Anda di halaman 1dari 13

Program Perencanaan Gizi

“6 Indikator Pelayanan Gizi”

Afriska Lestantina
Lydia Sona
Martina Puspa Juwita
Murti Riyanti
Putu Senda Putri
Paramita
Retno Desita Putri
Shinta Yuni Nursara
Latar Belakang

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang


pemerintahan daerah telah menetapkan bidang kesehatan
merupakan urursan wajib yang harus dilaksanakan oleh
Kabupaten atau Kota. Penyelenggaraan urusan wajib oleh
daerah merupakan perwujudan otonomi yang
bertanggungjawab, yang intinya merupakan pengakuan
pemberian hak atau kewenanganan daerah dalam wujud
tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah.
Tujuan

Tujuan Umum
Untuk membuat perencanaan program penyelenggaraan Gizi berdasarkan
data yang diperoleh dari Puskesmas

Tujuan Khusus
Melakukan analisa program gizi yang dilakukan oleh Puskesmas Bringin
Raya Kota Bengkulu
Menentukan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Bringin Raya Kota
Bnegkulu
Menyusun rencana apa yang harus dilakukan untuk kasus gizi yang ada di
Puskesmas Bringin Raya Kota Bengkulu.
Pengertian SPM

Pengertian SPM berdasarkan PP 65/2005 pasal 1 ayat (6), SPM adalah


ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diterima oleh setiap warga secara minimal.
Pengertian SPM tersebut diacu dalam Permendagri 6/2007.Untuk tiap jenis
pelayanan, harus jelas tolok ukurnya yang disebut dengan indikator SPM.
Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang memberikan
petunjuk/indikasi terhadap adanya perubahan atau penyimpangan terhadap
nilai yang telah ditetapkan. Lahirnya konsep SPM kesehatan di Indonesia
sejalan dengan perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dari pola
sentralisasi ke arah desentralisasi.
No. INDIKATOR SPM TARGET 2015
1 CakupankunjunganIbuHamil K-4 95%
2 Cakupankomplikasikebidanan yang ditangani 80%
3 Cakupanpertolonganpersalinanolehtenagakesehatan yang 95%
memilikikompetensikebidanan

4 CakupanPelayananNifas 95%
5 CakupanNeonatusdengankomplikasi yang ditangani 80%
6 CakupanKunjunganBayi 90%
7 CakupanDesa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) >95 %

8 Cakupanpelayanananakbalita 90%
9 Cakupanpemberianmakananpendamping ASI padaanakusia 6 – 24 100%
bulankeluargamiskin

10 Cakupanbalitagiziburukmendapatperawatan 100%
11 Cakupanpenjaringankesehatansiswa SD dansetingkat 100 %
12 Cakupanpeserta KB aktif 70 %
13 Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk< 15 tahun >2

Penemuanpenderita pneumonia balita 100 %


Penemuanpasienbaru TB BTA positif 90 %
Penderita DBD yang ditangani 100 %
Penemuanpenderitadiare 100 %
14 Cakupanpelayanankesehatandasarpasienmasyarakatmiskin 100 %

15 Cakupanpelayanankesehatanrujukanpasienmasyarakatmiskin 100 %

16 Cakupanpelayanangawatdarurat level 1 yang 100 %


harusdiberikansaranakesehatan (RS) di Kab/Kota

17 Cakupandesaataukelurahanmengalami KLB yang 100 %


dilakukanpenyelidikanepidemiologi< 24 jam

18 Cakupandesasiagaaktif 80 %
Metode

Metode Hanlon
Metode hanlon adalah metode yang lebih tepat jika daftar
outcome dari tujuan yang ingin dicapai tersedia dari daftar
prioritas yang ada dengan data yang memadai dan system
penilaian.
Metode hanlon lebih tepat digunakan untuk menentukan
prioritas masalah kesehatan dengan memperhatikan teknik
responsive dimana tujuan yang dicapai dari program jelas
yang dituangkan dalam criteria dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan
Nilai Prioritas Dasar/ NPD = (A + B) x C
Nilai Prioritas Keseluruhan/ NPT = [(A +
B) xC x D
Hasil dan Pembahasan

Tempat dan Waktu


Tempat : Puskesmas Beringin Raya
Hari/Tanggal : Senin, 21 Februari 2016

Hasil Pencapaian Puskesmas


Baik buruknya capaian kerja di puskesmas Beringin Raya dapat kita
lihat dari hasil capaian melalui laporan standar pelayanan minimum.
Standar pelayanan minimum menurut kebijakan pemerintah terdiri dari
18 indikator. Berikut ini adalah hasil pencapaian SPM di pusksmas Beringin
Rayadengan 6 indikator:
 
HASIL PENCAPAIAN SPM DI PUSKESMAS Beringin Raya PADA TAHUN 2015

Masalah Kunjungan Program A B C NPD D NPT Total


pemerintah

Pelayanan nifas 50 % 90 % 3 3 3 18 1 18 2

Mp Asi 40 % 80 % 3 3 3 18 1 18 2

Ibu hamil 30 % 100 % 4 4 4 32 1 32 1

Pelayanan pada Balita 70 % 88% 2 2 2 8 1 8 3

Gizi buruk 100% 100 % 1 1 1 2 1 2 4

Pelayanan pada bayi 80 % 90% 2 2 2 8 1 8 3

RUMUS
NPD = (A + B) X C
NPT = (A + B) X C X D
TEKNIK PENENTUAN SASARAN PRIORITAS

A= besar masalah , skor 1-5 (kecil- B= kegawatan masalah skor 1-5 ( tidak
besar) gawat-sangat gawat)
1= sangat kecil 1= tidak gawat
2= agak kecil 2=agak gawat
3= sedang 3= cukup gawat
4= agak besar 4= gawat
5= besar 5= sangat gawat

C= efektifitas / kemudahan
penanggulangan skor 1-5 ( mudah –
sulit ) D= PEARL
1= sangat mudah Skor :0 ( tidak )
2= mudah 1 (iya )
3= cukup sulit
4= sulit
5= amat sulit
Pembahasan

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan dari 6 indikator yang dilakukan di


puskesmas hanya 1 indikator yang tercapai yaitu kepada masyarakat tentang Gizi
Buruk, dan 5 yang belum tercapai salah satunya yang paling besar kegawatan dan
kerugiannya adalah pelayanan pada ibu hamil. Setelah hasil perhitungan menurut
teori handlon ada 1 prioritas diutamakan dan diangkat yaitu masalah gizi buruk
dengan pencapaian pada ibu hamil padahal standar pemerintah yaitu 100%. Oleh
karena itu dapat dilakukan berbagai perencanaan kegiatan untuk menanggulangi
kekeurangan asupan Fe pada ibu hamil dengan cara pengkuran antropometri,
pemberian Tablet Fe pada ibu hamil, home visit atau kunjungan ke rumah, serta
konsultasi kepada ibu atau keluarga tentang bahanya massa kehamilan jika
kekurangan asupan Fe pada tubuh dan memberikan penjelasan tentang apa saja
bahan makanan yang tinggi Fe dan baik untuk kesehatan. Dari beberapa kategori
tersebut makan kami akan melakukan intervensi terhadap Anemia pada Ibu hamil,
Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan dari 6 indikator yang


dilakukan di puskesmas hanya 1 indikator yang tercapai yaitu gizi
buruk, dan 5 indikator yang lainnya belum tercapai salah satunya yang
paling besar kegawatan dan kerugiannya belum adalah ibu hamil.
Setelah hasil perhitungan menurut teori handlon ada 1 prioritas
diutamakan dan diangkat yaitu masalah ibu hamil dengan pencapaian
30% dengan standar pemerintah 100%. Oleh karena itu dapat
dilakukan berbagai perencanaan kegiatan untuk menanggulangi
masalah anemia ibu hamil dengan cara pengukuran antropometri,
pemberian makan dengan diet TKTP, home visit serta konsultasi
kepada ibu hami yang mengalami anemia dengan bahan makanan apa
saja yang baik untuk dikonsumsi.

Anda mungkin juga menyukai