Anda di halaman 1dari 67

Oleh

dr. Nurmaliza Hasan


A. Nama Parasit: ascaris lumbricoides
B. Klasifikasi
Nama latin : Ascaris lumbricoides
Phylum : Nematoda (usus)
Ordo : Ascaridida
Family : Ascarididae
Klas : Secernentea
Species : Ascaris lumbricoides
Genus : Ascaris
 Hospes: manusia
 Penyakit: askariasis
 Penyebab: tertelan telur infektif
 Distribusi geografik: Survei 70%
 Life span cacing dewasa sekitar 10-12 bulan
 Cacing dewasa ♂  Cacing dewasa ♀
◦ Ukuran 15-31 cm ◦ Ukuran 20-35 cm
◦ Ujung ekor melengkung ◦ Ujung ekor lurus dan 1/3
dan terdapat 2 copulatory bagian depan terdapat
spicule dg panjang 2 mm alat kopulasi (200
yang muncul dari orifisium ribu/hari)
kloaka ◦ Bentuk silindris warna
◦ Bentuk silindris warna putih kemerahan
putih kemerahan ◦ Dimulut terdapat 3 bibir
◦ Dimulut terdapat 3 bibir berbentuk segitiga (1 di
berbentuk segitiga (1 di bagian dorsal dan 2 di
bagian dorsal dan 2 di ventrolateral)
ventrolateral)
 Telur:
a. Dibuahi (fertilized)
o Bentuk bulat lonjong, ukuran 45-75 x 35-50 mikron
o Dinding tebal dengan
 Lapisan albumin
 Lapisan glikogen
 Lapisan dari bahan lipoid
o Berisi massa sel telur
o Telur infeksius (larva) dan telur dekortikasi (lapisan
albumin terkelupas)
b. Tidak dibuahi (unfertilized)
o Bentuk bulat lonjong lebih panjang, ukuran 88-94 x 44
mikron
o Dinding lebih tipis dengan
 Lapisan albumin yang lebih halus
 Lapisan glikogen
o Berisi massa granula refraktil
 Respon imun hospes
 Efek migrasi larva
 Efek mekanik cacing dewasa
 Kekurangan nutrisi
 Stadium larva
Dihati → ringan
Diparu
Reaksi hipersensitifitas: batuk, demam, dan sesak
napas (seperti asma)
Reaksi jaringan: inflamasi eosinofil (sindroma löffler’s),
granuloma, sekresi mukus ↑, inflamasi bronkiolar, dan
eksudat serosa.
Larva mati: vaskulitis dengan reaksi granuloma
perivaskuler
 Stadium dewasa
Reaksi alergi: urtikaria, skin rash, nyeri pada
mata, insomnia
Intestinal: mual, muntah, tidak nafsu makan,
diare atau konstipasi, kram perut, dan obstipasi
Saluran empedu: ikterus
Peritonium: akut abdomen
 Ditemukan telur pada tinja penderita
 Ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung,
dan mulut penderita
 Pirantel pamoat
◦ Melumpuhkan cacing dengan cara mendopolarisasi
senyawa penghambat neuromuskuler dan mengeluarkannya
dari dalam tubuh
◦ Dosis 11 mg/kg bb dan tidak melebihi 1 gram/hari
◦ KI: penderita hipersensitif
 Mebendazol
◦ Turunan dari benzimidazole
◦ ES: nyeri perut, diare, kejang, ruam (sindrom steven
johnson dan epidermal nekrolisis toksik), dan neutropenia
◦ Dosis 100 mg dengan pemberian 2x1 selama 3 hari
◦ KI: balita, anak-anak, wanita hamil dan menyusui, dan
penderita DM
 Albendazol
◦ Menghambat pengambilan glukosa oleh cacing sehingga
produksi ATP sebagai sumber energi untuk
mempertahankan hidup cacing berkurang, hal ini
mengakibatkan kematian cacing karena kurangnya energi
untuk mempertahankan hidup.
◦ Dosis untuk anak ˃ 2 tahun dan dewasa: 400 mg sehari,
diberikan sekaligus sebagai dosis tunggal.
◦ ES: perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan,
sakit kepala, gatal-gatal, dan mulut kering.
◦ KI: anak-anak, wanita hamil dan menyusui, penderita
gangguan fungsi hati, penderita gangguan fungsi ginjal
 Piperasin sitrat
◦ Melumpuhkan cacing dengan cara
◦ Dosis 75 mg/kg bb selama 2 hari (maks 3,5 gram/hari)
◦ ES: urtikaria, pusing, dan gangguan gastrointestinal
 Sembuh dengan spontan tanpa adanya
pengobatan
A. Nama Parasit: strongyloides stercoralis
B. Klasifikasi
Nama latin : Strongyloides stercoralis
Phylum : Nematoda (usus)
Ordo : Rhabditida
Family : Strongyloididae
Klas : Secernentea
Species : Strongyloides stercoralis
Genus : Strongyloides
 Hospes: manusia
 Penyakit: strongiloidiasis
 Penyebab: creeping eruption
 Distribusi geografik: didaerah tropik dan
subtropik
 Bentuk bebas (free living form)
◦ Jantan:
Fusiform, ukuran 0,7x0,007 mm, esofagus tertutup,
memiliki 2 spikula dan 1 gubernakulum, ujung ekor
runcing dan melengkung
◦ Betina
Ukuran 1x0,05 mm, esofagus ¼ panjang tubuh, uterus
berisikan 40-50 telur, vulva terbuka disisi ventral
dekat pertengahan tubuh
 Bentuk parasitik
◦ Betina → parthenogenesis
Halus dan transparan, ukuran 2,2x0,05 mm, esofagus
filiform ¼ panjang tubuh, uterus berisikan 10-20 telur,
vulva 1/3 posterior panjang tubuh pada sisi ventral
◦ Jantan
Bentuk sama dengan bentuk bebas
 Bentuk rhabditiform
Ukuran 380x20 mikron, esofagus pendek dan
terbuka, genital primordium besar, ovoid terletak di
ventral, ekor runcing
 Bentuk filariform
Ukuran 630x16 mikron, mulut tertutup, esofagus ½
panjang badan, ekor tumpul, tidak ada sarung
 Siklus parasitik (langsung selama 28 hari)
larva filariform menembus kulit→ pembuluh
darah vena→ jantung kanan→ paru→
menembus alveolus→ trachea→ larinx→
batuk dan tertelan→ usus menjadi dewasa

 Siklus bebas (tidak langsung)


pada keadaan tertentu, larva rhabditiform→
bentuk dewasa bebas→ kopulasi→ cacing
betina bertelur dan menetas→ larva
rhabditiform larva filariform
bentuk dewasa bebas
 Autoinfeksi internal (obstipasi)
larva rhabditiform dalam lumen usus→ larva
filariform→ menembus mukosa usus→
pembuluh darah kapiler→ siklus parasitik

 Autoinfeksi eksternal
daerah perianal hospes→ kontak dengan
larva rhabditiform saat BAB→ larva
filariform→ menembus kulit perianal→
pembuluh darah kapiler→ siklus parasitik
 Transmisi transplacental
 Transmisi transmammary
 Cutaneus larva migran dan Viseral larva
migran
 Sindroma löffler’s
 Honeycombed appearance (gambaran sarang
tawon dimukosa usus)
 Disseminated infection(menyebar)
 Gastrointestinal
◦ Muntah dan kembung
◦ BB menurun
◦ Nyeri perut menyebar
◦ Diare

 Dermatologi
◦ Lesi papulovesikuler pruritus→ gatal pada kaki
◦ Urtikaria→ cutaneus larva migran
◦ Granuloma
◦ Ptechiae (disseminated)
 Pulmonal
◦ Wheezing dan batuk
◦ Pernapasan dangkal dan hemoptisis

 SSP
◦ Gejala meningeal (disseminated)

 Sistem reproduksi
◦ Infertilitas
 Ditemukan larva rhabditiform disediaan feses
segar
 Ditemukan larva filariform disediaan feses
dan pembiakan sekret duodenum
 Obat utama
◦ Albendazol 400 mg/hari selama 3-5 hari
◦ Ivermectin 200 ug/hari selama 4 hari

 Obat lini kedua


◦ Mebendazol 100 mg/hari, 3x1 selama 2-4 minggu
◦ Thiabendazol 25 mg/kg bb, 1-2x1 selama 3 hari
 Hospes defenitif: manusia
 Hospes perantara: keong air
 Penyakit: skistosomiasis=bilharziasis=demam
siput
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Spesies : Schistosoma spp
◦ Schistosoma japonicum
◦ Schistosoma mansoni
◦ Schistosoma haematobium
◦ Schistosoma intercalatum
◦ Schistosoma mekongi
◦ Schistosoma binatang
S. haematobium S. mansoni S. japonicum
Cacing jantan
Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0,5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel

Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet

Canalis gynaecophorus Bagian ventral badan Bagian ventral badan Bagian venttral badan
Cacing betina
Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0,25 mm 26 x 0,3 mm
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan
Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu dipertengahan Terpanjang (menyatu di anterior Pendek (menyatu di posterior
badan) pertengahan badan) pertengahan badan)

Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan Biomphalaria dan Australorbis Oncomelania hupensis
Planorbarius)

Hospes Definitif Manusia, Babon Manusia, Babon Manusia, hewan domestik


Penyebaran Geografis Afrika dan Timur Tengah Afrika dan Amerika Selatan Timur Jauh (oriental)

Habitat Pleksus vena vesikalis dan Plexus mesenterikus daerah Plexus mesenterikus daerah
prostatika sigmoidorektal (v. mesenterika ileocaecalis (v. mesenterika
inferior dan cabang-cabangnya) superior dan cabang-cabangnya)

Telur
Duri Duri terminal Duri lateral Benjolan lateral
Operkulum - - -
Isi Mirasidium Mirasidium Mirasidium
SERKARIA Schistosoma sp
Ekor bercabang
 Perubahan disebabkan oleh 3 bentuk cacing:
Serkaria
Cacing dewasa
Telur → terpenting

 3 stadium:
1. Masa tunas biologik
 Serkaria menembus kulit sampai menjadi dewasa
 Gejala kulit dan alergi: eritema, papula disertai rasa
gatal dan panas (hilang dalam 2-3 hari)
 Gejala paru: batuk, kadang-kadang pengeluaran
dahak yang produktif
 Gejala toksemia : timbul minggu ke-2 sampai ke-8
setelah infeksi. Berat gejala tergantung jumlah serkaria
yang masuk
 Gejala berupa: lemah, malaise, tidak nafsu makan, mual
dan muntah, diare disebabkan hipersensitif terhadap
cacing, hati dan limpa membesar dan nyeri raba.

2. Stadium akut
 Mulai sejak cacing bertelur
 Keluhan: demam, malaise, berat badan menurun
 Pada infeksi berat → Sindroma disentri
 Hepatomegali timbul lebih dini disusul splenomegali;
terjadi 6-8 bulan setelah infeksi.
3. Stadium menahun
 Penyembuhan dengan pembentukan jaringan ikat dan
fibrosis
 Hepar kembali mengecil karena fibrosis. Hal ini disebut
sirosis
 Sirosis → sirosis periportal
 Gejala: splenomegali, edema tungkai bawah dan alat
kelamin, asites dan ikterus
 Berlanjut dapat terjadi hematemesis
 Menemukan telur dalam feses, urin, atau
jaringan biopsi
 Reaksi serologi
 Obat-obat anti schistosoma:
o Emetin (tartras emetikus)
o Fuadin stibofen, Reprodal, neoantimosan
o Astiban TW-56
o Lucanthone-HCl, Miracil D-Nilodin
o Niridazol
o Prazikuantel
 Hospes: manusia, kucing, anjing, rusa, tikus
sawah (rattus), sapi, babi rusa, dll.
 Hospes perantara: Oncomelania sp
 Penyakit: Oriental schistosomiasis,
skistosomiasis japonika, penyakit Katayama,
atau penyakit demam keong.
 Penyebaran geografis:
◦ Di Indonesia hanya di Sulteng → daerah danau
Lindu dan lembah Napu.
 Stadium I:
◦ Gatal-gatal (urtikaria)
◦ Gejala intoksikasi: demam, hepatomegali, dan
eosinofilia
 Stadium II:
◦ Sindroma disentri
 Stadium III:
◦ Sirosis hepatis, splenomegali, emasiasis (lemah),
gejala saraf, dan gejala paru
 Menemukan telur dalam feses atau jaringan
biopsi
 Reaksi serologi:
◦ COPT (circumoral precipitin test)
◦ IHT (Indirect haemagglutinination test)
◦ CFT (complement fixation test)
◦ FAT (Fluorescense antibody test)
◦ ELISA(Enzyme linked immunosorbent assay)
 Hospes definitif: manusia
 Hospes reservoir: kera dan babon di Afrika
 Hospes perantara: Biomphalaria sp
 Penyakit: skistosomiasis usus
 Tidak ditemukan di Indonesia
 Seperti pada S. japonicum, tetapi lebih ringan
 Splenomegali dapat jadi berat sekali
 Sama seperti S. japonicum
 Hospes definitif: manusia
 Hospes reservoir: kera dan babon
 Hospes perantara: Bulinus sp
 Penyakit: skistosomiasis vesika urinaria
 Tidak ditemukan di Indonesia
 Kelainan terutama → dinding kandung kemih
 Gejala yang ditemukan:
 Hematuria dan disuria bila terjadi sistitis
 Sindroma disentri bila terjadi kelainan di rektum
 Menemukan telur didalam urin
 Sama seperti skistosomiasis lainnya
 Definisi: penyakit parasiter yang disebabkan
oleh genus Taenia
 Sistiserkosis → infeksi larva (cysticercus)
 Hospes definitif: manusia
 Manusia terkontaminasi akibat memakan
daging mentah atau setengah matang yang
mengandung cysticercus
 Habitat: small intestine
 Distribusi geografik:
Kosmopolit.
Daerah eropa, amerika utara, indonesia, dll.
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia sp
 Taenia saginata
 Taenia solium
 Taenia asiatica
 Taenia taeniaeformis
 Taenia pisiformis
 Taenia crassiceps
Taenia saginata Taenia solium
Hospes
Sapi dan kerbau Babi dan manusia
perantara
Penyakit Taeniasis saginata Taeniasis solium

Ukuran
Panjang (4-8 meter) Pendek (2-4 meter)
cacing dewasa
Morfologi
Bentuk persegi empat dengan diameter 1,5-2
Bentuk bulat persegi empat dengan diameter ± 1
mm,
mm,
Mempunyai 4 sucker dengan bentuk seperti
Scolex Mempunyai 4 sucker berdiameter 0,5 mm,
mangkuk berdiameter 0,7-0,8 mm yang terletak
Mempunyai rostelum dengan hooklet yang
pada 4 sudut kepala,
tersusun 2 deret
Tidak mempunyai rostelum dan hooklet

Leher Ukuran lebarnya setengah dari ukuran kepala Ukuran lebarnya setengah dari ukuran kepala

Strobila
Proglotid imatur: ukuran lebih lebar dari pada Proglotid imatur: ukuran lebih lebar dari pada
(ruas-ruas
panjangnya panjangnya
proglotid)
Proglotid matur: panjang=lebar, mempunyai 2 Proglotid matur: panjang=lebar, mempunyai 3
lobus ovarium lobus ovarium
Proglotid gravid: panjang>lebar, mempunyai 15- Proglotid gravid: panjang>lebar, mempunyai 7-
30 cabang uterus 13 cabang uterus
Cysticercus cellulosae dengan alat hisap dan kait-
Larva Cysticercus bovis tanpa alat hisap dan kait-kait
kait
 Telur
Bentuk bulat (sphericall)
Ukuran 30-40 x 20-30 mikron
Berdinding tebal dengan garis radial (embryophore)
dengan warna kekuningan atau coklat
Berisi embrio matang (onkosfer=hexacanth
embrio) dan didalamnya terdapat 3 pasang kait
 Cacing dewasa → small intestine
Mual dan nyeri ulu hati
Diare
Obstipasi
Sakit kepala
Eosinofilia
Peritonitis → disebabkan skoleks
 Cysticercus cellulosae → sistiserkosis
Jaringan subkutis, mata, jaringan otak, otot,
jantung, hati, paru, dan rongga perut
Pada otot
 Kalsifikasi → pseudohipertrofi otot
 Miositis, demam tinggi, dan eosinofilia
Pada otak
 Reaksi jaringan
 Epilepsi, meningoensefalitis, nyeri kepala (TIK ↑),
kelainan jiwa, hidrosefalus, bahkan kematian.
 Cacing dewasa
Mual dan muntah
Nyeri ulu hati dan perut merasa tidak enak
Diare
Pusing
Gugup dan BB tidak jelas menurun
Eosinofilia
 Cysticercus bovis jarang/sangat kecil dijumpai
pada manusia
 Proglotid
Apendisitis
Obstruksi
 Menemukan telur atau proglotid dalam feses
 Pencegahan
Daging dimasak sempurna dengan suhu ˃ 60 ºC
Dibekukan dengan suhu -10 ºC selama 10 hari atau
-18 ºC selama 5 hari
 Pengobatan
 Prazikuantel 5 atau 10 mg/kg bb dengan dosis
tunggal setelah makan pagi
 Albendazol 400 mg dengan dosis tunggal selama 3
hari → sistiserkosis

Anda mungkin juga menyukai