Anda di halaman 1dari 47

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT

DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPUR


KOTA BANDAR LAMPUNG
 

Disusun oleh :
dr. Mona Metiyahuha Ganie
dr. Aini Putri
dr. Diah Andini
 
Pembimbing :
dr. Hj. Evi Mutia Afriyeti
Pendahuluan
◦ Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

◦ Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana


diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia
menderita DM. Di masa mendatang, diantara penyakit
degeneratif diabetes adalah salah satu diantara penyakit
tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa
mendatang.
◦ WHO memprediksikan kenaikan jumlah penyandang Diabetes
mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030

◦ Mengingat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak


terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya
kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak baik masyarakat
maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha
penanggulangan Diabetes Mellitus, khususnya dalam upaya
pencegahan
◦ Berdasarkan data yang didapatkan, Saat ini Diabetes Mellitus
menduduki peringkat ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di Puskesmas Simpur. Data Puskesmas Rawat Inap
Simpur Kota Bandar Lampung pada bulan Januari-Mei 2017,
didapatkan ada sekitar 595 orang yang mengalami Diabetes
Mellitus. Data ini didapatkan pada saat observasi lapangan yang
dilakukan ketika pelayanan BP.
Rumusan Masalah
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus
di wilayah kerja Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung”
Tujuan Penelitian
◦ Tujuan Umum
Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Simpur Kota Bandar
Lampung
 
◦ Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran Faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakit diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Simpur Kota
Bandar Lampung
Mengetahui hubungan antara factor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan)dengan penyakit DM di wilayah kerja Puskesmas Simpur
Kota Bandar Lampung
Mengetahui hubungan antara factor risiko yang dapat dimodifikasi
(obesitas, aktivitas fisik, dan kurang konsumsi buah dan sayur)
dengan penyakit DM di wilayah kerja Puskesmas Simpur Kota
Bandar Lampung
Manfaat Penelitian
◦ Bagi Dokter Internship
Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang faktor
apa saja yang berperan terhadap timbulnya DM.

◦ Bagi Masyarakat
Hasil penelitian dapat menambah wawasan tentang faktor
apa saja yang berperan terhadap timbulnya DM, sehingga
bisa di cegah secara dini

◦ Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Simpur Kota Bandar


Lampung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan salah satu
masukan tentang factor apa saja yang berperan terhadap
timbulnya DM, sehingga dapat menekan tingginya angka
prevalensi penyakit Diabetes Mellitus di puskesmas simpur
Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
Mellitus merupakan suaatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya

◦ Etiologi Diabetes Mellitus


◦ Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
◦ Resistensi insulin
◦ Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan
kegemukan.
◦ Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
◦ Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
◦ Adanya faktor keturunan
Gejala Diabetes
Mellitus
Keluhan klasik diabetes mellitus berupa
:
◦ Poliuria
◦ Polidipsia
◦ Polifagia
◦ Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
  

Keluhan lain berupa :


◦ Lemah badan
◦ Kesemutan
◦ Gatal
◦ Mata Kabur
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Diabetes Mellitus
◦ Faktor yang tidak dapat di modifikasi
 Usia
Riwayat keluarga Diabetes Mellitus
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
◦Faktor yang dapat di modifikasi
Kegemukan/Obesitas
Aktifitas Fisik
Kurang konsumsi buah dan
sayur
Diagnosa

◦Jika ditemukan keluhan klasik dan kadar


glukosa darah sewaktu (plasma vena) >
200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis diabetes mellitus.

◦Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa


(plasma vena) > 126 mg/dl disertai adanya
keluhan klasik.

◦Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2


Bukan Belum
DM
DM Pasti DM
Kadar glukosa Plasma
darah (vena ) < 100 100-199 >200
sewaktu
(mg/dl)
Darah Kapiler
<90 90 – 199 >200

Kadar glukosa Plasma (vena)


<100 100 – 125 >126
darah puasa
( mg /dl ) Darah Kapiler
<90 90.– 99 >126
Pilar penatalaksanaan
DM
◦ Edukasi, meliputi
◦ pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga, perencanaan makan dan
masalah yang mungkin dihaapi.
◦ Terapi gizi medis
◦ Prinsip pengaturan makan pada penderita diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang. Pada
penderita diabetes perlu diperhatikan pentingnya keteraturan makanan dalam
hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama bagi penderita diabetes
yang mengkonsumsi obat penurun glukosa darah atau insulin.
◦ Latihan jasmani
◦ 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
◦ Farmakologis
◦ apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.
Kerangka Teori
Faktor yang dapat Faktor yang tidak
dimodifikasi dapat dimodifikasi

1. Usia
1. Kegemukan 2. Riwayat
keluarga DM
2. Aktifitas Fisik 3. Riwayat
diabetes
3. Kurang gestasional
konsumsi sayur 4. Jenis kelamin
dan buah 5. Pendidikan
6. Pekerjaan

Diabetes Mellitus
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor risiko yang tidak dapat


dimodifikasi :
• Umur
• Jenis kelamin
• Pendidikan
• Pekerjaan Penyakit Diabetes
Mellitus

Faktor risiko yang dapat


dimodifikasi :
• Obesitas
• Aktivitas fisik
• Kurang konsumsi buah dan
sayur
Metode Penelitian
◦ Rancangan Penelitian
  Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan
rancangan deskriptif-analitik dengan metode cross-
sectional dan dianalisa secara kuantitatif.
 
◦ Populasi dan Sampel
1. Populasi
Subjek penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus
yang datang berobat ke Puskesmas rawat inap
simpur Bandar Lampung .
2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple random


sampling, pengambilan sampel ini menurut (Notoatmodjo,
2005) menggunakan rumus :

n= N
1 + N (d)2
◦ Keterangan :
n : besar sampel
N : Jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
(0,1)
Untuk sempel sebagai control berjumlah 595 pasien dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
 
N
n=
1+ N (d)2
 
595
=
1+ 595 (0,1)2
 
595
=
1+ 5,95
 
595
=
6,95

= 85,61
 
n = 86 Sempel
Jadi sempel dalam penelitian ini adalah sebanyak 86 pasien.
 
◦ Lokasi dan waktu penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 30 hari kerja
 
◦ Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik wawancara, yaitu pengumpulan data dengan
menanyakan hal-hal yang telah tercantum dilembar kuesioner.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
ANALISIS UNIVARIAT
DISTRIBUSI DIABETES
MELITUS
Kategori Frekuensi Persentase (%)
DM 12 14%
Tidak DM 74 86%

Jumlah 86 100
DISTRIBUSI RESPONDEN
MENURUT UMUR
Kategori Frekuensi Persentase (%)

Muda 33 38,4%
Tua 53 61,6%
Jumlah 86 100
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT JENIS
KELAMIN
Jenis Frekuensi Persentase (%)
Kelamin

Perempuan 37 43,0%

Laki-laki 49 57,0%

Jumlah 86 100
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT TINGKAT
PENDIDIKAN
Jenis Frekuensi Persentase (%)
Kelamin
Pendidikan 27 31,4%
Rendah
Pendidikan 59 68,6%
Tinggi
Jumlah 86 100%
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT
STATUS PEKERJAAN
Status Frekuensi Persentase (%)
Pekerjaan
Tidak 23 26,7%
Bekerja
Bekerja 63 73,3%
Jumlah 86 100%
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT
OBESITAS
Status Frekuensi Persentase (%)
Obesitas
Obesitas 13 15,1%
Tidak 73 84,9%
Obesitas
Jumlah 86 100%
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT
AKTIVITAS FISIK
Aktifitas Frekuensi Persentase (%)
Fisik
Kurang 37 43%
Cukup 49 57%

Jumlah 86 100%
DISTRIBUSI RESPONDEN MENURUT KONSUMSI SAYUR
DAN BUAH

Konsumsi Frekuensi Persentase (%)


Sayur dan
Buah
Kurang 42 48,8%
Cukup 44 51,2%

Jumlah 86 100%
ANALISIS BIVARIAT
HUBUNGAN UMUR DAN DIABETES
MELITUS
Status DM
Total
Tidak DM DM P
OR
value
n % n % n
Muda
32 97,0 1 3,0 33 100
(<40th)
0,025 8,3
Tua(>40t
42 79,2 11 20,8 53 100
h)
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN
DIABETES MELITUS
Status DM
Total
Tidak DM DM P
value
N % n % N %
Laki-
46 93,9 3 6,1 49 100
laki
0,016
Perem
28 75,7 9 24,3 37 100
puan
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN
DIABETES MELITUS
Status DM
Total
Tidak DM DM P
value
N % n % N %

Rendah 24 88,9 3 11,1 27 100


0,745
Tinggi 50 84,7 9 15,3 59 100
HUBUNGAN PEKERJAAN DAN DIABETES
MELITUS
Status DM
Total
Tidak DM DM P
value
N % n % N %

Tidak 20 87 3 13 23 100
1,000
Ya 54 85,7 9 14,3 63 100
HUBUNGAN OBESITAS DAN
DIABETES MELITUS
Status DM
Total
Tidak DM DM P
OR
value
n % n % n
Tidak
66 90,4 7 9,6 73 100
Obesitas
0,016 5,8
Obesitas 8 61,5 5 38,5 13 100
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN DIABETES
MELITUS
Status DM
Total
Tidak DM DM P
value
N % n % N %

Kurang 34 91,9 3 8,1 37 100


0,174
Cukup 40 81,6 9 18,4 49 100
HUBUNGAN KONSUMSI BUAH SAYUR DAN
DIABETES MELITUS
Status DM
Total
Tidak DM DM P
value
N % n % N %

Kurang 35 83,3 7 16,7 42 100


0,478
Cukup 39 88,6 5 11,4 44 100
PEMBAHASAN
Ada hubungan antara antara umur dan jenis
kelamin dengan penyakit diabetes melitus di
Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.

Suatu penelitian pada populasi orang dewasa di


Qatar menyatakan bahwa kasus diabetes melitus
ditemukan terbanyak pada usia 40-49 tahun,
yaitu sebesar 31.2%.

Lely dan Indrawati  penderita diabetes tertinggi pada


usia 61-65 tahun (32,5%) dan terendah pada usia <40
tahun (4%).

Usia lanjut mengalami peningkatan produksi insulin glukosa


dari hati (hepatic glucose production), serta cenderung
mengalami resistensi insulin dan gangguan sekresin insulin
akibat penuaan dan apoptosis sel beta pankreas.
Pria maupun wanita memiliki
Lely dan Indrawati 
resiko yang sama besar
penderita diabetes tertinggi
untuk mengidap diabetes
pada perempuan yaitu
melitus sampai usia dewasa
sebesar 62% dan terendah
awal. Setelah usia 30 tahun,
pada laki-laki yaitu sebesar
wanita memiliki resiko yang
38%.
lebih tinggi dibanding pria.

Wanita lebih berisiko menginap diabetes melitus


karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar. Sindroma menstruasi, pasca-menopause
yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi
mudah terakumulasi akibat proses hormonal
tersebut sehingga wanita beresiko menderita
diabetes mellitus tipe 2.
Responden yang mengalami obesitas di
Puskesmas Simpur adalah sebanyak 60,4%.

Menurut hasil analisis bivariat, didapatkan


bahwa terdapat hubungan antara obesitas
dengan penyakit diabetes melitus di
Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.

Obesitas dapat menyebabkan fungsi insulin


yang beredar dalam sirkulasi menjadi tidak
efektif dan akan menyebabkan terjadinya
resistensi insulin, sehingga insulin tidak
dapat bekerja dengan baik dan
menimbulkan peningkatan kadar gula
darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57% responden memiliki
aktifitas fisik yang cukup yaitu aktifitas fisik (menyapu,
mengepel, bercocok tanam) selama lebih dari 150 menit
selama 5 hari dalam seminggu.

Tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan penyakit


diabetes melitus di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.

Nurayati (2017) menemukan adanya hubungan antara


aktivitas fisik dengan kadar gula darah penderita diabetes
melitus tipe 2.

Hasil uji pada faktor risiko aktivitas fisik ini tidak signifikan
dimungkinkan karena adanya bias. Salah satu bias yang
mungkin terjadi adalah bias responden dalam mengingat
aktivitas fisik yang rutin dilakukan serta lama
mengerjakannya.
Tidak ada hubungan
Mbenza et al., (2008)
bermakna secara statistik
menyatakan adanya
antara konsumsi buah dan
hubungan bermakna antara
sayur dengan penyakit
asupan buah dan atau sayur
diabetes melitus di
dengan kejadian diabetes
Puskesmas Simpur Kota
melitus tipe 2.
Bandar Lampung.

Midhet et al., (2010)


menunjukkan tidak adanya Perbedaan hasil ini
hubungan antara konsumsi dimungkinkan karena
sayur dengan kejadian perbedaan proses
diabetes melitus tipe 2, juga pembuatan variabel diet
tidak adanya hubungan sayur dan buah. Hal lainnya
antara konsumsi buah dapat dikarenakan
dengan kejadian diabetes perbedaan desain penelitian
melitus tipe 2 di Saudi yang digunakan.
Arabia.
SIMPULAN
1. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 12 responden (14%) menderita
diabetes melitus.
2. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 53 responden (61,6%) berusia >40
tahun.
3. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 37 responden (43%) berjenis kelamin
perempuan.
4. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 59 responden (68,6%) memiliki latar
belakang pendidikan yang tinggi.
5. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 63 responden (73,3%) bekerja.
6. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 13 responden (15,1%) mengalami
obesitas.
7. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 49 responden (57%) memiliki aktivitas
fisik yang cukup.
8. Dari 86 responden penelitian, diperoleh 44 responden (51,2%) cukup
mengonsumsi buah dan sayur.
9. Faktor – faktor yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung adalah usia, jenis kelamin dan
obesitas.
SARAN
Bagi Puskesmas
• Penyuluhan dan konsultasi terhadap penderita diabetes
melitus dan orang-orang dengan risiko diabetes melitus.

• Perlu dilakukan pemberian informasi melalui media poster,


spanduk atau leaflet

• Pelatihan senam diabetes melitus bagi masyarakat


terutama penderita diabetes melitus agar kualitas hidupnya
dapat lebih baik.
Peneliti
• Dibutuhkan penelitian yang lebih banyak lagi demi
mengingat banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit diabetes melitus.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai