Anda di halaman 1dari 27

HALUSINASI PENGLIHATAN

KELOMPOK 9
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : An.S
Umur: 14 Th
Alamat : Desa Sekar
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Pelajar
Pekerjaan : -
No.RM :
Tanggal MRS : 25-03-2019
Tanggal Pengkajian : 25-03-2019
ALASAN MASUK

a) Data Primer : Keluarga mengatakan anaknya dibawa ke RSJ Dr.


Radjiman Wediodiningrat Lawang karena memukul orang tuanya,
bicara sendiri, tertawa sendiri, dan bicara ngelantur.

b) Data Sekunder : Keluarga mengatakan anaknya bicara sendiri,


tertawa sendiri, sulit tidur, mudah tersinggung, memukul orang
tuanya, bicara ngelantur, mandi dan ganti baju tidak rutin.

c) Keluhan utama saat pengkajian : Pasien mengatakan dirinya sering


melihat orang-orang atau teman-temannya sedang minum obat-
obatan terlarang di sekitar ruangan, dan pasien tidak mau makan
karena melihat dimakanan atau nasinya seperti ada pocong dan ia
juga melihat ada obat-obatan terlarang di makanannya.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR
PRESIPITASI

Pasien berasal dari Dusun Sekar Kab. Pasuruan


masuk ke RSJ pada tanggal 23 Maret 2019 keluhan
saat masuk merasa dirinya sering melihat orang-
orang atau teman-temannya sedang minum obat-
obatan terlarang, sehingga dirinya sering bicara
sendiri, tertawa sendiri, sulit tidur, dan mudah
tersinggung dan emosi tidak terkontrol. Kemudian
keluarga membawa pasien ke RSJ dan masuk diruang
Camar pada tanggal 23 Maret 2019, dan pasien
dipindah keruang Wijaya Kusuma pada tanggal 25
Maret 2019.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR
PREDISPOSISI)

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan


jiwa sebelumnya
 Pasien mengatakan pernah marah-marah kepada keluarganya
dan sampai memukul orang tuanya.
#Diagnose Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
Pasien mengatakan pernah putus dengan pacarnya
sehingga dirinya merasa sedih, sering marah-marah,
mudah tersinggung dan murung. Dan pasien mengatakan
dirinya merasa sedih saat mengingat dia dipaksa teman-
temannya untuk meminum pil koplo (double L).
#Diagnose Keperawatan : Respon Paska Trauma
Riwayat pengguna NAPZA :
Pasien mengatakan pada saat SMP kelas 7 pasien
pernah menggunakan pil koplo (double L) satu kali
dan itupun dipaksa oleh teman-temannya.
Diagnosa Keperawatan : Koping individu
inefektif
Upaya yang dilakukan terkait kondisi di atas dan
hasilnya :
Klien dibawa ke RSJ pada tanggal 23 Maret 2019 ,
dan sebelumnya klien belum pernah dirawat di RSJ.
# Diagnosa Keperawatan : Koping individu
inevektif
Harga Diri
Pasien mengatakan “saya tau saya mengalami
gangguan jiwa, dan saya malu dengan penyakit
saya”. Dibuktikan dengan ekspresi wajah sedih,
bicara pelan, dan lebih sering menunduk, dan suka
menyendiri tidak mau berkumpul dengan teman-
temannya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep
Diri : Harga Diri
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan dirinya kurang bisa bergaul dan
berinteraksi sosial dengan teman-temannya baik
dirumah maupun dilingkungan rumah sakit, pasien
mengatakan malas bergaul dengan orang lain
dibuktikan dengan ia lebih sering menyendiri,
menolak berhubungan dengan orang lain
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial :
Menarik Diri
Kegiatan ibadah
 Saat dirumah
Pasien mengatakan saat dirumah sholat tapi tidak
5 waktu.
 Saat dirumah sakit
Selama di RSJ pasien jarang melakukan sholat
kalau tidak disuruh.
Diagnosa Keperawatan :Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Pembicaraan : Nada bicara pasien pelan, bicara seperlunya
dan bila di ajak bicara jawabnya singkat sesuai dengan
pertanyaan yang di ajukan.
# Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Komunikasi
Verbal

Peningkatan : Pasien sering menyendiri di ruangan,


waktunya banyak dibuat tidur, melakukan aktivitas bila di
suruh atau diberi motivasi.
# Diagnose Keperawatan : Defisit Aktifitas
• Mood dan Afek
 Mood : klien sering merasa khawatir dan terganggu saat
melihat hal-hal yang membuatnya takut.
 Afek : labil

 Jelaskan :
 Klien sering berubah-ubah, tiba-tiba klien menangis tanpa
sebab kadang-kadang klien juga tertawa dan mau bergaul,
dan kadang-kadang juga terlihat sedih.
# Diagnosa Keperawatan: gangguan proses pikir
• Persepsi sensori : Klien merasa sering melihat orang atau
teman temannya memakai obat-obatan terlarang di sekitar
ruangan dan pasien pada saat makan melihat ada obat-
obatan terlarang dan juga ada pocong sehingga tidak mau
makan. Klien sering kali melihat hal tersebut pada saat
makan dan pada saat tidur dan paling sering muncul pada
malam hari. Dan pasien merasa takut saat melihat hal-hal
tersebut.
# Diagnosa Keperawatan: Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi Pengelihatan
Proses pikir

• Arus pikir : Koheren


 Klien berbicara sesuai pada umumnya, dan bisa di mengerti. Dibuktikan
dengan klien mampu menjawab pertanyaan dengan benar. (koheren)

 Isi pikir : Pikiran curiga


 Klien setiap kali diberi makanan dia selalu menolak karena dia curiga
dimakanannya ada obat-obatan terlarangnya.

 Bentuk pikir : Non realistik


 Apa yang dikatakan klien tidak sesuai dengan kenyataan dapat dibuktikan
dengan “klien sering melihat orang-orang atau teman-temannya memakai
obat-obatan terlarang diruangan yang tidak ada wujudnya”.
# Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
Aspek pengetahuan

Faktor presipitasi
 pasien mengatakan tahu tentang sakitanya, tetapi ia
tidak mengetahui tentang gangguan jiwa itu apa.
 Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang tentang penyakitnya saat
ini
# Diagnosa Keperawatan: Kurang
pengetahuan tentang penyakit yang di derita.
ASPEK MEDIS

Diagnosa Medis: F 23.2 (acute polymorphic


psychotic disorter with simptomps)
Axis 1: F 23.2 (acute polymorphic psychotic disorter
with simptomps).
DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 pasien mengatakan merasa sering  pasien lebih suka menyendiri


melihat orang atau teman-temannya  pasien lebih sering melihat ke satu
memakai obat-obatan terlarang di titik focus dengan tatapan tajam
sekitar ruangan dan pasien tidak mau  ekspresi muka murung
makan karena melihat makanan  sedih dan gelisah.
seperti melihat pocong dan merasa
ada yang member obat-obatan
terlarang di makanannya.
RENCANA KEPERAWATAN

Diangnosa Perencanaan Intervensi


keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi

Gangguan Persepsi TUM: Klien dapat Setelah 1x pertemuan 1. Bina hubungan saling
Sensori: Halusinasi mengontrol halusinasinya klien dapat membina percaya
Pengelihatan yang dialaminya hubungan saling percaya 2. Beri kesempatan klien
dengan perawat dengan untuk
TUK 1: kriteria evaluasi: ekspresi mengungkapkan
Klien dapat membina bersahabat, menunjukkan perasaannya
hubungan saling percaya rasa senang, ada kontak 3. Dengarkan ungkapan
TUK 2: mata, mau berjabat klien dengan penuh
Klien dapat mengenal tangan, mau menyebutkan perhatian ekspresi
halusinasinya nama, mau membalas perasaan klien.
salam, mau berdampingan
dengan perawat, dan mau
mengutarakan
masalahnya.
TUK 2: Setelah 1x interaksi 1. Adakan kontak
Klien dapat mengenal klien dapat sering dan singkat
halusinasinya menyebutkan: secara bertahap
Isi 2. Observasi tingkah
Setelah 1x interaksi Waktu laku klien terkait
klien menyatakan Frekuensi halusinasinya, jika
perasaan dan Situasi dan kondisi menemukan klien
responnya saat yang menimbulkan yang sedang
mengalami halusinasi: halusinasi halusinasi: bicara
Marah dan tertawa tanpa
Takut stimulus,
Sedih memandang ke
Senang kanan/ke kiri/ke
depan seolah-olah
ada teman
berbicara.
3. Bantu klien
mengenal
halusinasinya:
4. Jika klien sedang
tidak berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi,
diskusikan dengan
klien
5. Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi
(marah/takut,
sedih, senang,
bingung) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaan
6. Diskusikan dengan
klien apa yang
dilakukan untuk
mengatasi
perasaan tersebut
7. Diskusikan
tentang dampak
yang akan
dialaminya bila
klien menikmati
halusinasinya
TUK 3: 1. Setelah 1x interaksi 1. Identifikasi
Klien dapat klien menyebutkan bersama klien cara
mengontrol tindakan yang tindakan yang
halusinasinya biasanya dilakukan dilakukan jika
untuk terjadi halusinasi
mengendalikan (tidur, marah,
halusinasinya menyibukkan diri,
2. Setelah 1x interaksi dll)
klien menyebutkan 2. Diskusikan cara
cara baru yang digunakan
mengontrol klien:
halusinasi 1. Diskusikan cara
3. Setelah 1x interaksi baru untuk
klien dapat memutus/mengontr
memilih dan ol timbulnya
memperagakan halusinasi:
cara mengatasi 2. Bantu klien
halusinasinya memilih cara yang
4. Setelah 1x interaksi sudah dianjurkan
klien dan lagi untuk
melaksanakan cara mencobanya
yang telah dipilih 3. Pantau pelaksanaan
untuk yang telah dipilih
mengendalikan dan dilatih, jika
halusinasinya berhasil beri pujian.
5. Setelah 1x 3. Anjurkan dan ikut
pertemuan sertakan klien
6. klien mengikuti mengikuti terapi
terapi aktivitas aktivitas kelompok,
kelompok stimulasi
persepsi/orientasi
realita.
TUK 4: 1. Setelah 1x 1. Buat kontrak
Klien dapat dukungan pertemuan dengan keluarga
dari keluarga dalam keluarga, keluarga untuk pertemuan
mengontrol menyatakan setuju (waktu, tempat
halusinasinya untuk mengikuti dan topik)
pertemuan dengan 2. Diskusikan dengan
perawat keluarga (pada
2. Setalah 1x saat pertemuan
interaksi keluarga keluarga)
menyebutkan
pengertian, tanda
dan gejala proses
terjadinya
halusinasi dan
tindakan untuk
mengendalikan
halusinasi
TUK 5: Setelah 1x interaksi 1. Diskusikan dengan
Klien dapat klien menyebutkan: klien tentang
memanfaatkan obat • Manfaat minum manfaat dan
dengan baik obat kerugian tidak
• Kerugian tidak minum obat,
minum obat nama, warna,
• Nama, warna, dosis, dosis, cara, efek
efek terapi, dan efek terapi, dan efek
samping obat samping
penggunaan obat
Setelah 1x interaksi 2. Pantau klien saat
klien penggunaan obat
mendemonstrasikan 3. Anjurkan klien
penggunaan obat minta sendiri obat
dengan benar pada perawat agar
dapat merasakan
manfaatnya
Setelah 1x interaksi 4. Beri pujian jika
klien menyebutkan klien
akibat berhenti menggunakan obat
minum obat tanpa dengan benar
konsultasi dokter 5. Diskusikan akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
6. Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada dokter
atau perawat jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi S:


klien klien mengatakan mendengar suara–
2. Mengidentifikasi isi halusinasi suara yang mengancam saat klien
klien sedang sendiri dan muncul setiap saat
3. Mengidentifikasi waktu
halusinasi klien O:
4. Mengidentifikasi situasi yang Klien marah-marah dan menggedor-
menimbulkan halusinasi klien gedor pintu
5. Mengidentifikasi respon klien Klien tampak gelisah.
terhadap halusinasi
6. Mengajarkan klien menghardik A:
halusinasi Klien sudah mampu mengontrol dan
mampu menghardik halusinasi

P : lanjutkan SP2
Tanggal IMLEMENTASI EVALUASI

1. Membina hubungan saling S:


percaya dengan memberi salam klien mengatakan mendengar suara–suara yang
setiap interaksi mengancam dirinya. Klien mengatakan sering
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi mendengar suara-suara pada malam hari.
klien
3. Mengidentifikasi isi halusinasi O:
klien Klien tampak bingung
4. Mengidentifikasi waktu Klien kooperatif
halusinasi klien Klien menjawab pertanyaan yang diajukan
5. Mengidentifikasi situasi yang Kontak mata baik (imbal balik)
menimbulkan halusinasi klien
6. Mengidentifikasi respon klien A:
terhadap halusinasi Klien sudah mampu mengontrol halusinasinya
7. Mengajarkan klien menghardik Klien mampu menghardik halusinasi
halusinasi Klien mampu menceritakan masalah yang
dihadapi.

P : untuk klien
1. Motivasi klien untuk mau menghardik
halusinasinya.
2. Anjurkan klien untuk memasukkan dalam
kegiatan harian
Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Membina hubungan saling percaya S : klien mengatakan mendengar suara–suara yang


2. Mengevaluasi jadwal kegiatan mengancam dirinya
harian klien
3. Menerangkan betapa pentingnnya O : klien tampak mengarahkan telinga kearah suara
penggunaan obat pada ganngguan yang membisikinnya, sering memandang satu arah,
jiwa klien tampak gelisah klien tampak bingung
4. Menjelaskan akibat bila obat tidak
digunaakan sesuai program A:

5. Menjelaskan akibat bila putus obat Klien bisa diajak bicara

6. Menjelaskan cara menggunakan Klien mampu menghardik halusinasinya yang

obat dengan prinsip 6 benar sering di dengar

(benar obat, benar klien, benar Klien kooperatif

cara, benar waktu benar dosis ) Klien kontak mata baik


Klien patuh minum obat

P : untuk klien
Motivasi klien untuk teratur minum obat
Sekian

dan

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai