Anda di halaman 1dari 43

1

Presentasi Kasus
Berat Badan Lahir
Rendah
OLEH: HERMELIEN SABRINA
PEMBIMBING: dr. Andri Firdaus, Sp.A
PENDAHULUAN 2
o Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram
o Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang
lebih tinggi dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan
sosial ekonomi yang rendah, dimana para ibu yang hamil
menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan.
Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang
tidak memadai untuk antenatal care.
o Untuk perawatan BBLR pun mencakup mempertahankan suhu
dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermia karena tipisnya
cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya
pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga
kehangatan tubuhnya. Upaya yang paling efektif
mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan
menggendong bayi.
3

 Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsip-prinsip


pencegahan infeksi. Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan
mencuci tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang
bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar.
 Refleks menelan pada BBLR belum sempurna. Oleh karena itu,
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati. Minum sangat
diperlukan BBLR dan prematur, selain untuk pertumbuhan juga harus
ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya.
 Untuk tumbuh dan berkembang sempurna bayi BBLR dan prematur
harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung
karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan
BBLR
Identitas Pasien 4

By. Ny. Mega Laki-laki 29 hari Islam

Dusun Lampean II, Kec.


Lemahaban, 723949
Karawang
Riwayat Penyakit Sekarang 5

 Bayi (pasien) lahir secara spontan di klinik dibantu oleh bidan. Lahir
dengan ketuban hijau, presentasi belakang kepada dan segera
menangis. Berat lahir 1640 gram, Lingkar kepala: 28 cm. Apgar score
5/7, anus (+) dan cacat (-). Berat badan pasien 2115 gram dan
panjang badan 43 cm dan lingkar kepala 30 cm. Ibu memberikan susu
formula kepada pasien dikarenakan ibu tidak dapat mengeluarkan ASI.
6
Riwayat Kehamilan/Kelahiran
ibu pasien pada saat hamil hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), ISK
(+)
Masa gestasi: 35 minggu
Berat lahir: 1630 gram
Panjang lahir: 40 cm
Lingkar kepala: 28 cm
Langsung menangis (+), kemerahan (+)
Apgar score: 5/7
 asfiksia sedang, preterm, kecil masa kehamilan

Riwayat Makanan
 ibu pasien memberiksan susu formula pada pasien dikarenakan ibu pasien
tidak dapat menghasilkan ASI
Riwayat Imunisasi 7

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)

Hepatitis B 0 bln

BCG

Polio

DPT/PT

Hib

Campak

 imunisasi dasar pasien lengkap sesuai dengan usia


8
Riwayat keluarga
Ibu menderita penyakit ISK ketika hamil usia 2-3 bulan, selain ibu tidak ada
dalam keluarga yang menderita suatu penyakit sebelumnya dan ayah
pasien merokok 1 bungkus/hari dan merokok di luar rumah.
 kesehatan keluarga pasien cukup baik.

Riwayat Lingkungan Perumahan


Lingkungan perumahan padat penduduk. Pasien tinggal dalam satu
rumah dengan 1 kamar tidur yang ditinggali sebanyak 5 orang anggota
keluarga lainnya, pencahayaan dan ventilasi cukup. Terdapat toilet di
rumah dan air bersumber dari air PAM.
 Rumah termasuk sempit untuk ditempati pasien dan anggota keluarga
lainnya, sanitasi lingkungan cukup baik.
9

Riwayat Sosial Ekonomi


 penghasilan orang tua pasien cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Pemeriksaan Fisik 10

STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
 Kesan sakit : tidak tampak sakit
 Kesadaran : compos mentis
 Kesan gizi : tampak gizi baik
 Keadaan lain : tangis kuat, gerak aktif, dyspnoe (-), sianosis (-), ikterik
(-), pucar (-)
Data antropometri
 Berat badan : 2115 gram
Tanda Vital
 Panjang badan : 43 cm
Nadi : 174x/menit
Status Pertumbuhan (dengan menggunakan kurva Fenton):
Nafas : 42x/menit
 BB/U  antara persentil 50 dan 10  baik Suhu : 36,7°C
 PB/U  antara persentil 50 dan 10  baik
11

Kepala normocephal (LK = 28cm), UUB terbuka datar, caput (-), cephalhematom (-)

Rambut hitam, tidak terlalu tebal, tidak mudah dicabut.

Wajah dismorfik wajah (-), simetris (+)

Mata Oedem palpebra (-/-), Visus tidak diperiksa, Ptosis (-/-), Lagoftalmos (-/-), Sklera ikterik
(-/-), Cekung (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), Injeksi (-/-), Eksoftalmos (-/-), Enoftalmos (-/-),
Strabismus (-/-), Pupil bulat & isokor, Refleks cahaya (+/+)

Telinga normotia, Nyeri tarik aurikula (-/-), Nyeri tekan tragus (-/-), Liang telinga tidak hiperemis,
oedem (-/-).
Hidung Tidak ada kelainan bentuk, Napas cuping hidung (-), Sekret (-/-), Deviasi septum (-),
Mukosa hiperemis (-/-)
Bibir labio-palato-gnatoskisis (-), sianosis (-)

Mulut hipersalivasi (-), palatoskisis (-), reflex isap (+)


12

Lidah bentuk lidah normal, sianosis (-)

Tenggorokan tidak dapat diperiksa

Leher KGB dan tiroid tidak membesar


Thoraks  simetris fusiformis, retraksi (-)
13

Jantung
• Inspeksi : iktus kordis terlihat di ICS V linea midclavicularis
• Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis
sinistra
• Perkusi : Tidak dilakukan
• Auskultasi : HR = 174x/menit, Bunyi S1 s2 reguler, murmur (-)

Paru
• Inspeksi : gerak nafas simetris, pola nafas abdomino-thorakal
• Palpasi : RR = 42x/menit, ireguler, tidak ada gerakan dinding yang
tertinggal
• Perkusi : tidak dilakukan
• Auskultasi : rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen 14
• Inspeksi : buncit, tali pusat berwarna kuning segar
• Auskultasi : Bising usus 3x/menit
• Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen
• Palpasi : Supel, turgor kulit baik

Genitalia/Anus
• Jenis kelamin laki-laki

KGB
• Preaurikuler : tidak teraba membesar
• Postaurikuler : tidak teraba membesar
• Superior cervical : tidak teraba membesar
• Submandibula : tidak teraba membesar
• Supraclavicula : tidak teraba membesar
• Axilla : tidak teraba membesar
• Inguinal : tidak teraba membesar
15

• Inspeksi : sianosis eks sup (-/-), eks inf (-/-),


kelainan kongenital (-)

Ekstremitas • Palpasi : akral hangat eks sup (+/+), eks inf(+/+),


oedem eks sup (-/-), eks inf (-/-)
• Kulit : sianosis (-)
RESUME 16

 By. Ny. M, Laki-laki, usia 29 hari, lahir dengan berat badan lahir 1630 gram
pada usia kehamilan 35 minggu, lingkar kepala 28 cm, dan lingkar dada 25
cm. Ibu pasien dengan G1P1A0H1, ketuban hijau, spontan dengan presentasi
belakang kepala dan segera menangis. Apgar score 5/7, anus (+), meco (-),
cacat (-). Ibu pasien mengalami ISK saat usia kehamilan 2-3 bulan, tidak
menderita hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung saat sedang
hamil. Pasien lahir dengan asfiksia sedang, preterm, dan kecil masa
kehamilan. Ibu memberikan susu formula kepada pasien dikarenakan ibu
tidak dapat mengeluarkan ASI. Imunisasi lengkap sesuai usia, kesehatan
keluarga pasien baik, rumah termasuk sempit untuk ditempati pasien dan
dan sanitasi lingkungan cukup baik, penghasilan orang tua pasien cukup
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tidak tampak
sakit, , tangis kuat, gerak aktif, dyspnoe (-), sianosis (-), ikterik (-), pucat (-).
Status Pertumbuhan :
BB/U  antara persentil 50 dan 10  baik 17
PB/U  antara persentil 50 dan 10  baik

Tanda vital: nadi 174x/menit, nafas: 42x/menit, Mata : pupil bulat isokor, RC +/+, CA -/-,
dan suhu 36,7°C cekung -/-, SI -/-
Telinga : normotia
Hidung : tidak ada kelainan bentuk, sekret -
Status generalis: /-, nafas cuping hidung -/-
Kepala : normocephal normocephal (LK = Bibir : labio-palato-gnatoskisis (-),
28 cm), UUB terbuka datar, caput (-), sianosis(-)
Cephalhematom (-) Mulut : hipersalivasi (-), palatoskisis (-),
Rambut : hitam, tidak terlalu tebal, tidak reflex isap (+)
mudah dicabut Lidah : bentuk lidah normal, sianosis (-)
Wajah : dismorfik wajah (-), simetris (+)

RESUME
Thoraks : simetris fusiformis, retraksi (-)
: HR = 174x/menit, reguler, murmur (-) 18
: RR = 42x/menit, ireguler, rh -/-, wh -/-
Abdomen : buncit, omfalokel (-), tali pusat berwarna kuning segar, timpani,
supel, turgor kulit baik
Genitalias : Laki-laki,

KGB : tidak teraba membesar


Ekstremitas : kelainan kongenital (-)
: AH eks sup (+/+) , inf (+/+)
: sianosis eks sup (-/-), inf (-/-)
: oedem eks sup (-/-), inf (-/-)
Kulit : sianosis (-), jejas (-)

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan.

RESUME
Diagnosis Kerja/Banding 19

Diagnosis Kerja Diagnosis Banding

• Asfiksia sedang •(-)


• Neonatus
kurang bulan
• Kurang masa
kehamilan
Pemeriksaan Anjuran 20

• Pemeriksaan darah rutin


Penatalaksanaan 21

 ASI/ Pengganti ASI


 Pertahankan kehangatan bayi
 Merawat tali pusat
22

Follow Up
(Tidak dilakukan karena pasien tidak dirawat hanya
kontrol pada poli anak)
Prognosis 23

Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Definisi 24

 Berat Bayi Lahir Rendah atau sering disebut sebagai BBLR adalah
bayi yang dilahirkan dengan berat lahir yang kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi.
Epidemiologi 25

 Prevalensi BBLR di dunia diperkirakan sekitar 15% dari seluruh


kelahiran, dengan batasan 3,3%-38%,
 BBLR merupakan salah satu faktor utama terjadinya peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
dapat memberikan dampak jangka panjang dalam kehidupan di
masa depan
Klasifikasi 26

Berdasarkan derajatnya
 Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight
(LBW) dengan berat lahir 1500 – 2499 gram.
 Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low
birth weight (VLBW) dengan berat badan lahir 1000 –
1499 gram.
 Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau
extremely low birth weight (ELBW) dengan berat badan
lahir < 1000 gram
Klasifikasi 27

Berdasarkan masa gestasinya :


 Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala
relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan
kurang, tangisnya lemah dan jarang.
 Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin.
Etiologi 28
 Penyebab terbanyak yang mempengaruhi adalah kelahiran prematur.
Bayi prematur harus dipersiapkan agar dapat mencapai tahapan tumbuh
kembang yang optimal seperti bayi yang lahir cukup bulan sehingga
akan diperoleh kualitas hidup bayi yang lahir prematur secara optimal
pula.
 Faktor ibu
 Penyakit  Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung Penyalahgunaan
obat, merokok, konsumsi alkohol.
 Ibu  Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau
pendek (kurang dari 1 tahun). Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
 Keadaan sosial ekonomi  Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
Etiologi 29

 Faktor janin
 Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, gawat janin, dan
kehamilan kembar.
 Faktor plasenta
 Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
Patofisiologi 30

 Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya
lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.
 Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
suplai makanan ke bayi jadi berkurang
 Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
31

 Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR.
 Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
 Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
Perawatan BBLR 32

Mempertahankan suhu dengan ketat


 BBLR mudah mengalami hipotermia karena tipisnya cadangan lemak
di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di
otak. Untuk itu, BBLR harus selalu dijaga kehangatan tubuhnya.
 Upaya yang paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah
sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut
metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu
didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan
kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya.
 Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam
sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya, serta
menggunakan lampu penghangat atau alat pemancar panas.
Perawatan BBLR 33

Mencegah infeksi dengan ketat


 Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu cara
pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan harus
dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera
membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak
mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit,
terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan
pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal.
Perawatan BBLR 34
Pengawasan nutrisi dan ASI
 Refleks menelan pada BBLR belum sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi
harus dilakukan dengan hati-hati. Minum sangat diperlukan BBLR dan prematur,
selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar
ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI). ASI
ibu memang paling cocok, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein
tinggi serat.
 Bayi dengan usia kehamilan ibu di atas 34 minggu dapat disusukan langsung
kepada ibu karena refleks hisap dan menelannya biasanya sudah cukup baik.
 Bayi yang usia kehamilan ibu 32 minggu hingga 34 minggu (berat badan 1500 –
1800 gram) seringkali refleks menelan cukup baik, namun refleks menghisap masih
kurang baik, oleh karena itu, ibu dapat memerah ASI dan ASI dapat diberikan
dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet.
 Jika bayi lahir dengan usia kehamilan ibu kurang dari 32 minggu (berat badan
1250 – 1500 gram), bayi belum memiliki refleks hisap dan menelan yang baik,
maka ASI perah diberikan dengan menggunakan pipa lambung/orogastrik
(sonde).
Perawatan BBLR 35

 Dalam berbagai kasus, susu formula BBLR selalu dijadikan alternatif jika
ibu memilih untuk tidak mau maupun tidak mampu memberikan ASI.
 Untuk tumbuh dan berkembang sempurna bayi BBLR dan prematur
harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung
karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan
BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat
digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi.
Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam
enam bulan pertama.
Perawatan BBLR 36

Penimbangan ketat
 Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat
karena peningkatan berat badan merupakan salah satu
status gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
tubuh.
Perawatan Metode Kanguru 37

 Satu cara untuk menolong bayi mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga
bayi tetap kontak kulit dengan kulit ibunya. Perawatan metode kanguru adalah
suatu cara agar BBLR terpenuhi kebutuhan khusus mereka terutama dalam
mempertahankan kehangatan suhu tubuh. Metoda ini berguna untuk
mempercepat terjadinya kestabilan suhu tubuh
 Syarat melakukan PMK :
 Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas
 Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum
 Bayi tidak Kejang
 Bayi tidak Diare
 Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit
1. Posisi 38

 Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu


sehingga kulit bayi menempel pada kulit ibu.
 Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum
memegang bayi.
 Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan
dibelakang leher sampai punggung bayi.
 Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha
(perempuan) atau kaos dalam (laki-laki)
selama PMK.
 Topang bagian bawah rahang bayi dengan
ibu jari dan jari-jari lainnya, agar kepala bayi
tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran
napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
 Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan
antara kulit dada ibu dan bayi seluasluasnya. 39
 Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan,
sebaiknya ibu memakai baju yang longgar dan
berkancing depan.
 Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat
bernapas dengan baik.
 Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi
hangat, memakai popok dan memakai kaus kaki.
 Ayah dapat bergantian dengan ibu dalam PMK. PMK
tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan
jika ibu mengunjungi bayinya yang masih berada
dalam perawatan di inkubator dengan durasi minimal
satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau
disebut PMK intermiten.
 Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu yang
dapat dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan
yang dipergunakan untuk perawatan metode kanguru
disebut PMK kontinu
2. Nutrisi 40

 Selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI.


 Melalui PMK akan mendukung dan mempromosikan pemberian ASI
eksklusif, karena ibu menjadi lebih cepat tanggap bila bayi ingin
menyusu. Bayi bisa menyusu lebih lama dan lebih sering.
 Bila bayi dibawa ke fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu menelan
ASI dapat dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
3. Dukungan 41

 Keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk


pelaksanaan perawatan metoda kanguru. Di fasilitas
kesehatan , pelaksanaan PMK akan dibantu oleh petugas
kesehatan.

4. Pemantauan
 BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan lebih
cepat (berat < 2000 gram) harus dipantau untuk tumbuh kembangnya.
Apabila didapatkan tanda bahaya harus dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih lengkap. Kunjungi BBLR minimal dua kali dalam minggu
pertama, dan selanjutnya sekali dalam setiap minggu sampai berat
bayi 2500 gram dengan mempergunakan algoritma MTBM.
42
Daftar Pustaka 43
 Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-
30. Edition 15 Th 2008 Mc Graw Hill Companies.
 Rudolf’s Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill Companies.
 Surasmi A., Handayani S., Nurkusuma H. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi, cet. 1. Jakarta: EGC, 2008; 30-56
 Nelson. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak,
Ed. 15, Vol. 1, Jakarta: EGC, 1996; 562-72
 I.D.A.I. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, artikel tanggal 19 Mei 2018.
 American Hearth Association. Circulation :Neonatal Resuscitation. USA. 2015.
 Buku Pemeriksaan Klinis Pada Bayi & Anak. edisi ke-3. Jakarta:Sagung Seto. 2014
 Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. 2010.

Anda mungkin juga menyukai