
 Riwayat keganasan atau tumor jinak payudara
pada keluarga bukan merupakan kontraindikasi
penggunaan kontrasepsi oral
Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Mioma Uteri:

 Penggunaan jangka panjang KO menurunkan


kejadian mioma uteri hingga 17% (penggunaan
5 tahun).
 Kehilangan darah melalui haid jadi berkurang
(Larsson et al.,1992).
 Dismenore, terutama pada perempuan dengan
mioma akan menurun
 KOK tidak menyebabkan peningkatan diameter
atau ukuran mioma uteri (Ross et al., 1989,
Marschall et al., 1998).
Kontrasepsi „Klien Berisiko“
 Dislipidemia:
 EE dalam pil kontrasepsi meningkatkan HDL yang menambah efek
menguntungkan dalam mencegah penyakit kardiovaskuler
 Derivat 19-Nortestosterone berinteraksi menguatkan efek positif
tersebut
 Studi epdemiologi multisenter menyatakan tak ada risiko jangka
panjang penyakit kardiovaskuler pada pengguna KO (Chasen-Taber et
al., 1998).
Kesimpulan
 Klien dengan dislipidemia terkontrol dapat memakai KO EE < 35 µg
 Lemak darah harus dikontrol pada klien dengan dislipidemia.
 Klien dengan dislipidemia tak terkontrol tak dapat menggunakan KO.
 Klien dengan dislipidemia tetapi ada faktor risiko tambahan (perokok
berat, diabetes, obesitas, hipertension) sebaiknya tidak menggunakan
kontrasepsi yang mengandung EE (ACOG 2000).
Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Klien dengan riwayat trombosis dan trombofilia (1):

Catatan:

Sebagian besar data ilmiah tentang penggunaan KO dengan trombosis


trombofilia diambil dari penelitian populasi kaukasia dengan mutasi
faktor V Leyden yang dapat meningkatkan risiko tromboemboli.

Dengan demikian, data diatas tidak mempunyai implikasi luas pada


tatanan atau situasi Asia.
Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Klien dengan riwayat trombosis dan trombofilia (2):

Fakta:

 EE meningkatkan sintesis faktor pembekuan (faktor VII


dan X dan fibrinogen).

 Bukan pengguna KO: 5 - 11 trombosis/100,000


perempuan/tahun.

 Pengguna KO (EE): 30 trombosis/100,000


perempuan/tahun.

 Kehamilan: 60 trombosis/100,000 perempuan/tahun.


Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Klien dengan riwayat trombosis dan trombofilia (3):

Rekomendasi
- klien dengan riwayat trombosis atau trombofilia tidak dapat
menggunakan KOK.

Pengecualian
- Trombosis tidak berhubungan dengan faktor risko berulang seperti
imobilisasi, tindakan bedah, dsb.
- Fungsi pembekuan membaik 6 minggu setelah penghentian
penggunaan (Robbins et al, 1991). KO harus dihentikan 6 minggu
sebelum tindakan bedah mayor (bukan bedah mikroinvasif)
Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Trombofilia mutasi faktor V Leyden (populasi kaukasia):

 Klien sehat, non-KO 1 - 2 trombosis/10,000 perempuan/thn

 Heterozygous factor V Leyden 5 - 7 trombosis/10,000 perempuan/thn

 Homozygous factor V Leyden 30 trombosis/10,000 perempuan/thn

 Homozygous carrier factor V

Leyden plus OCs 30 - 40 trombosis/10,000 perempuan/thn

 Hamil dan factor V Leyden 60 trombosis/10,000 perempuan/thn


Kontrasepsi „Klien Berisiko“

 Rekomendasi untuk Factor V Leyden trombofilia:


1. Klien dengan mutasi factor V Leyden dan hamil harus mendapat
antikoagulaasi profilaksis (e.g. Fraxiparin® 0.3 mulai trimester I
dan sejak usia gestasi 36 minggu keatas: Fraxiparin® 0.6 dosis
terapetik).
2. Postmenopause: > 60 tahun memiliki risiko tromboembolil RR
3-4. Postmenopause dan mutasi homozygous factor V Leyden
adalah kontraindikasi untuk Terapi Sulih Hormon (HRT).
3. Postmenopause, tidak ada trombofilia, tak ada riwayat
trombosis pengguna KO dan/atau hamil dapat menggunakan
HRT.
Kontrasepsi „Klien Berisiko“
 Migraine (non-hormonal/non-siklik):
Fakta

1. Klien dengan migraine, risiko stroke meningkat 3-5 kali


2. Klien dengan migraine dan KOK, risiko stroke 2-6 kali
(Schwartz et al., 1998, Lidegaard et al 1995, Chang et al.,
1999).
3. Klien dengan migraine, KOK dan perokok, risiko stroke
meningkat 34 kali
4. Risiko absolut stroke pengguna KOK dan migraine:
> 20 tahun 8/100,000 perempuan/tahun
> 40 tahun 80/100,000 perempuan/tahun

Rekomendasi
Non-hormonal migraine merupakan kontraindikasi absolut KOK
8. Kontrasepsi Hormonal untuk
Postpartum dan Periode Laktasi
Periode Postpartum dan Laktasi

 Fakta:
- Laktasi memberikan efek kontrasepsi dalam 6 bulan
pertama.

Non-laktasi
Kembalinya
menstruasi/ovulasi pada
ibu yang tidak
Laktasi menyusukan (merah) vs.
menyusukan bayi (biru)
Periode Postpartum dan Laktasi

 Fakta:

Lama menyusukan dan laktasi amenore di berbagai negara


Periode Postpartum dan Laktasi

 Fakta:

Hisapan pada puting susu menginduksi pelepasan prolactin dan oxytocin


Periode Postpartum dan Laktasi
 Kesimpulan:

Efek kontrasepsi laktasi menunjukkan perbedaan yang tinggi terkait


dengan perbedaan situasi dan pengaturan laktasi. Oleh sebab itu:

 Rekomendasi:
1. Strategi kontrasepsi non-hormonal dan hormonal laktasi cukup
beralasan
2. Kontrasepsi Oral Progestin merupakan metode terpilih selama
periode laktasi (WHO, Reinprayoon et al., 2000). Progestin tidak
mempunyai efek negatif terhadap tumbuh-kembang bayi baru lahir
(Diaz 2002).
3. Progestin oral (minipill) seperti halnya kontrasepsi injeksi (DMPA,
depot Clinovir® atau depot Provera®), AKDR dan implant (AKBK)
Mirena, Implanon® juga merupakan metode yang dianjurkan.
4. KOK dosis tinggi atau rendah menyebabkan penurunan produksi
ASI (Tankeyoon et al., 1984) dan berkontribusi terhadap peningkatan
risiko thrombosis postpartum (4 minggu).
9. Kontrasepsi Hormonal
Pascakeguguran
Kontrasepsi Pascakeguguran

 Fakta:
 Terapi hormonal untuk pertumbuhan endometrium tidak
didukung oleh data yang kuat dan juga tidak diperlukan.

 Studi juga menunjukkan inisiasi kontrasepsi hormonal


dapat dilakukan tanpa menunggu datangnya haid berikut
dan juga tidak meningkatkan insidens gangguan
perdarahan.

 Rekomendasi:
 Kontrasepsi efektif merupakan pilihan yang paling sesuai
untuk pengguna yang kurang disiplin agar tidak
meningkatkan risiko hamil di luar rencana!
Efek Teratogenik Kontrasepsi Hormonal

 Fakta tentang konsumsi kontrasepsi hormonal selama hamil:


 Kontrasepsi hormonal tak ada kaitannya dengan
peningkatan risiko terjadinya malformasi (Harlap et al.,
1985).
 Penggunaan kontrasepsi hormonal pada trimester
pertama bukanlah indikasi untuk terminasi kehamilan.
 Tak ada bukti feminisasi bayi laki-laki walaupun secara tak
sengaja ibunya mengkonsumsi KO dengan efek
antiandrogen parsial (cyproterone acetate).
 Tetapi: Konsumsi antiandrogenik dosis tinggi merupakan
indikasi untuk terminasi kehamilan!
10. Kontrasepsi Hormonal untuk
Perimenopause
Kontrasepsi Hormonal Perimenopause

 Fertilitas dan usia lanjut:


 Henti kesuburan pada perempuan usia 40 tahun adalah > 40%
 Henti kesuburan pada perempuan usia 45 tahun adalah > 80%
 Interval perdarahan ireguler dan oligomenore (biasanya di kisaran
45 dan 50) terkait dengan adanya ovulasi pada 30% kasus!
 Kombinasi estrogen/progestin alamiah untuk perimenopause atau
HRT tidak memiliki potensi kontrasepsi.

Karenanya: Kontrasepsi efektif dengan efek menguntungkan terhadap


hipermenore, menoragia, sindroma premenstrual, keluhan vasomotor,
fibroma, dan hiperplasia endometrium menjadi pilihan untuk kondisi
tersebut diatas!
Kontrasepsi Hormonal Perimenopause
 Rekomendasi:
1. Perempuan tanpa kelainan tersebut diatas adalah kandidat untuk
AKDR.
2. Gangguan perdarahan seperti hpermenore, menoragia, fibroma
adalah calon ideal untuk AKDR dengan progestin lepas lambat
(perlindungan dan efek pengobatan selama 5 tahun).
3. KOK dosis rendah bukan dikontraindikasikan untuk masa
perimenopause (ACOG 2002). Klien harus diinformasikan tentang
peningkatan risiko trombosis dengan meningkatnya usia
walaupun hal ini tidak dinyatakan di semua studi. Hal yang sama
untuk peningkatan risiko kardiovaskuler pada perokok yang juga
pengguna kontrasepsi oral.
4. KOK dengan dosis sangat rendah EE yang telah dikembangkan,
juga dapat menjadi pilihan kontrasepsi hormonal pada
perimenopause (studi awal menunjukkan tidak ada peningkatan
risiko trombosis).
11. Kontrasepsi Barier
Kontrasepsi Barier

 Kontrasepsi Barier:

1. Kondom Laki-Laki
2. Kondom Perempuan
3. Diafragma
4. Spermisida
5. Cervical cap
6. Tabel Busa Vaginal
Kontrasepsi Barier

 Kondom (1):

Fakta:
 Metode kontrasepsi non-operatif untuk laki-
laki
 Kondom pertama ditulis pada sejarah Mesir
(1000 BC).
 Alergi kondom lateks dan polyurethane (1 -
3%).
 Pearl index 7 – 14.
 Kegagalan karena penggunaan yang salah
dan tidak konsisten adalah 14%.
 Method-specific faillure rate karena robek
dan terlepas adalah 2.3%
Kontrasepsi Barier

 Kondom (2):

Sertifikasi ISO untuk kualitas produksi kondom lateks


Kontrasepsi Barrier

 Kondom Perempuan (Femidom®):


Memiliki citra yang kurang baik karena umumnya digunakan oleh PSK

Insersi kondom perempuan


Kontrasepsi Barier
 Diafragma (1):

 Tudung fleksibel yang dipasangkan diantara simfisis dan


forniks posterior untuk menutupi keseluruhan serviks.
 Kubah yang terbuat dari karet tipis dengan dasar yang
dikelilingi oleh cincin pegas agar mudah ditempatkan
diantara kedua forniks.

Insersi
Kontrasepsi Barier
 Diafragma (2):
Keuntungan
- Tidak mengurangi produksi ASI.
- Hanya digunakan selama sanggama.

Keterbatasan
Penempatan yang benar
- Mengganggu proses sanggama.
- Harus ditempatkan secara benar.
- Sulit memasang dan menempatkan dengan tepat.
- Diafragma harus tetap terpasang hingga 6 jam pascasanggama.
- Pearl index: hingga 25. Tambahan spermisida membuat nilai
Pearl index menurun jadi 4.
- Angka kehamilan kumulatif diafragma dan spermisida setelah dua
tahun adalah 1%.
Kontrasepsi Barier

 Spermisida (1):

Keuntungan
- Tidak mengurangi produksi ASI
- Digunakan selama sanggama
- Dapat dikombinasikan dengan diafragma

Keterbatasan
- Mengganggu proses sanggama/timbul rasa panas
- Harus menunggu 10 menit untuk memulai sanggama
- Cukup mengganggu saat mengeluarkannya
Kontrasepsi Barier

 Spermisida:
- Diaplikasikan dalam bentuk ovula, pesarium, spray, busa, krim

Ejakulasi
tercurah pada
busa
Kontrasepsi Barier

 Cervical cap:
- Tutup serviks adalah kontrasepsi barier
yang dipasang untuk menutupi serviks
dan pemilihannya sangat tergantung dari
diameter invidual serviks.
- Dapat dikombinasi dengan spermisida
untuk meningkatkan efektifitasnya
- Tetap terpasang pada serviks hingga
6-8 jam setelah sanggama (maksimal.
72 jam)
- Efek samping minimal (ulserasi vaginal)
Kontrasepsi Barier

 Vaginal sponge:
 Bahan spons polyurethane yang dibasahi spermisida
yang dilepaskan dalam 24 jam.
 Tidak perlu pengukuran dan penempatan.
 Dapat tetap digunakan sanggama berulang kali selama
tidak melebihi waktu 24 jam.
 Kurang efektif dibandingkan dengan diafragma.
 Angka kehamilan kumulatif dalam 12 bulan per 100 klien
adalah 17-24 sedangkan diafragma 11 - 13.
 Lebih bayak menimbulkan reaksi alergi
 Bahan spons tidak direkomendasikan sebagai metode
efektif
12. Kontrasepsi Metode
Operatif
Kontrasepsi Metode Operatif

 Tubektomi:

- Minilaparotomi postpartum, subumbilikus atau insisi suprapubik.


- Metode Pomeroy
- Metode Labhadt dan Uchida

Ligasi Tuba secara Laparoskopik


- Koagulasi Bipolar pada tuba
- Cincin silastik Yoon
- Penjepitan dengan Klip

Teknik Transervikal
- Sumbat Oklusi (Essure®), oklusi tuba secara histeroskopik
Kontrasepsi Metode Operatif

 Oklusi Tuba secara Laparoskopik – teknik (1):

Pengangkatan dinding abdomen dengan insuflasi CO2


Kontrasepsi Metode Operatif

 Oklusi Tuba secara Laparoskopik – teknik (2):

....menyediakan ruang untuk mem- Elektrokoagulasi atau aplikasi


posisikan instrumen bedah. cincin titanium .
Kontrasepsi Metode Operatif

 Tubektomi Mini-laparotomi:
Metode“Pomeroy“
Kontrasepsi Metode Operatif

 Tubektomi Mini-laparotomy: „Labhardt and


Uchida“ method

Extra-

retroperitoneal
Kontrasepsi Metode Operatif

 Ligasi Tuba secara Laparoskopik:


Elektrokoagulasi„Bipolar“

Tidak mencekam atau


koagulasi pembuluh darah
Kontrasepsi Metode Operatif

 Ligasi Tuba secara Laparoskopik:


Pemasangan Cincin Silastik „Yoon“ (1)

Cincin

Tuba
Kontrasepsi Metode Operatif

 Ligasi Tuba secara Laparoskopik:


Aplikasi Cincin Silastik „Yoon“ (2)
Kontrasepsi Metode Operatif

 Ligasi Tuba secara Laparoskopik:


Aplikasi „Filshie Clip“ (Titanium)
Kontrasepsi Metode Operatif

 Keamanan dan efektifitas tubektomi/ligasi tuba (1):

 Sekitar 1 - 4 mortalitas per 100,000 prosedur.


 Komplikasi Berat: 1 - 3.5% (0.1% laparotomi).
 Angka kegagalan kumulatif (5 tahun) 13/1,000 klien
(multicenter study 10.685 women, Peterson HB et al.,
1996).
 Safingektomi parsial pascapersalinan angka
kegagalan (5 tahun): 3/100,000 klien
 Klip Titanium angka kegagalan (5 tahun) 31.7/100,000
 Makin muda usia klien, makin tinggi angka kegagalan
(fertilitas tinggi)!
Kontrasepsi Metode Operatif

 Keamanan dan efektifitas tubektomi/ligasi tuba (2)

 Risiko hamil ektopik setelah ligasi tuba: 7.3/100,000


klien (bipolar coagulation) (Peterson HB et al. 1996).

 Tubektomi tidak mempengaruhi libido atau kenikmatan


(ACOG 2003).

 Tubektomi pada klien usia diatas 35 tahun


menunjukkan tingkat penyesalan yang rendah (< 35
tahun adalah 26%).
Kontrasepsi Metode Operatif

 Efek positif atau keuntungan ligasi tuba - Penurunan risiko


relatif keganasan ovarium setelah ligasi tuba:
(RR 0.5, Irwin KL 1991), (Narod S et al., The Lancet, 2001, Vol 357:1467-1470)
Kontrasepsi Metode Operatif

 Vasektomi:

Aspektus lateralis organ


reproduksi yang menam-
pilkan diseksi vas-deferens
pada skrotum.
Kontrasepsi Metode Operatif

 Vasektomi:
Vas deferens teraba sepeti kawat yang kemudian dijepit dengan
klem fiksasi dilanjutkan dengan diseksi kulit skrotum dan ligasi vas
deferens dengan benang sutra (non-absorable thread).
„Vasektomi Tanpa Pisau“
Video
13. Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
Intrauterine Devices
(IUD)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 Riwayat AKDR:

 Sejak 100 tahun yang lalu, pemilik unta berupaya agar agar
hewan peliharaan mereka tidak hamil dengan jalan
memasukkan kerikil ke dalam rahim unta
 1909 Richter mengenalkan pesarium dari anyaman benang
 1928 Gräfenberg menggunakan cincin dari kawat perak

AKDR nelayan Thai


dibuat dari tali nilon
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 Riwayat AKDR :

Jenis-jenis AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 AKDR - Insersi (1):

Fiksasi dgn Tenakulum Sondage


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 AKDR - Insersi (2):


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 AKDR - Insersi (3):

Ujung benang AKDR


berjarak 2 cm dari serviks
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 Translokasi AKDR:

AKDR di luar uterus


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 Jenis-jenis AKDR

Mirena

1 (plastik), 2 (tembaga) dan 3 AKDR dengan hormon lepas lambat


(Nova-T mengandung batang perak untuk mencegah fragmentasi kawat
tembaga).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

 Karakteristik AKDR:
Kontraindikasi AKDR - Radang/Infeksi lokal
- Kelainan bentuk uterus
- Perdarahan yang belum jelas penyebabnya
- Penggunaan antikoagulan
- Alergi tembaga
Syarat pemasangan - Tidak hamil
- PAP Smear normal
Antibiotik profilaksis Tidak perlu
PEARL Index - 0.5–3.0 (AKDR Generasi Kedua)
- 0.05–0.1 (AKDR Generasi Ketiga)
Efek samping - Ekspulsi AKDR (1–8%)
- Perforasi Uterus (0.12–0.68/1000)
- Peradangan lokal (1.4–9.6/1000)
- Hamil Ektopik (6.8–8.9/1000/10 tahun)
- Gangguan Menstruasi (2–5%)
- Bercak, Dismenore (44-59%)
Pengamatan lanjut - Konfirmasi USG pascainsersi
- USG setelah 6 minggu pemasangan
- Pemeriksaan ginekologi tahunan
Intrauterine Devices (IUDs)

 Pengamatan lanjut pascainsersi:

Gambaran sonografik AKDR generasi kedua dan ketiga pada tempatnya.


Perhatikan beda echographic lingkar tembaga (a) dan pelepas LNG (b).
14. Kontrasepsi Alamiah
Kontrasepsi Alamiah

 Definisi:
„Metode Alamiah“ adalah cara-cara pencegahan kehamilan yang
diatur oleh pengguna mengacu pada pemahamannya terhadap
siklus menstruasi, berpantang di masa subur dan ejakulasi di luar“.

 Metode:
1. Coitus interruptus (sanggama terputus)
2. Metode lendir serviks
3. Temperatur Basal Tubuh (BBT)
4. Metode Kalender
5. Pengukuran kadar LH (luteinizing hormone) dengan program
terkomputerisasi (urine dip-stix)
Kontrasepsi Alamiah

 1. Lendir Serviks (1):


Metode ini didasarkan pada pemeiksaan lendir serviks setiap hari. Bila
keluar lendir maka itu adalah hari pantang sanggama atau memakai
kondom untuk sanggama hingga 4 hari setelah masa puncak subur
yang ditandai dengan uji regang lendir serviks.
Kontrasepsi Alamiah

 1. Lendir Serviks (2):

Corak lendir pada hari subur dan tak subur disepanjang siklus
Kontrasepsi Alamiah

 Temperatur Basal Tubuh (BBT):


Pengukuran temperatur tubuh setiap pagi pada saat dan tempat
yang sama (oral, rektal, vaginal). Metode ini hanya efektif pada
siklus yang reguler.
Kontrasepsi Alamiah
 Metode Kalender (siklus reguler):

Fertile
days

Fertile days

Fertile
days

Modified from Doering GK, Empfängnisverhütung Thieme Stuttgart 1988.


Kontrasepsi Alamiah

 Metode Pengurunan Kadar Hormon:


- Pengukuran LH and estradiol glucuronide urin (dip stix)
- Pantang sanggama selama puncak LH dan 5 hari setelahnya
- Pearl index 6
- Mahal untuk pengguna dengan sumberdaya terbatas!
Terimakasih atas perhatian dan
kerjasamanya!

„Thank you“ in the language


of all APCOC
participating countries
Informasi Pendukung
20 Pertanyaan Yang Paling Sering
Ditanyakan oleh Profesional
Kesehatan

Dapat diadaptasi dan


Dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan setempat
Yang Paling Sering Ditanyakan (1)

 Apakah kontrasepsi menyebabkan vagina pengguna


menjadi kering?

Jawaban:

 Kontrasepsi Oral Kombinasi EE dan progestagen justru


menyebabkan lubrikasi lebih baik dibandingkan
pengaruh estradiol fisiologis pada siklus normal.

 Kurangnya lubrikasi lebih disebabkan oleh faktor lain


seperti kondisi peri atau postmenopausal, defisiensi
estradiol, konflik dengan pasangan, hilangnya libido
dsb.
Yang Paling Sering Ditanyakan (2)

 Apakah Kontrasepsi Oral Kombinasi menimbulkan efek


negatif terhadap libido?
Jawaban:
 Tidak sama sekali. Lihat data dari Egarter et al. Pada tayangan
sebelumnya.
 Estradiol berpengaruh baik terhadap libido. Libido akan menurun
seiring dengan kelajuan proses postmenopausal terutama
apabila tanpa suplementasi Terapi Sulih Hormon (HRT).
 Testosterone mempunyai pengaruh lebih kuat terhadap libido
sehingga tindakan kastrasi akan menyebabkan gangguan libido.
 Perempuan yang mengeluhkan penurunan selama menggunakan
KOK disebut dengan „epiphenomenon“; dimana juga akan
mengeluhkan hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan
kontrasepsi dan umumnya senang sekali berganti-ganti metode
seperti misalnya contraceptive patch, vaginal ring atau IUD.
Yang Paling Sering Ditanyakan (3)
 Apakah penggunaan jangka panjang KOK dapat
mempengaruhi tingkat kesuburan pengguna?
Jawaban:

 Jelas sekali jawabannya adalah tidak!


 Pada sebagian besar kasus, siklus fisiologis akan kembali
normal setelah penggunaan KOK dihentikan
 Eliminasi bahan aktif dalam preparat injeksi depot seperti
Depo Provera® ) berlangsung lambat sehingga terjadi
perlambatan mulainya siklus normal

 Sebaliknya: infertilitas dapat dicegah melalui pengurangan


risiko kehamilan ektopik, Penyakit Radang Panggul (PID),
dan penanggulangan endometriosis dari penggunaan
progestagen dalam kontrasepsi
Yang Paling Sering Ditanyakan (4)
 Apakah ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi jangka
panjang dengan peningkatan risiko keganasan?
Jawaban:
 Penelitian tentang hubungan tersebut sudah dimulai sebelum
berbagai metode kontrasepsi dikenalkan atau dipasarkan dan masih
tetap berjalan hingga sekarang.
 Kejadian kanker Ovarium menurun secara dramatik hingga 50-80%.
 Kanker Endometrium menurun hingga dibawah 50%
 Data awal menunjukkan adanya penurunan insidens kanker usus
besar.
 Konsensus saat ini menyebutkan KOK tidak menaikkan risiko
terjadinya Ca Mamae. Ada penelitian yang menyebutkan risiko
relatif sedikit meningkat (1.24) tetapi hal itu dihubungkan
penggunaan jangka lama dengan kandungan hormon yang tinggi
(50µg) hal ini tidak didukung dengan bukti-bukti yang sahih
Yang Paling Sering Ditanyakan (5)
 Apakah perempuan dengan insufisiensi vena kronik (CVI)
pada tungkai bawah dapat menggunakan kontrasepsi oral?

Jawaban:

 Mereka tetap dianjurkan untuk menggunakan


kontrasepsi oral
 Insufisiensi Vena Kronik (CV) merupakan kontraindikasi
relatif.
 Bila terjadi flebitis atau riwayat trombosis pada CVI
maka hal ini merupakan kontraindikasi absolut.
Yang Paling Sering Ditanyakan (6)

 Apakah perempuan dengan hepatitis A, B, or C dapat


menggunakan kontrasepsi oral (KO)?

Jawaban:

 Bila hepatitis tak aktif, jawabannya adalah ya.

 Hepatitis A, B, C yang Akut, Kronik atau Kronik


Agresif tidak dapat menggunakan KO
Yang Paling Sering Ditanyakan (7)
 Keuntungan dan keterbatasan KO monofasik, bifasik dan
trifasik

Jawaban:

 Yang paling sering digunakan saat ini adalah KOK


monofasik dengan kandungan EE 20 - 35 µg (dosis rendah
atau rendah sekali)
 Karena tidak ada indikasi khusus maka KO bifasik atau
trifasik sudah jarang sekali digunakan.
 Dosis rendah dan monofasik pada kontrasepsi oral
dikaitkan dengan siklus yang teratur dan rendahnya
keluhan gangguan perdarahan.
Yang Paling Sering Ditanyakan (8)

 Apakah ada gangguan pada bayi apabila terjadi kehamilan


sementara masih menggunakan KOK?

Jawaban:
 Tidak ada pengaruh buruk pada bayi.

 Penggunaan KO harus dihentikan sesegera mungkin


apabila terjadi kehamilan.

 Secara teoritis, bayi perempuan akan mengalami efek


androgenik akibat derivat nortestosteron pada beberapa
bulan kehamilan tetapi pada kenyataannya, hal tersebut
tidak terjadi.
Yang Paling Sering Ditanyakan (9)

 Apakah perempuan dengan chloasma dapat menggunakan


KO?

Jawaban:

 Chloasma adalah kontraindikasi absolut penggunaan KO.

 Harus dianjurkan menggunakan metode lain (mis. AKDR,


condom).

 Jarang sekali penggunaan KO jangka panjang


menyebabkan chloasma dan kalaupun timbul efek serupa,
biasanya berupa hiperpigmentasi ringan pada wajah dan
diantara payudara.
Yang Paling Sering Ditanyakan (10)

 Apakah perbedaan efek KO EE 30 µg (dosis rendah) dan 20 µg


(rendah sekali) dalam penggunaannya?

Jawaban:
 Makin rendah dosis EE akan semakin ringan atau rendah efek
samping yang mungkin terjadi
 Bagaimanapun, dosis yang sangat rendah menyebabkan
pengaturan siklus dan gangguan perdarahan menjadi kurang
efektif
 Walaupun efek samping EE dosis sangat rendah adalah minimal
tetapi efek protektif terhadap kehamilan yang tak diinginkan akan
mengalami penurunan apabila pengguna lupa mengkonsumsi pil
kontrasepsi.
Yang Paling Sering Ditanyakan (11)

 Berapa lama sebaiknya KO digunakan? Apa yang dimaksud


dengan penggunaan jangka panjang kontrasepsi?

Jawaban:

 Bila KO dipakai atas indikasi terapetik maka hal tersebut


digolongkan sebagai penggunaan jangka pendek (mis. terapi
kista fungsional selama 3 bulan)

 Bila perempuan menggunakan KOK sebagai kontrasepsi dalam


jangka waktu lebih dari 15 tahun maka hal tersebut dapat
digolongkan sebagai penggunaan jangka panjang

 Semua data terkait dengan keuntungan dan keterbatasan


kontrasepsi berasal dari studi klinik kontrasepsi jangka panjang.
Yang Paling Sering Ditanyakan (12)
 Apa yang dapat dijelaskan apabila seorang perempuan
mengeluhkan timbulnya jerawat secara berlebihan setelah
menggunakan Diane 35?

Jawaban:
 Perbaikan akan terjadi setelah penggunaan diatas 6 bulan.

 Tanyakan apakah ia juga menggunakan kosmetik atau krim


tertentu yang dapat menimbulkan alergi atau reaksi pada kulit.

 Apakah ia menghentikan pengobatan antibiotika yang diberikan


dokter untuk mengobati jerawat yang dikeluhkannya?

 Selain hal-hal tersebut diatas, tidak ada lagi penjelasan lain


karena Diane 35 dan KOK umumnya memperbaiki kondisi kulit
pengguna.
Yang Paling Sering Ditanyakan (13)

 Setelah penghentian Diane 35 selama 6 bulan ternyata jerawat


berlebihan timbul kembali?

Jawaban:
 Hal tersebut jelas menunjukkan efek menguntungkan dari
Diane terhadap kondisi kulit wajah pengguna!

 Penyebab terjadinya jerawat pada pengguna ini adalah


gangguan metabolisme hormonal (mis. Sindroma Ovarium
Polikistik). Pengguna ini mengalami gangguan kronik yang
memerlukan suplementasi hormonal yang tidak saja
memperbaiki gangguan jerawat tetapi juga menjaga
kesuburan pengguna terhadap pengaruh kondisi kronik
tersebut.
Yang Paling Sering Ditanyakan (14)

 Bila pengguna sudah 2 tahun memakai Diane 35 kemudian terjadi lagi


gangguan jerawat yang berlebihan. Apa penjelasan dan rekomendasi
untuk mengatasi kondisi tersebut?

Jawaban:

 Yang paling mungkin, hal tersebut diakibatkan kekambuhan


gangguan kronik yang sudah ada atau reaksi atopik. Pada kondisi
ini, sebaiknya pengguna diberikan anti-androgenik seperti
cyproterone acetate (Androcur®).
 Kaji ulang kemungkinan penggunaan kosmetik untuk perawatan
kulit wajah yang kemudian menimbulkan rekasi berlebihan berupa
jerawat?

 Apakah pengguna mengalami obesitas? Apakah ada PCO


Syndrome?
Yang Paling Sering Ditanyakan (15)

 Apakah ada pedoman pengobatan PCO dengan Diane 35?

Jawab:

 PCO perlu didiagnosis dan ditangani secara tepat. Bahan


aktif yang ada di dalam Diane 35 dapat digunakan untuk
menangani PCO

(lihat modul PCO Syndrome).


Yang Paling Sering Ditanyakan (16)

 Pengguna telah menggunakan Diane 35 untuk 6 siklus


tanpa keluhan, siklus teratur, membaiknya jerawat dan
seborrhoea. Setelah istirahat 3 siklus ia menggunakan lagi
Diane 35 dan menhgalami amenore pada bulan pertama
penggunaan. Apakah hal ini merupakan masalah?

Jawaban:
 Definisi amenore sekunder adalah tidak datangnya haid
selama 3 bulan berturut-turut. Pada kasus ini,
kemungkinannya adalah mentruasi terlambat atau
kehamilan.
 Lakukan uji kehamilan. Bila kehamilan dapat
disingkirkan maka tanyakan apakah akan meneruskan
penggunaan Diane 35?
Yang Paling Sering Ditanyakan (17)

 Apakah klien dengan chloasma dapat menggunakan Diane 35?

Jawaban:

 Chloasma merupakan kontraindikasi penggunaan KO


termasuk Diane 35

 Chloasma bukan efek samping Diane 35!

 Seperti halnya KO lain, Diane 35 dapat menyebabkan (jarang


sekali) hiperpigmentasi ringan pada wajah dan diantara
payudara.
Yang Paling Sering Ditanyakan (18)

 Apakah klien dengan hipertensi dapat menggunakan KOK atau


Diane 35?

Jawaban:

 Klien dapat menggunakan KOK/Diane 35 bila hipertensinya


terkontrol baik

 Klien dengan tekanan darah 140/160 - 90/100 dapat


menggunakan KOK/Diane 35 tetapi harus juga mendapat
pengobatan anti hipertensi

 Hipertensi berat (tekanan darah > 160/100) merupakan


kontraindikasi untuk menggunakan KOK/Diane 35
Yang Paling Sering Ditanyakan (19)

 Apakah KO menyebabkan nyeri payudara (cyclic mastalgia)?

Jawaban:

 Tegangan pra-menstruasi berkurang secara bermakna pada


penggunaan KOK (lihat data Egarter et al.)

 Tegangan pada payudara merupakan efek estradiol pada


jaringan payudara

 Bila timbul nyeri selama penggunaan KO, coba ganti


dengan pil EE dosis sangat rendah (20 µg EE).
Yang Paling Sering Ditanyakan (20 a)

 Apa jenis kontrasepsi untuk penderita epilepsi?


a) Pasangan baru: kondom dan pantang berkala.
b) Pengguna jangka panjang, nulipara: AKDR/IUD atau KO
monopfasik 0.035/0.030 mg ethinyl estradiol (estrogen dan
gestagens 21 hari) selama 6 bulan berturutan (long cycle).
Kemudian stop 7 hari agar haid, dilanjutkan KO baru. Alternatif lain
adalah menggunakan injeksi 3 bulanan (Provera®).
c) Postpartum: progesterone-releasing IUD (e.g. Mirena®) atau
KO monofasik seperti dijelaskan diatas.
d) Tidak ingin hamil lagi: Tubektomi atau vasektomi (pria).
Yang Paling Sering Ditanyakan (20 b)

 Interaksi obat antiepilepsi (phenobarbital, phenytoin dsb.)


dan KO?

Obat antiepilepsi menyebabkan mikrosom hati terstimulasi


untuk menghasilkan enzim dan meningkatan metabolisme
obat-obatan termasuk KO.

Phenobarbital dan phenytoin menyebabkan hidroksilasi EE-2


dan peningkatan sintesa hormon yang terikat dengan serum
sehingga kadar progestogens dalam serum akan menurun.
Yang Paling Sering Ditanyakan (20 c)

 Batasan penggunaan jangka panjang?

Jawaban:
- Penggunaan secara terus menerus KO selama 3, 6 bulan atau lebih .
- Indikasi:
a. Gangguan siklus (dismenore, hipermenore, oligomenore,
metroragia, menoragia).
b. Gangguan terkait siklus (endometriosis, PCO, kista
fungsional ovarium, Sindroma Pramenstruasi, mioma).
c. Gangguan pembekuan darah
d. Lain-lain: liburan, ibadah haji, pekerjaan, kompetisi
olahraga/pertandingan.
Yang Paling Sering Ditanyakan (20 d)

 Toleransi penggunaan jangka panjang KO?


(Wiegratz I, Kuhl H, Drugs; 64:2447-62, 2004).

Very good good satisfied poor No answer

Toleransi penggunaan KOK Dienogest (2 mg) dan ethynyl estradiol (30 µg)
Yang Paling Sering Ditanyakan (20 e)

 Alasan untuk penggunaan jangka panjang KO?


1. Usia menarche yang lebih dini dan menopause lebih panjang (50)
pada kebanyakan perempuan sekarang yang mengalami rata-rata 450
ovulasi/menstruasi yang jauh lebih tinggi dari keadaan 160 tahun lalu
2. Ovulasi, menstruasi, perubahan hormonal berhubungan dengan
banyak penyakit seperti endometriosis, anemia, keganasan ovarium,
sindroma prahaid
Acknowledgements

This Educational Event is sponsored by


Bayer Schering Pharma

Anda mungkin juga menyukai