Anda di halaman 1dari 24

Dental Adhesive

KELOMPOK 4 :
1. ISHANA RAISA HAFID (J2A013004P)
2. MUIZZUDIN AZZA (J2A013005P)
3. SALSABILA MILATINA ASKIYAH (J2A0130P)
4. SITI NURAINI AYU NINGJANAH (J3A018017)
Konsep dasar Adhesion
(Gopikrishna, 2015)

The American Society for Testing and Materials :


pertemuan dua permukaan yang saling melekat dengan kekuatan
interfacial, yang dapat berisikan kekuatan valensi ataupun kekuatan
interlocking antara keduanya

Asal kata Latin  Adhaerere bearti menempel

Adhesi atau bonding : perlekatan satu subtansi dengan substansi


lainnya (gigi dan bahan)
Dental Adhesive
Terdiri atas 3 komponen (Gopikrishna, 2015) :
1. Etsa
Ditemukan oleh Michael Buonocore (1950s) yang efektif untuk meningkatkan ikatan dan marginal
seal antara resin dan enamel/dentin dengan mengaplikasikan asam fosfat 37% selama 15 detik di
permukaan gigi dan diikuti pembilasan dengan air selama 20 detik.
2. Primer
Merupakan predominan hidrofilik seperti HEMA yang akan larut pada solvent (aseton/air/alcohol)
sehingga memicu infiltrasi monomer resin kedalam dentin yang telah di etsa
3. Adhesive
Disebut juga bonding agent, berisi monomer resin hidrofobik, pengatur viskositas seperti TEGMA
dan monomer hidrofilik seperti HEMA untuk menyediakan struktur yang nantinya berlekatan
dengan komposit
Enamel adhesion
Variasi konsentrasi asam fosfat telah digunakan. Sering 30% - 40%  37% yang
banyak digunakan (Ritter, Andre et al, 2019)
Waktu pengetsaan selama 60 detik direkomendasikan pada enamel gigi
permanen dengan 30-40% asam fosfat. Pada gigi desidui membutuhkan waktu
yang lebih lama karena belum teratur bentuk prisma enamelnya. (Ritter, Andre
et al, 2019).
Pada studi lain menunjukan bahwa enamel tidak harus dietsa lebih dari 15 – 20
detik. Jika lebih lama, akan menghasilkan etsa yang terlalu dalam sehingga
bonding tidak dapat masuk secara maksimal  dead space  masuknya cairan
rongga mulut  karies sekunder dan diskolorasi margin. (Garg, Nisha et al, 2015)
Resin Komposit - Enamel
Hidrofobik resin komposit akan menempel pada enamel secara mikro-mekanik
Prisma enamel dengan ultrastructure kristalin  perlekatan

Cara enamel bonding (Garg, Nisha et al, 2015):


Keringkan kavitas dan isolasi untuk mencegah adanya kontaminasi saliva atau cairan krevikular gingiva
Letakan etsa asam (asam fosfat 37%) pada permukaan enamel yang telah dipreparasi selama 10 - 20
detik
Cuci semua etsa asam selama 10 – 10 detik dan keringkan permukaan enamel. Permukaan enamel
yang telah teretsa dengan baik akan terbentuk frosty white appearance saat kering
Aplikasikan bonding agent pada seluruh permukaan enamel yang telah di etsa
Mekanisme etsa enamel
Etsa asam  permukaan enamel irregular dengan kedalaman 5 – 50 micron 
micromechanical interlocking antara resin dan enamel (Garg, Nisha et al, 2015)

Efek etsa pada enamel (Banerjee and Watson, 2011):


1.Menghilangkan kontaminasi pada permukaan, seperti saliva, smear layer dan
substansi protein
2.Meningkatkan area permukaan untuk bonding
3.Memproduksi mikroporus/micro-irregularity pada permukaan prisma enamel 
retensi mikromekanikal
Bonding Enamel
(Garg, Nisha et al, 2015)

Aplikasikan agen bonding pada permukaan enamel


yang telah di etsa.
Akan membentuk resin tag pada prisma enamel
(macrotags) dan pada rod enamel (microtags)
yang akan menjadi dasar permukaan enamel
untuk menciptakan mekanisme enamel-resin
adhesion
Dentin Adhesion
(Banerjee and Watson, 2011)

Etsa dan bonding pada dentin lebih sulit daripada enamel  perbedaan morfologi,
histologi dan komposisi
o Dentin lebih banyak kandungan air dan adanya cairan di tubulus dentin  menutunkan ikatan
resin komposit
◦ Volume hidroksiapatit inorganic dentin < enamel
◦ Kristal hidroksiapatit tidak teratur < enamel
◦ Adanya smear layer
◦ Berisikan tubulus dentin yang berisikan prosesus vital seperti pulpa dan odontoblas  struktur
sensitive
Resin komposit - dentin
Fungsi etsa di dentin (Banerjee and Watson, 2015) :
1.Menghilangkan smear layer dentin yang terbentuk dari proses preparasi kavitas
2.Membantu menghilangkan dan melebarkan orifice tubulus dentin
3.Demineralisasi permukaan dentin  fiber kolagen terlihat pada matriks dentin

Perlekatan bonding memiliki struktur bifungsional (Garg, Nisha et al, 2015) :


M ------------------- R ---------------------- X
Dimana :
M adalah ikatan ganda metakrilat yang akan berkopolimerisasi dengan resin komposit (hidrofobik)
R adalah jarak dimana membuat molekul besa
X grup fungsional untuk berikatan dengan dentin (hidrofilik)
Moist vs Dry Dentin
(Garg, Nisha et al, 2015)

Pengetsaan dentin  menghilangkan smear layer dan mineral  membuka fiber


kolagen dan terisi air
Air  mempertahankan fiber kolagen dan menyediakan ruang untuk infiltrasi resin

Jika permukaan dentin terlalu dikeringkan  fiber kolagen collapse dan demineralisasi
dentin  matrik organic mengalami denaturasi  sulit masuknya bahan adhesive ke
dentin
Jika permukaan dentin terlalu basah  air melarutkan primer  sulit masuknya bahan
adhesive ke dentin
Moist  struktur fiber kolagen tidak collapse sehingga penetrasi lebih baik
Klasifikasi Bonding Kedokteran Gigi
(Apriyono, 2010)

Generasi pertama
Pada tahun 1956, Buonocore dkk, meneliti bahwa glycerophosphoric acid dimethacrylate
mengandung bahan resin yang dapat melekat pada dentin melalui etsa asam. Perlekatan ini
merupakan hubungan antara molekul resin dengan ion kalsium hidroksiapatit. Adanya air (kondisi
basah) dapat mengurangi kekuatan perlekatan. Sembilan tahun kemudian Bowen menemukan
Nphenylglycine and glycidyl methacrylate (NPG-GMA).

NPG-GMA adalah molekul bifungsi atau agen ganda, yang berarti bahwa salah satu ujung
molekul berikatan dengan dentin sedangkan yang lainnya (berpolimerisasi) berikatan dengan resin
komposit. Kekuatan perlekatan dari sistem ini hanya 1 sampai 3 megapaskal yang memberikan efek
klinis sangat rendah. Bahan ini direkomendasikan terutama untuk kavitas kecil, seperti kelas III dan
kelas V.
Generasi kedua
Diperkenalkan pada akhir 1970-an. Sebagian besar generasi kedua ini
berisi ester halophosphorous seperti bisphenol-A glycidyl methacrylate
(bisGMA) , atau hydroxyethyl methacrylate (HEMA).
Mekanisme sistem generasi kedua adalah terbentuknya ikatan ionik
dengan kalsium melalui kelompok chlorophosphate. Generasi kedua ini
memiliki perlekatan yang lemah, dibandingkan dengan sistem generasi kelima-
keenam, tetapi memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan sistem generasi
pertama. Merupakan pengembangan bahan bonding generasi pertama yaitu
adanya penghapusan smear layer. sistem ini awalnya tidak melibatkan dentin
melalui pengetsaan, maka sebagian besar bahan adhesif melekat pada smear
layer, sehingga sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang lemah dengan
dentin.
Generasi ketiga
Sistem generasi ketiga dikenalkan sekitar tahun 1980-an yaitu
penggunaan etsa asam pada dentin dan bahan primer yang didesain untuk
penetrasi ke tubulus dentin sebagai metode untuk meningkatkan kekuatan
perlekatan. Sistem ini meningkatkan kekuatan perlekatan ke dentin sebesar
12MPa-15MPa dan mengurangi terjadinya microleakage.
Generasi ketiga ini adalah jenis bonding yang terikat tidak hanya untuk
struktur gigi, tetapi juga untuk logam gigi dan keramik, namun penelitian
menunjukkan bahwa retensi perekat dengan bahan ini mulai menurun setelah 3
tahun.
Generasi keempat
Penghilangan secara keseluruhan smear layer dicapai dengan sistem
bonding generasi keempat. Fusayama dkk melakukan etsa dengan asam fosfat
40% yang menyebabkan kerusakan serat kolagen karena proses etsa yang tak
terkontrol pada dentin, sehingga pada tahun 1982, Nakabayashi dkk
melaporkan pembentukan hybrid layer yang dihasilkan dari polimerisasi
metakrilat dan dentin.
Penggunaan teknik total etsa adalah salah satu ciri utama dari sistem
bonding generasi keempat. Teknik total etsa membolehkan etsa enamel dan
dentin secara simultan dengan menggunakan asam fosfat selama 15 sampai 20
detik. Permukaan harus dibiarkan lembab untuk menghindari kerusakan
kolagen. penerapan bahan primer hidrofilik dapat masuk ke jaringan kolagen
yang terbuka membentuk hybrid layer.
Generasi kelima
Dikenalkan pada pertengahan tahun 1990-an. Sistem bonding ini bertujuan untuk
menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi langkah aplikasi bonding dan
mempersingkat waktu kerja.
Generasi kelima ini disebut one-bottle yang merupakan kombinasi antara bahan primer
dan bahan adhesif dalam satu cairan untuk diaplikasikan setelah etsa enamel dan dentin secara
bersama-sama (the total-etch wet-bonding technique) dengan 35-37% asam fosfat selama 15
sampai 20 detik. Sistem ini menghasilkan mechanical interlocking melalui etsa dentin,
terbentuknya resin tags, percabangan bahan adhesif dan pembentukan hybrid layer serta
menunjukkan kekuatan perlekatan yang baik pada email dan dentin.
Bonding generasi kelima menggunakan sistem adhesif total etch, yaitu sistem adhesif
yang mengarah pada tindakan pengangkatan smear layer saat mengetsa dentin dan kemudian
dilakukan pembilasan.
Generasi keenam
Mulai dikenalkan pada akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. Watanabe
dan Nakabayashi mengembangkan self-etching primer yang merupakan larutan 20% phenyl-P
dalam 30% HEMA untuk bonding email dan dentin secara bersama-sama.
Kombinasi antara etsa dan bahan primer adalah langkah yang dapat mempersingkat
waktu kerja dengan menghilangkan proses pembilasan etsa dengan air dan juga mengurangi
risiko kerusakan kolagen, namun self-etching primer memiliki kelemahan dalam penyimpanan,
yaitu harus diperhatikan supaya formulasi cairan tidak rusak, sehingga saat aplikasi dapat
menyisakan smear layer diantara bahan adhesif dan dentin.
Efektivitas self-etching primer pada permukaan email ternyata kurang kuat hasilnya
bila dibandingkan etsa dengan asam fosfat. Penghilangan smear layer dengan langkah etsa
terpisah sebelum aplikasi bonding akan menghasilkan perlekatan dengan dentin yang kuat dan
tahan lama. Generasi keenam menunjukan kekuatan bonding yang lemah dibandingkan
dengan generasi kelima atau keempat.
Generasi ketujuh
Sistem Bonding Generasi ketujuh merupakan bahan adhesif “all in one” yaitu
kombinasi antara bahan etsa, bahan primer, dan bonding dalam satu larutan. Mulai dikenalkan
pada akhir tahun 2002-an.
Sistem adhesif self etch pada generasi keenam disebut juga sistem adhesif two step
self etch (2 tahap), selanjutnya tahapan aplikasi lebih disederhanakan menjadi sistem 1 tahap
(satu botol) pada bonding generasi ke tujuh yang disebut sebagai one step self etch, namun
tetap menggunakan kombinasi monomer resin hidrofobik dan hidrofilik dan nilai kekuatan
ikatan pada dentin dalam kisaran yang dapat diterima secara klinis. Sistem adhesif self etch
memiliki kelebihan dibandingkan total etch yaitu dapat mengurangi sensitifitas gigi paska
operatif selain itu, sistem ini menggabungkan teknik etsa, pemberian monomer hidrofilik atau
primer dan adhesif pada struktur gigi dalam 1 tahap prosedur aplikasi sehingga tahapannya
makin singkat.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan hasil bahwa generasi ini memiliki
kekuatan perlekatan dan penutupan daerah margin sama dengan sistem generasi keenam
Total etch vs. Self etch
Daftar Pustaka
Apriyono, Dwi Kartika. 2010. Perkembangan Bonding dalam Kemajuan Restorasi Estetik.
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 hal 124-128
Banerjee, Avijit. Timothy F Watson. 2011. Pickard’s Manual of Operative Dentistry. Ninth Edition.
Oxford University Press : United States
Garg, Nisha. Amit Garg. 2015. Textbook of Operative Dentistry. Third Edition. Jaypee Brother
Medical Publisher : New Delhi
Gopikrishna, V. 2015. Preclinical Manual of Conservative Dentistry and Endodontics. Elsevier :
Missouri
Ritter, Andre V. Lee Boushell. Ricardo Walter. 2019. Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry. Seventh Edition. Elsevier : Missouri
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai