“Seseorang yangseseorang
“Anak adalah belum berusia 18 (delapan
yang belum belas) tahun,
genap mencapai usiatermasuk
21 tahun
anak
dan yang
tidakmasih
lebih dalam
dahulukandungan. “
telah kawin.”
Kitab Undang - Undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
Undang – Undang no.1 tahun 1974 tentang perkawinan
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana pasal 283 ayat (1)
Convention on the Rights of the Child (CRC) (WHO)
INSIDENSI KASUS KEKERASAN ANAK
Kasus Kekerasan Anak di Semarang Tahun 2014 Pusat
Pelayanan Terpadu
3%
KPAI : Pelaku Kekerasan
9% Terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat
Kekerasan Seksual
17%
Kekerasan Fisik
kekerasan Psikis
52% Penelantaran
anak konflik hukum
19%
Laporan Tahunan Kinerja Pusat Pelayanan Terpadu Seruni Kota Semarang Dalam Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Semarang Tahun 2015.
Bentuk
American Kekerasan
of Child AdolescentTerhadap Anak
Psychiatry (2007) , ciri – ciri :
Mempunyai gambaran diri yang lemah
Ketidakmampuan untuk percaya atau mencintai orang lain
Agresif, mengganggu, dan berperilaku tidak benar
Kemarahan dan amuk, merusak diri sendiri,
Pemikiran tentang bunuh diri
Pasif, menarik diri, dan perilaku mengandung kutukan
Ketakutan melakukan aktivitas atau hubungan interpersonal yang baru
Khawatir dan takut, merasa sedih yang berlebih atau merasa tertekan
Permasalahan sekolah atau kegagalan
Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan tidur, mimpi buruk
Kekerasan
Fisik
MENENDANG
MEMBAKAR MEMUKUL
KEKERASAN
MENUSUK MENAMPAR
FISIK
MEMOTONG MELEMPAR
MENGGIGIT
KASUS KEKERASAN FISIK
+
KEKERASAN
SEKSUAL
“Merupakan
Tindakan
hubungan
menyentuh atau organ
atau mencium interaksi antara
seksual anak, seorang
anak dengan seseorang yang lebih tua atau orang dewasa
Tindakan seksual atau pemerkosaan terhadap anak,
seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua
dimana anak
Memperlihatkan dipergunakan
media/benda porno, sebagai objek pemuas
kebutuhan seksual pelaku.”
Menunjukkan alat kelamin pada anak dan sebagainya
Lyness (Maslihah, 2006)
Kesan penampilan
Ejakulat (wajahpada
/ air mani & rambut),
vagina
Ejakulat/dianus
Tanda vital, pupil, refleks
liang vagina
Ekspresi emosional, cahaya,
Pemeriksaan Pakaian
Tanda-tanda bekas kehilangan
Pupil pinpoint,
kesadaran / obat bius / needle marks.
Rapi / tidak? Robekan?
4. Luka-luka
memar
Pemeriksaan terhadap Pelaku
Lokasi : Muka, leher, buah dada,
5.
Upaya pengenalan Penentuan
Pemeriksaan persetubuhan, Golongan Darah
bagian dalamair
Serologis paha dan sekitar
mani (antigenalatABO)
kelamin
Bercak sperma, darah, tanah dan pakaian, robekan.
pada
2. orang yg ’sekretor’
Perkiraan Umur
Bentuk tubuh : memungkinkan
Di cocokkan dengan golongan tindakan kekerasan.
darah
Dasar berat badan & Tinggi badan,
(pelaku / korban)
Tanda cedera : perlawanan korban ?
Bentuk tubuh,
Rambut terlepas
Gigi,
Ancaman Penolakan
Tidak
diperhatikan
KEKERASAN EMOSI
KASUS KEKERASAN EMOSI
EKSPLOITASI
“anak adalah penggunaan anak dalam pekerjaan
atau aktivitas lain untuk keuntungan orang lain,
termasuk pekerja anak dan prostitusi.”
PENELANTARAN ANAK
“Kegagalan dalam
menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk
tumbuh kembangnya, seperti
kesehatan pendidikan,
perkembangan, emosional,
nutrisi, rumah atau tempat
bernaung, dan keadaan hidup
yang aman yang layaknya
dimiliki oleh keluarga atau
pengasuh.”
DAMPAK
KEKERASAN Keparahan
Anggota
keluarga Waktu
yang lain
Perlakuan
sehari-hari Usia
Jangka Pendek Jangka Panjang
DAMPAK
KEKERASAN
Aspek Medikolegal
dalam kekerasan terhadap Anak
• Aspek Hukum kekerasan terhadap anak →
berkembang hingga saat ini.
• Dasar sejak tahun 1945 :
– Pasal 28 UUD Tahun 1945 → Pasal 28G ayat(1)
UUD tahun 1945.
– Undang – undang No. 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak.
– Undang – undang No. 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak.
Aspek Medikolegal
dalam kekerasan terhadap Anak
• Konvensi Hak Anak PBB → Keputusan Presiden
No. 36 tahun 1990
PASAL 1
PASAL 9
Aspek Medikolegal
dalam kekerasan terhadap Anak
• Undang – undang No. 23 tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak
– Pasal 13 : anak berhak mendapat perlindungan atas :
• Penelantaraan
• Diskriminasi
• Eksploitasi
• Ketidakadilan
Aspek Medikolegal
dalam kekerasan terhadap Anak
• Undang – undang No. 35 tahun 2014 →
perubahan atas UU No. 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak
• Penyisipan 10 pasal antara pasal 76 dan 77
76 76A Dilarang diskriminatif
76B Dilarang melibatkan perlakuan salah dan penelataran
76C Kekerasan terhadap anak
76D Memaksa anak bersetubuh dengan orang lain
76E Perbuatan cabul
76F Perdangan anak
76G Menghalangi anak menikmati budayanya
76H Merekrut anak untuk militer
76I Eksploitasi untuk ekonomi dan seksual
76J Alkohol
77 Melanggar 76A dipidana paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
77A Melakukan aborsi terhadap anak pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
77B Melanggar 77A dipidana paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah
Aspek Medikolegal
dalam kekerasan terhadap Anak