Anda di halaman 1dari 29

Jahidul Fikri A

 Kelemahan otot akibat Gg. Syaraf

 1787 John Lettson  1th neuropati perifer  teori alkoholik 


belum cukup bukti kelainan syaraf anatomis dan fisiologis
 Pada tahun 1859, Landry, mempublikasikan artkelnya yang
berjudul “ A note on acute ascending paralysis “  Landry’s
paralysis

 1916 Guillain, Barre, dan Strohl “ On a syndrome of


radiculoneuritis with hyperalbuminosis of cerebrospinal fluid
without a cellular reaction : Remarks on the clinical
characteristics and tracings of the tendons reflexes “  kelainan
patologis  disosiasi albuminositologi dalam cairan
serebrospinal dan disertai dengan radikuloneuritis (asas Landry’s
paralysis)

 1927, Draganescu dan Claudian memberi nama penyakit ini


sebagai Guillain – Barre Syndrome. Sebab mengapa Strohl tidak
diikutsertakan sampai saat ini belum diketahui
 Dpt terjadi pd smua orang
 Tanpa membedakan usia maupun ras
 0.6-1,9 / 100.000 penduduk di dunia
 1-2 / 100.000 penduduk Amerika
 5-10% kematian akibat apnea
 5-10% sembuh dg cacat permanen
 Kelainan kekebalan tubuh manusia yang
menyerang bagian susunan syaraf tepi 
arefleksia progresif
 Kadang menyerang sensoris, otonon, maupun
syaraf pusat
 Demyelinisasi (Hilangnya myelin) / inflamasi
myelin  impuls syaraf terganggu atau hilang
 GBS disebut juga dg Acute Inflammatory
Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP)
 Penyebab pasti lum jelas
 Ada teori autoimun
 Sbagian besar didahului virus Epstein-Barr virus,
coxsackievirus, influenzavirus, echovirus,
cytomegalovirus, hepatitisvirus, dan HIV
 Infeksi virus ini biasanya terjadi 2 – 4 minggu
sebelum timbul GBS
 Atau bakteri bakteri seperti Campylobacter
Jejuni pada enteritis, Mycoplasma
pneumoniae, Spirochaeta , Salmonella,
Legionella dan , Mycobacterium Tuberculosa
 Vaksinasi seperti BCG, tetanus, varicella, dan
hepatitis B
 Penyakit sistemik seperti kanker, lymphoma,
penyakit kolagen dan sarcoidosis
 Kehamilan terutama pada trimester ketiga ;
pembedahan dan anestesi epidural.
 Infeksi / auto imun / etiologi yg lain 
masuk ke sel schwan  replikasi  sel T
teraktivasi  aktivasi sel B  produksi
autoantibodi spesifik
 Teori auto anti bodi
1. Virus bakteri merubah susunan syaraf
2. Penurunan kemampuan mengenal diri
3. Anti gen yg sama dg myelin
 Menyebabkan destruksi myelin  los
signyal
 Rasa baal  Parastesia (kesemutan) bilateral
distal  paralisa asenden empat ekstemitas
 paralisis akut/kronik
 Penurunan reflek  kemudian menghilang
sama sekali
 Dimulai dr ekstremitas bawah  menyebar
progresif dlm jam, hari, minggu  ke
ekstremitas atas
 50% facial diplegia
 Kelemahan otot nafas  apnea 20% ventilator
 50% anak mengalami keram
 Gg syaraf otonom  takikardia,
hipotensi/hipertensi, aritmia, cardiac arrest,
facila flusching, sfingter tdk terkontrol
 10-30% hipertensi
 30% aritmia
 Gg. Syaraf pusat  disfagia, rero, 50%
bilateral facial palsy
 Tambahan  sulit BAK, Inkontinensia alvi-uri,
konstipasi, kesulitan menelan, nafas,
penglihatan kabur (blurred visions)
 Syaraf
◦ Kelemahan otot difus
◦ Paralisis
◦ Pnurunan refleks tendon / hilang
◦ Kelemahan otot intercostal  batuk lemah, aspirasi
◦ Kemungkinan kernig dan kaku kuduk +
 Guillain, 1961 disosiasi albumin sitologis
 Kenaikan terjadi pada minggu pertama atau
kedua
 EMG menungjukan blok impuls pd minggu
pertama  mg 2 penurunan potensial aksi
 Gejala utama
1. Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau
lebih ekstremitas dengan atau tanpa disertai
ataxia
2. Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat
general
1. Progresivitas dalam waktu sekitar 4 minggu
2. Biasanya simetris
3. Adanya gejala sensoris yang ringan
4. Terkenanya SSP, biasanya berupa
kelemahan saraf facialis bilateral
5. Disfungsi saraf otonom
6. Tidak disertai demam
7. Penyembuhan dimulai antara minggu ke 2
sampai ke 4
 Pemeriksaan elektrodiagnostik
◦ Terlihat adanya perlambatan atau blok pada
konduksi impuls saraf
 Gejala yang menyingkirkan diagnosis
◦ Kelemahan yang sifatnya asimetri
◦ Disfungsi vesica urinaria yang sifatnya persisten
◦ Sel PMN atau MN
◦ Gejala sensoris yang nyata
1. Radang polineuropati demyelinasi akut (AIDP)
 paling banyak  akibat respon autoimun
yang menyerang membrane sel Schwann.
2. Sindroma Miller Fisher (MFS),jarang terjadi 
bermanifestasi sebagai paralisis desendens, 
Terdapat antibodi Anti-GQ1b dalam 90% kasus.
3. Neuropati aksonal motorik akut (AMAN) atau
sindroma paralitik Cina  menyerang nodus
motorik Ranvier dan sering terjadi di Cina dan
Meksiko  respon autoimun yang menyerang
aksoplasma saraf perifer  musiman 
penyembuhan cepat.
4. Neuropati aksonal sensorimotor akut (AMSAN) /
AMAN, juga menyerang aksoplasma saraf
perifer, namun juga menyerang saraf sensorik
dengan kerusakan akson yang berat.
Penyembuhan lambat dan sering tidak
sempurna.
5. Neuropati panautonomik akutpaling jarang
angka kematian yang tinggi keterlibatan
kardiovaskular dan disritmia.
6. Ensefalitis batang otak Bickerstaff’s (BBE),
ditandai oleh onset akut oftalmoplegia, ataksia,
gangguan kesadaran, hiperefleksia atau refleks
Babinski (menurut Bickerstaff, 1957; Al-Din et
al.,1982).
1. Fase progresif
o Berlangsung 2-3 minggu
o Gejala awal sampai gejala menetap ‘titik nadir’
o Fase ini akan timbul nyeri, kelemahan progresif dan
gangguan sensorik
o Terapi secepatnya akan mempersingkat transisi
menuju fase penyembuhan, dan mengurangi resiko
kerusakan fisik yang permanen.
o Berfokus pada pengurangan nyeri serta gejala.
2. Fase plateau.
o Fase infeksi akan diikuti oleh fase plateau yang stabiltidak
didapati baik perburukan ataupun perbaikan gejala.
o Serangan berhenti kelemahan masih terjadi sampai dimulai fase
penyembuhan
o Terapi untuk memperbaiki fungsi yang hilang atau
mempertahankan fungsi yang masih ada.
o Perlu monitor TTV, nutrisi, cairan, kesadaran
o Imunoterapi dapat dimulai di fase ini.
o Penderita umumnya sangat lemah dan membutuhkan istirahat,
perawatan khusus, serta fisioterapi.
o Biasanya terdapat nyeri hebat akibat saraf yang meradang serta
kekakuan otot dan sendi; namun nyeri ini akan hilang begitu
proses penyembuhan dimulai.
o Lama fase ini tidak dapat diprediksikan;
o Beberapa pasien langsung mencapai fase penyembuhan setelah
fase infeksi, sementara pasien lain mungkin bertahan di fase
plateau selama beberapa bulan, sebelum fase penyembuhan.
3. Fase penyembuhan
◦ Terjadi perbaikan dan penyembuhan spontan.
◦ Imun berhenti memproduksi antibody yang menghancurkan
myelin
◦ Gejala berangsur-angsur menghilang
◦ Penyembuhan saraf mulai terjadi.
◦ Terapi pada fase ini ditujukan pada terapi fisik
◦ Kadang masih didapati nyeri, yang berasal dari sel-sel saraf
yang beregenerasi.
◦ Lama fase bervariasi, dapat muncul relaps.
◦ Kebanyakan penderita mampu bekerja kembali dalam 3-6
bulan
◦ Sebagian menunjukkan gejala ringan samapi waktu yang
lama setelah penyembuhan.
◦ Derajat penyembuhan tergantung dari derajat kerusakan
saraf yang terjadi pada fase infeksi.
Penatalaksanaan Keperawatan ( Perawatan Supportif)
a). Respirasi  Monitor ketat frekuensi dan pola nafas yaitu
monitor oksimetri dan AGD. Pernafasan mekanik, perawatan
pasien dengan ventilator mekanik.
b). Kardiovaskuler : monitor ketat frekuensi, irama, kekuatan
denyut nadi (HR ) dan tekanan darah (blood pressure ).
c). Pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan nutrisi.
d). Perawatan secara umum :
- physioterapi
- perawatan pada bagian-bagian tubuh yang tertekan
- pertahankan ROM sendi
- pertahankan fungsi paru
- kultur urine dan sputum tiap 2 minggu
- pencegahan terhadap tromboemboli
- pemberian antidepressant jika pasien depresi
1. Identitas klien : meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
◦ Keluhan utama : kelumpuhan dan kelemahan
◦ Riwayat keperawatan : sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan,
upaya yang dilakukan selama menderita penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
◦ B1 (Breathing)
Kesulitan bernafas / sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital
/ paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.
◦ B2 (Bleeding)
Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan.
◦ B3 (Brain)
Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan
ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara
turun), fluktuasi suhu badan.
◦ B4 (Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
◦ B5 ( Bowel)
Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun,
konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.
◦ B6 (Bone)
Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera / injuri fraktur tulang, hemiplegi, paraplegi.

Anda mungkin juga menyukai