07
Modul ke:
PERILAKU
POLA PERILAKU DAN LINGKUNGAN
Fakultas
TEKNIK Tathia Edra Swasti, ST, MT
Program Studi
Arsitektur
POLA PERILAKU DAN
LINGKUNGAN
POLA PERILAKU DAN
LINGKUNGAN
‘Tidak ada tempat dimanapun saat manusia berkumpul bersama dalam waktu
yang lama, kecuali mereka akan saling menunjukkan efisiensi dalam
pembelajaran yang sulit dan berusaha untuk berinteraksi secara harmonis’
Carol Wenstein,1979
• Manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya. Setiap aspek dalam kehidupan manusia
selalu berada dalam lingkungan tertentu. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa
manusia memang tak bisa lepas dari lingkungan.
• Pola perilaku manusia sedikit banyak juga ditentukan oleh keadaan lingkungan
sekitarnya. Lingkungan memiliki peran penting dalam membentuk karakter manusia.
Lingkungan juga dapat menjadi sarana bagi manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Tidur, bekerja, rekreasi, ibadah dan berbagai aktivitas lainnya membutuhkan ruang atau
lingkungan. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, terlihat adanya pola perilaku
penggunanya. Barker seorang tokoh psikologi ekologi yang mengembangkan penelitian
perilaku individual di lapangan, bukan di laboratorium seperti pada umumnya perilaku
psikologi tradisional, menelusuri bahwa pola perilaku manusia berkaitan dengan tatanan
lingkungan fisiknya, dan melahirkan konsep ‘tatar perilaku’ (behavior setting).
POLA PERILAKU DAN
LINGKUNGAN
• Behavior setting terjadi pada pertemuan antara individu dan lingkungannya.
Seorang arsitek melalui pengamatan behavior setting dalam perencanaan
proyek tertentu dapat membantu untuk mengenal system social dari
dalam setting, dalam arti melihat pola-pola perilaku sistematis yang
ditunjukkan oleh penghuni lingkungan tertentu. Dengan demikian, hasil
pengamatan ini dapat memperluas wawasan pengetahuan arsitek tentang
manusia dari perspektif yang berbeda bukan dari teori semata.
UNIT TATAR PERILAKU
UNIT TATAR PERILAKU
Lingkungan fisik terdiri atas seperangkat permukaan dengan berbagai kualitas.
Meskipun kadang kala lingkungan dirancang untuk tujuan estetika semata, pada
umumnya tujuan perancangan suatu lingkungan adalah guna memenuhi
aktivitas tertentu.
Istilah circumjacent milieu merujuk pada batas fisik dan temporal dari sebuah
setting. Setiap behavior setting berbeda dari setting lainnya menurut ruang dan
waktu. Sementara itu, istilah synomorphic berarti ‘struktur yang sama’
menunjukkan adanya hubungan antara milieu dan perilaku.
POLA PERILAKU
Suatu pola perilaku biasa terdiri dari atas beberapa perilaku secara bersamaan,
antara lain sebagai berikut:
a. Perilaku emosional
b. Perilaku untuk menyelesaikan masalah
c. Aktivitas motorik
d. Interaksi interpersonal
e. Manipulasi objek
a. Aktivitas
b. Penghuni
c. Kepemimpinan
Dengan mengetahui posisi fungsional penghuni , dapat diketahui peran sosial
yang ada dalam komunitas tersebut. Di banyak setting, posisi pemimpin dapat
dipisahkan agar dapat dikenali kekuatan-kekuatan lain yang ada yang ikut
mengambil bagian dalam setting tersebut.
d. Populasi
Sebuah setting dapat mempunyai sedikit atau banyak partisipan. Komunitas
dianggap lebih baik apabila memiliki banyak setting.
POLA PERILAKU
e. Ruang
Ruang tempat terjadinya setting tentu sangat beragam, bisa di ruang terbuka atau ruang
tertutup
f. Waktu
Kelangsungan sebuah setting dapat terjadi secara rutin atau sewaktu-waktu saja. Misalnya,
apel pagi tentara yang dilakukan setiap pagi atau sebuah perayaan upacara tujuh belas
Agustus.
Durasi pada setting yang sama dapat berlangsung sesaat atau terus menerus sepanjang
tahun, misalnya pertokoan.
g. Objek
h. Mekanisme perilaku
Barker menguraikan sebelas pola aksi dalam setting, yang dapat segera diamati atau
dicatat, ada ataupun tidak ada dalam setting tersebut, yaitu berkaitan dengan Estetika,
Bisnis, Pendidikan, Pemerintahan, Nutrisi, Aksi social, Penampilan personal, Kesehatan
masyarakat, Professional, Rekreasi ,Religious.
Setting juga dapat diamati dari sisi kuatnya tekanan pada orang yang berpartisipasi. Adakah
otonomi yang dimilikisetting terhadap pengaruh dari luar? Seberapa jauh setting ini mampu
melayani kebutuhan berbagai populasi sub group, atau biasa disebut sebagai kesejahteraan
anggotanya? Manfaat dari pengujian semacam ini adalah mempersatukan berbagai minat
kedalam suatu behavior setting yang terencana dengan baik sehingga respons penghuni
dapat terantisipasi dan terkendali dengan baik.
BATAS BEHAVIOR
SETTING
BATAS BEHAVIOR SETTING
Batas suatu behavior setting adalah dimana perilaku tersebut berhenti.
Ada beberapa kemungkinan untuk pembatas ini. Batas yang ideal adalah batas
yang jelas seperti sebuah dinding massif. Dinding pembentuk batas yang jelas
merupakan batas akhir suatu setting dan batas awal setting lainnya. Apabila
batas dari suatu behavior setting tidak jelas maka masalah yang muncul adalah
tidak jelasnya pemisahan aktivitas, terutama apabila sebagian aspek dalam pola
perilaku harus dipisahkan dengan yang lainnya. Misalnya aktivitas didalam ruang
kelas ketika pemisahan visual antara beberapa aktivitas mungkin tidak perlu
dilakukan , tapi pemisahan secara audial menjadi sangat diperlukan.
Dalam pengamatan behavior setting,dapat dilakukan analisis melalui beberapa cara antara
lain sebagai berikut: