Anda di halaman 1dari 16

Adethya evy yuniar simatupang

• Angka kejadian kelahiran preterm di Amerika Serikat 2006:


12,8%, dan 2011:11,7%.
• Angka kejadian kelahiran preterm ini berkaitan dengan 35%
kematian pada tahun pertama kehidupan.
• Neonatus yang lahir <24 minggu  jarang hidup tanpa
kecacatan serius, mortalitas dan morbiditas menurun seiring
bertambahnya usia kehamilan.
• Mayor: ras maternal kulit hitam, riwayat persalinan preterm
sebelumnya, serviks pendek, infeksi genitourinaria, merokok,
berat badan ekstrim dan kemiskinan
• Depresi maternal, stress kehamilan, diet yang buruk, assisted
fertility dan penyakit periodontal juga berhubungan dengan
kelahiran preterm.
• Di tahun 2011, angka kelahiran sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah 1,6 kali tingginya pada wanita kulit hitam
dibandingkan dengan wanita kulit putih (16,8% vs 10,5%),
serta angka kelahiran sebelum usia kehamilan 32 minggu
adalah 2,5 kali tingginya pada wanita kulit hitam
dibandingkan dengan wanita kulit putih (3,8% vs 1,5%).
• ukuran serviks yang pendek (nilai di bawah persentil ke-10
untuk usia kehamilan), pemeriksaan pada usia kehamilan 18
hingga 24 minggu  meningkatkan risiko kelahiran preterm.

Gambaran USG: garis tengah sagittal dari serviks uterus pada usia kehamilan 22 minggu menunjukkan bahwa
panjang dari bagian tertutup kanalis serviks (garis putus-putus dengan tanda plus) adalah 2,12 cm (21 mm).
• Persiapan serviks dimulai segera setelah konsepsi.
• Dua fase perubahan servikal adalah perlunakan serta
pematangan. Perlunakan terjadi lamban sekali dan dicirikan
dengan adanya peningkatan tahanan servikal pada lingkungan
yang tinggi kadar progesteron serta rendah estrogennya.
Pematangan, didefinisikan sebagai hilangnya tahanan jaringan
dan penurunan daya tekanan, terjadi selama minggu atau hari
hari sebelum kelahiran aktif.
• Pada paruritas normal, perubahan pada serviks ini diikuti
dengan aktivasi desidua melalui sinyal parakrin dari janin
melalui cairan amniotik dan melewati membran ke desidua
maternal dan myometrium dibawahnya, sehingga sebabkan
kontraksi.
• Aktivasi desidua bisa terjadi secara prematur melalui inflamasi
koriodesidua, perdarahan desidua, ruptur membran, trauma
atau peregangan uterus, atau sinyal fetal compromise.

• Gejalan khas untuk persalinan prematur: kontraksi, kram,


peningkatan discharge vagina (mukus), serta sesekali terdapat
bercak selama beberapa hari atau minggu hingga proses
melahirkan dimulai.
• Percobaan terandomisasi yang cukup kuat, intervensi fokus terhadap
defisiensi nutrisi (vitamin C, E, kalsium serta asam lemak n-3),
mikroorganisme traktus genitalis (vaginosis bakterialis dan tricomonas
vaginalis), atau pengobatan terhadap penyakit periodontal.
• Tingkat persalinan preterm di AS menurun sejak tahun 2006 yakni
12,8% menjadi 11,7% di tahun 2011.
• Penurunan terjadi setiap tahunnya selaras dengan peningkatan
kualitas kesehatan, penjadwalan kelahiran prematur tingkat lanjut
(saat usia kehamilan 34 hingga 36 minggu) dan kelahiran mendekati
aterm (37 atau 38 minggu gestasi), penggunaan obat/agen
suplemen berupa progestogen (progestogen) serta penggunaan
cerclage (sejenis jahitan yang dilakukan di sekitar leher rahim di
awal kehamilan).
• Meta analisis 6 penelitian menunjukkan injeksi IM profilaksis tiap
minggu dengan 17 alfa hidroksiprogesterone carpoat (17OHPC)
menurunkan insidensi persalinan preterm.
• Sebuah percobaan terkontrol plasebo terhadap pemberian injeksi
250 mg 17OHPC per minggu pada wanita kehamilan tunggal dan
riwayat persalinan prematur spontan sebelumnya menujukkan adanya
penurunan resiko kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu pada
wanita yang mendapatkan pengobatan ini secara aktif.
• Pemberian Progestogen (progesteron 100 mg supp pervaginam)
secara signifikan dapat menurunkan insidensi persalinan prematur,
dibandingkan dengan kelompok plasebo (28,5% vs 13,8%), pada
percobaan yang terdiri dari wanita beresiko tinggi (94% memiliki
riwayat persalinan prematur sebelumnya).
• Pada penelitian yang lain, yang memiliki ukuran panjang
serviks antara 10 hingga 20 mm namun tanpa riwayat
kelahiran prematur sebelumnya diberikan gel vagina 90 mg
per hari, dan hasilnya penurunan resiko persalinan prematur
hingga 45% pada persalinan sebelum usia kehamilan 33
minggu, dibandingkan dengan yang mendapatkan plasebo
(16,1% vs 8,9%).
4 percobaan terkontrol terandomisasi dari progesteron profilaksis terhadap panjang seriviks:
Garis merah: risiko kelahiran preterm berdasarkan panjang serviks pada populasi yang tidak diobati.
4 lingkaran oval mengindikasikan kelahiran preterm berdasarkan panjang serviks pada wanita yang
diobati dengan progesteron di empat penelitian..
• Sebuah metaanalisis yang terdiri dari 5 penelitian menemukan
bahwa pemberian cerclage pada wanita dengan serviks yang
pendek (<25 mm) dan wanita dengan riwayat persalinan
prematur sebelumnya dapat menurunkan frekuensi persalinan
preterm sebelum usia kehamilan 35 minggu dan dapat
menurunkan mortalitas serta morbiditas perinatal.
• Penggunaan cerclage juga disarankan jika panjang serviks
adalah kurang dari 25 mm sebelum usia kehamilan 24 minggu.
• Kunjungan prenatal awal, pengkajian riwayat kehamilan, faktor
resiko terkait prematuritas dan pemeriksaan melalui
ultrasonografi.
• Wanita dengan riwayat melahirkan spontan di usia kehamilan
16-36 minggu, keguguran sebelum 24 minggu adalah kandidat
pemeriksaan USG adanya serviks pendek. Paling baik
dilakukan pada usia kehamilan 18-24mgg.
• Patofisiologi persalinan prematur dan hubungannya dengan
faktor resiko seperti ras kulit hitam masih belum dipahami
sepenuhnya.
• Penelitian lebih lanjut sangatlah dibutuhkan untuk
mengidentifikasi wanita dengan riwayat persalinan preterm
namun tidak memiliki serviks berukuran pendek dan
menentukan manfaat relatif dari pengobatan dengan
progesteron pada wanita yang memiliki ukuran serviks yang
pendek.
• The Society for Maternal-Fetal Medicine dan the American College of
Obstetricians and Gynecologists mengeluarkan pedoman yang
menyatakan bahwa wanita dengan riwayat persalinan prematur
sebelumnya harus ditawarkan untuk diberikan injeksi 17OHPC per
minggu dan wanita dengan serviks pendek ≤ 20 mm sebaiknya
ditawari pemberian progesteron pervaginam.
• Pentingnya identifikasi mengenai riwayat dan faktor risiko persalinan
preterm.
• Skrining ultrasonografi secara universal sangatlah didukung tapi
tidak dianggap sebagai suatu kewajiban. Meskipun pedoman yang
dipublikasikan setuju akan terapi tersebut, pedoman ini masih
meninggalkan pertanyaan terkait bagaimana cara terbaik untuk
mengidentifikasi ukuran serviks wanita yang tepat.
• Kunjungan prenatal harus anamnesis mendalam mengenai
faktor risiko disertai pemeriksaan USG
• Sebaiknya USG transvaginal untuk menilai panjang serviks
mulai dari 16 minggu
• Pertimbangkan cerclage jika <25 mm sebelum 24 minggu
• Menjadwalkan kelahiran sebelum usia 39 minggu kehamilan namun
tanpa indikasi medis berkaitan dengan penurunan angka lahir
prematur.
• Strategi untuk mengidentifikasi dan mengobati faktor resiko medis
pada awal kehamilan (ISK, nutrisi yang buruk) tidak efektif dalam
menurunkan angka lahir prematur
• Penggunaan suplemen progesterone pada wanita dengan riwayat
lahir prematur sebelumnya, serviks pendek, atau keduanya
ditunjukkan pada percobaan terandomisasi untuk menurunkan
frekuensi lahir prematur dan direkomendasikan untuk wanita dengan
berbagai faktor resiko ini.
• Cerclage servikal menurunkan resiko lahir prematur berulang pada
wanita dengan serviks pendek

Anda mungkin juga menyukai