Anda di halaman 1dari 24

Bahaya Ergonomi dan

Psikososial di Tempat Kerja

Rahmad Julianto, S.Kep, MNS


Ergonomi ..
• Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaannya, diaplikasikan untuk
mendesain pekerjaan dan tempat kerja agar sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan tubuh manusia.
• Tujuan penerapan ergonomi:
– Menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia
untuk menurunkan risiko yang akan dihadapi
Dimensi Ergonomis
Worker
(Pekerja)

Workplace Job Design


(Tempat Kerja) (Design Kerja)
Ergonomi di tempat kerja
• Desain ergonomis yang efektif memerlukan workstation
(ruang kerja), peralatan dan perlengkapan yang nyaman dan
efisien bagi pekerja untuk digunakan.
• Upaya yang dilakukan :
– Menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan
– Pengaturan suhu, cahaya, kelembaban agar sesuai dengan kebutuhan
tubuh manusia
• Cara bekerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang berlebihan atau
gangguan kesehatan yang lain
Prinsip Ergonomi
• Bekerja dalam posisi atau postur normal.
• Mengurangi beban berlebihan.
• Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
• Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
• Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
• Minimalisasi gerakan statis.
• Minimalisasikan titik beban.
• Mencakup jarak ruang.
• Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
• Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
• Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti
Prinsip ergonomi umumnya adalah mencocokan pekerjaan untuk pekerja
Manfaat Ergonomi

Mencegah cedera

Meningkatkan kualitas hidup dan


kualitas kerja

Mengurangi kelelahan dan


ketidaknyamanan kerja
Resiko Potensi Bahaya Ergonomi dapat
terjadi, bila :
• Pekerjaan atau tugas dilakukan monoton, berulang
atau kecepatan tinggi;
• Pekerjaan dengan postur tidak netral atau canggung;
• Terdapat pendukung yang kurang sesuai (SOP, APD,
dll) ;
• Pekerja kurang istirahat yang cukup.
Automatic Handling
Resiko Ergonomi oleh petugas
kesehatan
• Sikap tubuh, penggunaan alat yang tidak sesuai
dengan antropometri pekerja dapat menyebabkan
gangguan kesehatan.
• Misalnya melakukan pekerjaan memindahkan pasien
dari tempat tidur ke brankar/kursi roda atau
sebaliknya, kalau tidak dilakukan dengan tehnik yang
benar akan menimbulkan gangguan kesehatan mulai
dari gangguan yang ringan seperti mialgia sampai
berat terjadi HNP (kerusakan tulang)
MANUAL HANDLING
POSTUR MEMBUNGKUK
POSTUR DUDUK
PEKERJAAN KOMPLEKS
PEMAKAIAN APD
Cara Pengendalian Ergonomi
• Eliminasi metode kerja / mengurangi resiko
– Besar dan berat barang
– Jarak diperpendek
– Memberi ruang untuk mengangkat
• Engineering Controls
– Penggunaan mechanical devices / alat bantu. Misalnya: Hand trucks,
lift barang, peluncur, dll
– Pengaturan workstation
– Work method
– Menyediakan pegangan yang nyaman
Cara Pengendalian Ergonomi
• Pengaturan Kerja
– Meminimalkan : mendorong / menarik
– Minimalkan double handling
– Meminimalkan halangan-halangan
• Program Administratif
– Training
– Medical test
– Rotasi kerja
– Prosedur kerja
– Variasi kerja
– Review injury, musculoskeletal disorder
• APD
– Helm, pakaian khusus,
– Sarung tangan, sepatu kerja
Bahaya Psikososial
• Bahaya Psikososial adalah suatu bahaya non fisik
yang timbul karena adanya interaksi dari aspek-aspek
job description, disain kerja dan organisasi serta
managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan
sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan fisik,
sosial dan psikologi
Bahaya Psikososial meliputi:
• Beban kerja
• Rutinitas kerja
• Masalah organisasi
• Konflik antara pekerja maupun antara pekerja dengan
pimpinan
• Suasana kerja yang buruk
Dampak bagi karyawan/pekerja :
• Dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis karyawan sehari-hari.
• Menimbulkan kondisi bosan, jenuh, stres, dan lambat laun akan mengalami
gangguan serta keluhan-keluhan penyakit serta menurunkan produktifitas
kerja karyawan.
Gejala stres ditempat kerja
• Kepuasan kerja rendah
• Kinerja yang menurun
• Semangat dan energi menjadi hilang
• Komunikasi tidak lancar
• Pengambilan keputusan jelek
• Kreatifitas dan inovasi kurang
• Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif
Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui
pendekatan individu dan organisasi
Beberapa Kasus Psikososial
• Gangguan mental emosional terjadi pada 17,7% perawat di RS
berhubungan dengan tugas rawat inap, adanya keterpaksaan
peran, tanggung jawab, pengembangan karier, beban
kuantitatif, dan konflik peran (Suwarni E, 1998)
• Perawat di 4 rumah sakit di Jakarta yang bekerja gilir,
mempunyai risiko menderita Insomnia 2,3 kali lebih besar
dibanding yang tidak kerja gilir (Rachman TM, 2002)
• Penurunan kewaspadaan pada 71,1% yg terkait beban kerja
berlebih (Wahyuni ES, 2004)
• Hipertensi hampir 2 kali lebih tinggi dng adanya ketaksaan
peran (Untari, 2006)
Terima kasih..

Anda mungkin juga menyukai