Anda di halaman 1dari 28

JOURNAL READING

EFFECT OF PARACETAMOL/PREDNISOLONE
VERSUS PARACETAMOL/IBUPROFEN ON POST-
OPERATIVE RECOVERY AFTER ADULT
TONSILLECTOMY

Vamelda Agustin
406172047

Pembimbing
Dr. Ardhian, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
RSUD RAA SOEWONDO PATI
ABSTRAK
Objektif Membandingkan efek Parasetamol / Prednisolon
versus Parasetamol / Ibuprofen pada
pemulihan pasca operasi tonsilektomi dewasa.

Latar Berbagai protokol analgesik digunakan untuk


mengontrol morbiditas pasca-tonsilektom
belakang
Dibutuhkan kontrol lebih baik pada populasi yang lebih tua
dikarenakan memiliki keparahan yang lebih tinggi pada nyeri
pasca-operasi dan risiko perdarahan pasca tonsilektomi
sekunder
ABSTRAK

Metode Penelitian kohort prospektif

Dilakukan pada 248 pasien berusia diatas 12


tahun, dibagi kedalam dua kelompok :
Parasetamol / Prednisolon serta Parasetamol /
Ibuprofen

Kedua kelompok dibandingkan pada 7 hari pasca


operasi mengenai rasa sakit saat istirahat,
kelelahan berbicara, asupan makanan, dan
penurunan durasi tidur; kejadian mual dan
muntah pada 2 hari pasca operasi; Insiden dan
keparahan dari perdarahan sekunder pasca
tonsilektomi.
ABSTRAK
Nyeri saat istirahat (tidak menelan - tidak berbicara) kurang dalam

Hasil kelompok I tetapi tidak mencapai signifikansi statistik (p = 0,36).

Asupan makanan lebih baik pada kelompok I tetapi tidak mencapai


signifikansi statistik (P = 0,17).

kemampuan berbicara lebih baik dengan perbedaan yang signifikan


secara statistik (P = 0,03) pada kelompok I.

Penurunan tidur kurang dengan kelompok II tetapi tidak mencapai


signifikansi statistik (p = 0,31).

Insiden muntah pada hari kedua pasca operasi kurang dalam kelompok
I dengan signifikansi statistik (p = 0,049).

Insiden perdarahan post-tonsilektomi sekunder secara signifikan lebih


tinggi pada kelompok II dengan signifikansi statistik (p = 0,046).

Tingkat keparahan episode perdarahan juga secara signifikan lebih


tinggi pada kelompok II (p = 0,045).
ABSTRAK
Kesimpulan prednisolon lebih unggul dari ibuprofen mengenai
peningkatan rasa sakit saat istirahat, asupan
makanan, kelelahan bicara dan mual dan muntah
pasca operasi.
ibuprofen memiliki dampak yang lebih baik pada tidur.

Insiden dan keparahan perdarahan pasca-tonsilektomi


sekunder secara signifikan lebih tinggi dengan
ibuprofen.

prednisolon untuk dikombinasikan dengan


parasetamol dalam protokol pengobatan pasca operasi
setelah tonsilektomi.
Latar Belakang

Operasi tonsilektomi adalah operasi yang sering dilakukan


dengan perkiraan 200.000 prosedur dilakukan di Inggris setiap
tahun [1] dan lebih dari 500.000 di Amerika Serikat

Tingkat tonsilektomi menurun di atas usia 12 tahun tetapi


kejadian morbiditas pasca operasi meningkat, termasuk nyeri
pasca operasi, perdarahan pasca-operasi,
Latar Belakang

Opioid efektif dalam mengendalikan pengobatan rasa sakit pasca operasi tetapi
berhubungan dengan efek samping (mual, muntah dan sedasi)

Analgesik nonopioid adalah analgesic pilihat pertama untuk manajemen nyeri pasca-
tonsilektomi.

Parasetamol telah digunakan secara luas sebagai analgesik pasca operasi setelah
tonsilektomi dengan analgesik sebanding dengan efek opioid

NSAID telah mengambil peran penting dalam manajemen nyeri pasca tonsilektomi.
Namun beberapa penelitian mengatakan penggunaan NSAID berhubungan dengan
peningkatan insiden perdarahan sekunder pasca-tonsilektomi

Kortikosteroid ditambahkan ke protokol pengobatan pasca-operasi untuk


meminimalkan mual pasca operasi dan muntah dan meningkatkan efek analgesik
dari analgesik non-opioid lain melalui efek anti-inflamasi
Pasien dan Metode

Penelitian kohort direkrut di Pasien yang Pasien yang


prospektif yang departemen diindikasikan untuk diteliti
dilakukan pada Otolaryngology, tonsilektomi usia
Rumah Sakit didistribusikan
248 pasien yang >12 tahun secara acak ke
diindikasikan Perawatan Medis
Khusus Al Ain dalam dua
untuk tonsilektomi kelompok yang
selama periode dari
September 2015 sama I dan II
hingga Maret 2018 menggunakan
metode
pengacakan blok
menggunakan
program excel
Inklusi & Eksklusi
Pasien yang diindikasikan untuk
tonsilektomi usia >12 tahun
pasien dengan penyakit sistemik
meningkatkan risiko infeksi seperti
diabetes mellitus dikeluarkan dari
penelitian.
Pasien dengan gangguan neurologis atau
menggunakan obat yang mempengaruhi
persepsi nyeri yang dikeluarkan dari
penelitian

kontraindikasi untuk parasetamol, prednisolon atau


ibuprofen seperti hipersensitivitas terhadap obat, ulkus
peptikum, hati atau disfungsi ginjal dikeluarkan dari
penelitian
Regimen Analgesik Pasca Operasi

Kelompok I Kelompok II
• Ibuprofen 200-400 mg PO,
• Prednisolon 1mg/KgBB setiap 6 jam (max.
(Max.60mg), 3x sehari selama 3200mg/hari) selama 10 hari
10 hari • Parasetamol 1g, setiap 4-6 jam
• Parasetamol 1g, setiap 4-6 jam jika butuh (max 5 dosis/hari)
jika butuh (max 5 dosis/hari)
Analisis statistik
• Data dikumpulkan, ditabulasi dan dianalisis secara statistik
menggunakan komputer pribadi IBM dengan Paket Statistik Ilmu
Sosial (SPSS) versi 20 dan program Epi Info 2000
Hasil
• nyeri pasca operasi dinilai pada hari ketujuh
pasca operasi
• Nyeri saat istirahat ( tidak menelan – tidak bicara) 
skala nyeri numerik 1-10
• Asupan makan  Skala Analog visual
• Kelelahan bicara  Skala Analog visual
• Penurunan jumlah jam tidur per hari
• kejadian mual dan muntah pada 2 hari pasca operasi;
• Insiden dan keparahan dari perdarahan sekunder
pasca tonsilektomi.
Tabel 1. Demografi dan data klinis dari kedua kelompok
studi
Item Group I Group II Statistical P value
test
Age 18.65 ± 19.02 ± U = 7261 0.45
6.24 6.13
Sex 76 66 Chi = 0.2
Male 1.6476
48 58
Female

7.5 ± 7.69 ± 0.69 U = 7055.5 0.23


Preoperativ 0.94
e sleep
duration
Chi: Chi square test.
U: U value of Mann Whitney U test.
Tabel 2. Perbandingan Kelompok I dan II mengenai parameter penilaian
nyeri pasca-operasi
Parameter Group I Group II Test of P value
significance
No. % No. %
Pain at High pain 21 16.9 28 22.6 Chi =1.25 0.36
rest Low pain 103 83.1 96 77.4
Dietary Highly 24 19.4 33 26.6 Chi =1.85 0.17
habits impaired
Minimally 100 80.6 91 73.4
impaired
Tiredne High 10 8.1 21 16.9 Chi = 4.46 0.03
ss of tiredness
Speech Low 114 91.9 103 83.1
tiredness
Decrease of 1.33 ± 1.25 ± U = 7114.5 0.31
sleeping hours 0.49 0.43
per day
(Mean ± SD)
Tabel 3. Perbandingan kedua kelompok studi
mengenai kejadian muntah di pertamahari pasca
operasi

Group I Group II Chi square


Incident of Vomiting test P Value
No. % No. %

Vomiting 7 5.6 16 12.9 3.88


0.049

No vomiting 117 94.4 108 87.1

Total 124 100 124 100


Tabel 4. Perbandingan kedua kelompok studi
mengenai kejadian perdarahan sekunder pasca
tonsilektomi
Incident of Group I Group II Chi square P Value
bleeding test
No. % No. %

Bleeding 3 2.4 10 8.1 3.98 0.046

No Bleeding 121 97.6 114 91.9

Total 124 100 124 100


Tabel 5. Perbandingan kedua kelompok studi mengenai
keparahan perdarahan pasca-tonsilektomi

• A1:luka tetap kering tanpa


koagulum setelah diperiksa.
Grade Group I Group Chi P • A2; ada koagulum setelah
diperiksa dengan luka kering
II square Value setelah pengangkatan.
• B: perdarahan aktif , disertai
test luka kering dan jumlah darah
dalam kisaran normal dan
Grade 2 0 8.07 0.045 tidak ada syok.
• C; di indikasikan perawatan
A2 1 7
bedah dengan anestesi
Grade B 0 2 umum dengan jumlah darah
masih dalam batas normal
Grade C 0 1 dan tidak ada syok.
• D; perdarahan yang dramatis,
Grade D 3 10 hemoglobin menurun,
transfusi darah dan
Total penatalaksanaan operasi
yang sulit, serta mungkin
diperlukan perawatan intensif
Pembahasan

• Operasi tonsilektomi diikuti oleh beberapa morbiditas, yang


Diakibatkan oleh rasa sakit seta ketidaknyaman pasca-operasi.
• Disfagia
• gangguan bicara
• gangguan tidur
• mual dan muntah.
Pembahasan
• Penelitian ini, dipilih kelompok usia ≥ 12 tahun
• lebih kooperatif dari pada pasien yang lebih muda dengan estimasi
skor gejala yang lebih akurat. Gejala nyeri pasca operasi
tonsilektomi lebih parah pada usia yg lebih tua.
Pembahasan

• Pada penelitian sebelumnya  efek analgetik prednisone +


parasetamol memiliki efek analgetik yang sebanding dengan
opioid.
• Prednisolon  Efek Antininflamasi/ antioedematous bersama-
sama dengan efek analgesik (penelitian Dan et al. 2010)
Pembahasan
• Pada kelompok kedua, gabungan penggunaan ibuprofen dan
parasetamol menambahkan efek analgesik dan anti-
ininflamasi ibuprofen pada efek analgesik parasetamol.
• ibuprofen memiliki efikasi efek analgesic yang sebanding dengan
opioid. (Badwell et al, tahun 2014 dan Kelyy et al tahun 2015)
Pembahasan

• Dalam studi saat ini, nyeri saat istirahat dan asupan


makanan lebih baik pada kelompok I tetapi tidak mencapai
signifikansi statistik. kemampuan berbicara, mual dan
muntah yang secara signifikan lebih baik dalam kelompok ini
juga.
• Edema orofaringeal setelah tonsilektomi mengganggu
kemampuan berbicara dan menelan. Efek anti oedematous
prednisolon  kemampuan berbicara dan kemampuan
menelan yang lebih baik
• kortikosteroid dikenal untuk meningkatkan nafsu makan , juga
dikenal memiliki efek antiemetik yang kuat setelah anestesi
pada umumunya  memiliki efek sejenis pada pasca-
tonsilektomi
Pembahasan
• Dalam studi kami, kejadian perdarahan sekunder pasca-tonsilektomi
yang secara signifikan lebih rendah dengan parasetamol –
prednisolone, dan lebih tinggi pada kelompok parasetamol-ibuprofen
sesuai dengan sistem klasifikasi diadopsi dari Samy et al pada tahun
2001[12]
• Hasil ini sejalan dengan penelitian Møiniche dkk. pada tahun 2003,
dalam meta-analisis mereka , pemberian NSAID meningkatkan
kemungkinan operasi ulang karena perdarahan terutama pada
periode pasca-operasi
Pembahasan
• NSAID non-aspirin menghasilkan kecenderungan perdarahan
sistemik  menghambat siklooksigenase trombosit secara
reversibel, sehingga menghalangi pembentukan tromboksan A2.
(Schafer, 1955)
• Efek NSAID individu pada fungsi ex vivo trombosit, waktu
perdarahan, dan perdarahan klinis tergantung setidaknya sebagian
pada dosis, tingkat serum, dan obat paruh.
Pembahasan
• Di sisi lain, Palme dkk. pada tahun 2000[17] menemukan perbedaan
yang tidak signifikan antara penggunaan plasebo atau prednisolon
setiap hari terhadap perdarahan pasca-tonsilkektomi.
• Thong et al. pada tahun 1978 [30]. menyatakan bahwa dosis klinis
konvensional dari prednisone tidak merusak fungsi trombosit dan
tidak meningkatkan hemostasis primer pada subyek normal yang
diukur dengan waktu pendarahan.
Pembahasan
• Keterbatasan penelitian :
• jumlah pasien yang relatif sedikit dibandingkan dengan penelitian
lain.
• operasi yang dilakukan oleh seorang ahli bedah tunggal dalam
satu pusat tunggal.
• tingkat tonsilektomi menurun setelah usia 12 tahun.
• Metode lain dari tonsilektomi selain dari coblation harus dinilai
untuk mengontrol rasa sakit pasca-operasi.
Kesimpulan
• Kedua ibuprofen dan prednisolon efektif sebagai bagian dari regimen
pengobatan pasca operasi setelah tonsilektomi pada orang dewasa.
• prednisolon > ibuprofen mengenai peningkatan rasa sakit saat
istirahat, asupan makanan, kelelahan bicara dan mual-muntah pasca
operasi.
• ibuprofen > Prednison pada durasi tidur
• Insiden dan keparahan perdarahan pasca-operasi amandel sekunder
yang secara signifikan lebih tinggi dengan ibuprofen.
• Sehingga pemilihan prednisolon untuk digabungkan dengan
parasetamol dalam pasca-operasi lebih unggul sebagai protocol
pengobatan pasca-tonsilektomi.

Anda mungkin juga menyukai