Anda di halaman 1dari 64

“KEPERAWATAN

Add your company slogan ”


GERONTIK

Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Stroke

LOGO
Latar belakang
▪ Stroke merupakan penyebab kecacatan
nomor satu di dunia dan penyebab
kematian nomor dua di dunia. Duapertiga
stroke terjadi di negara berkembang.
Pada masyarakat barat, 80% penderita
mengalami stroke iskemik dan 20%
mengalami stroke hemoragik.
▪ Insiden stroke meningkat seiring
pertambahan usia (Dewanto dkk, 2009).
Definisi
▪ Stroke atau Cerebro Vaskular Acccident (CVA)
adalah kehilangan jaringan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai ke bagian
otak. (Brunner & Suddarth, 2002 : 2131).

▪ Stroke adalah suatu keadaan yang timbul


karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. (Batticaca, 2008 : 57).
Diagram

Klasifikasi
Stroke

Stroke iskemik Stroke


Hemoragik
(Infark atau (akibat
kematian pecahnya
jaringan) pembuluh darah
di otak)
Stroke Iskemik

▪ Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah


stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih
arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Klasifikasi Stoke Iskemik

1. Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit


neurologis membaik dalam waktu kurang
dari 30 menit,
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit
(RIND): defisit neurologis membaik
kurang dari 1 minggu,
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing
Stroke,
4. Completed Stroke.
Penyebab stroke iskemik
1. Trombosis
Terjadi pada pembuluh
darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak
2. Embolisme
Sumber di jantung: fibrilasi
atrium (tersering), infark
miokardium, penyakit jantung
rematik, penyakit katup
jantung,
3. Vasokonstriksi
Vasospasme serebrum
setelah PSA (Perdarahan
Subarakhnoid).
Kondisi Pembuluh darah sesuai Usia
Stroke Hemoragik

▪ Stroke hemoragik adalah


kondisi pecahnya salah
satu arteri dalam otak yang
memicu perdarahan di
sekitar organ tersebut
sehingga aliran darah pada
sebagian otak berkurang
atau terputus. Tanpa
pasokan oksigen yang
dibawa sel darah, sel otak
dapat cepat mati sehingga
fungsi otak dapat
terganggu secara
permanen.
Penyebab Stroke Hemoragik
▪ Hipertensi.
▪ Cedera Kepala Berat
▪ Ketidaknormalan pembuluh darah di otak sejak
lahir (cacat bawaan berupa malformasi
pembuluh darah arteri dan vena).
▪ Kelainan darah, contohnya penyakit anemia sel
sabit dan hemofilia.
▪ Tumor otak.
▪ Efek samping penggunaan obat antikoagulan
PATOFISIOLOGI

ANEURISMA, KATUP JANTUNG RUSAK, MIOKARD


FAKTOR RESIKO INFARK, FIBRILASI, ENDOKARDITIS
MALFORMASI
ARTERIOVENOUS

PENYUMBATAN PEMBULUH
ATEROSKLEROSIS/ PERDARAHAN DARAH OTAK OLEH BEKUAN
HIPERKOAGULASI ARTESIS INTRASEREBRAL DARAH, LEMAK DAN UDARA

PEMBULUH DARAH OKLUSI PEREMBESAN KE PARENKIM OTAK


ISKEMIA JARINGAN OTAK PENEKANAN JARINGAN OTAK
EDEMA DAN KONGESTI INFARK OTAK, EDEMA DAN EMBOLI SEREBRAL
JARINGAN SEKITAR HERNIASI OTAK

STROKE
Faktor Resiko

Modifiable
• Hipertensi
Non-Modifiable • Penyakit Jantung
• Diabetes Melitus
• Umur • Hiperkolesterolemia
• Jenis Kelamin • Rokok
• Ras & Etnik • Alkohol
• Herediter • TIA/Stroke
Sebelumnya
• Stenosis Karotis
Asimptomatik
ANAMNESIS

▪ Identitas klien: nama, umur (biasanya pada orang


tua), jenis kelamin, alamat,pekerjaan, agama, suku,
tanggal MRS, no Reg dan diagnosa medis
▪ Keluhan utama:
Bicara rero sampai tak dapat bicara, lemah salah
satu sisi anggota gerak bahkan sampai terjadi
penurunan kesadaran ( dari somnolent sd comatus
)
Lanjutan………….

▪ Riwayat penyakit sekarang:


Sering kali terjadi secara mendadak, pada saat klien
beraktifitas, biasanya ada nyeri kepala, mual,
muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar selain
ada kelumpuhan dan gangguan fungsi otak lain.
Adanya penurunan atau perubahan tingkat
kesadaran.
▪ Riwayat penyakit dahulu: adanya hipertensi, stroke
sebelumnya, DM, penyakit jantung, anemia, trauma
kepala, kontrasepsi oral, pengguna obat, merokok,
alkoholis
Lanjutan………….
▪ Riwayat penyakit keluarga:
adakah yang menderita hipertensi, DM, dan
stroke
▪ Pengkajian psikososial:
Mekanisme koping dan respon emosi klien
dengan penyakitnya, perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat. Takut akan
kecacatan dan cemas dengan prognosis
penyakitnya,status ekonomi karena sebagai
anggota keluarga.
Riwayat Penyakit Dahulu :
▪ Kaji faktor resiko yang menyertai ( HT, DM & jantung )
▪ Kaji gaya hidup ( pola makan, inaktifitas, koping, perokok
dll)
▪ Kaji riwayat TIA atau Stroke sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :


▪ Ada tidak riwayat Stroke di anggota keluarga
▪ Ada tidak riwayat Diabetes Mellitus di anggota keluarga
▪ Ada tidak riwayat Hipertensi di anggota keluarga
▪ Kaji adanya faktor resiko dengan kembangkan Genogram
PEMERIKSAAN FISIK

▪ B1(BREATHING):
▪ klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak nafas dan peningkatan RR dan
auskultasi adanya ronchi, pada klien
dengan kesadaran CM tidak ada kelainan
pengkajian breathing
▪ B2 (Blood): syok hipovolemik dan
hipertensi masif >200mmHg
B3 (BRAIN):

▪ Pengkajian tingkat kesadaran: berkisar


antara tingkat letargi, stupor dan
semikomatosa, sangat penting untuk
evaluasi pemberian askep
▪ Pengkajian fungsi serebral: meliputi status
mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal dan hemisfer
Lanjutan………..
▪ Status mental: observasi penampilan, tingkah laku, gaya
bicara, ekspresi wajah dan aktifitas motorik klien
▪ Fungsi intelektual: penurunan daya ingat dan memori
jangka panjang dan pendek kemampuan berhitung,
kadang tidak bisa memberikan pendapat perbedaan dan
persamaan
▪ Kemampuan bahasa: adanya disartria(kesulitan bicara),
disfasia( tidak bisa memahami bahasa lisan dan tulisan),
apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya)
Lanjutan………..
▪ Lobus Frontal: kerusakan fungsi kognitif
dan efek psikologis. Lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa, dan kurang motivasi. Emosi labil,
depresi,
▪ Hemisfer: stroke hemisfer kanan
didapatkan hemiparese kiri, dan stroke
hemisfer kiri didapatkan hemiparese
kanan perilaku lambat dan sangat hati-
hati, kelainan lapang pandang, disfagia
global, afasia dan mudah frustasi
Pengkajian Saraf Kranial

● Nervus II: disfungsi persepsi visual


● Nervus III,IV dan VI. Jika stroke
mengakibatkan paralisis satu sisi otot-otot
okularis didapatkan kemampuan gerakan
konjugat disisi yang sakit
● Nervus V: penurunan kemampuan koordinasi
mengunyah, penyimpangan rahang bawah
kesisi ipsilateral dan kelumpuhan satu sisi
● Nervus IX dan X: kemampuan menelan
kurang baik dan kesulitan membuka mulut
Pengkajian Sistem Motorik

▪ Inspeksi umum: didapatkan hemiplegia


(paralisis pada salah satu sisi)
▪ Fasikulasi: pada otot ekstremitas
▪ Tonus otot meningkat.
▪ Kekuatan otot : pada sisi yang sakit
didapatkan penurunan sampai 0
▪ Keseimbangan dan koordinasi:
mengalami gangguan karena hemiplegia
dan hemiparese
Pengkajian Sistem Sensorik

▪ Adanya ketidakmampuan untuk


mengintepretasikan sensasi.
▪ Kesulitan dalam mengintepretasikan
stimuli visual,
▪ Mengalami inkontinensia urine sementara,
ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik
dan postural
B4 (BLADDER)

▪ Mengalami inkontinensia urine sementara,


ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik
dan postural
B5 (Bowel)

▪ Adanya Kesulitan Menelan, Nafsu Makan


Menurun, Mual Muntah. Adanya Gangguan
Defekasi Konstipasi Karena Penurunan
Peristaltik Usus Dan Bed Rest
B6 (BONE)
▪ Adanya Hemiplegia (Paralisis Pada Salah Satu
Sisi)
▪ Hemiparese (Kelemahan Pada Salah Satu Sisi)
▪ Kulit Pucat, Turgor Menurun Jika Hipovolemia,
Adanya Dekubitus Jika Bed Rest Lama,
▪ Adanya Kesulitan Beraktifitas Karena
Kelemahan, Paralisis/Hemiplegia. Dan Masalah
Pola Aktifitas Dan Tidur
Pemeriksaan Diagnostik
▪ Angiografi serebral: menentukan
penyebab perdarahan arteriovena adanya
ruptur, mencari sumber perdarahan
▪ CT-Scan: memperlihatkan secara spesifik
letak oedema, posisi hematoma,adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia.
Lanjutan………….

▪ MRI: menggunakan gelombang magnetik


untuk menentukan posisi dan
besar/luasnya terjadinya perdarahan otak.
Didapatkan area lesi/infark akibat
perdarahan
▪ USG (Doppler): adanya arteriovena
▪ EEG: melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan infark menurunkan
impuls listrik dalam jaringan otak
Pemeriksaan Laboratorium

▪ Pemeriksaan darah rutin


▪ Pemeriksaan kimia darah
▪ Pemeriksaan darah lengkap
KONSEP PENATALAKSANAAN
▪ Mempertahankan saluran nafas yang
paten, lakukan pengisapan lendir dan
oksigenasi, jika perlu trakeostomi
▪ Mengendalikan tekanan darah, usaha
memperbaiki hipertensi dan hipotensi
▪ Memperbaiki aritmia jantung
▪ Merawat kandung kemih, kateter
▪ Memberikan posisi yang tepat, posisi
dirubah 2 jam sekali dan latihan gerak
pasif
Pengobatan Konservatif

▪ Vasodilator meningkatkan aliran darah


serebral Diberikan histamine
▪ Medikasi anti trombosit seperti aspirin
▪ Antikoagulan: mencegah dan
memperberat terjadinya trombus atau
embolisasi
Pengobatan Pembedahan

Endosterektomi karotis membuka


1 kembali arteri karotis dileher

2 Revaskularisasi

3 Evaluasi bekuan darah


Diagnosa Keperawatan
▪ Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d
aterosklerosis aortik.
▪ Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan sistem saraf
pusat.
▪ Defisit perawatan diri; mandi b.d kerusakan
neuromuscular.
▪ Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.
▪ Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
disfungsi neuromuskular
▪ Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
▪ Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia
jaringan
(Nanda)
Diagnosa Keperawatan

▪ Ketidakefektifan jalan nafas b/d akumulasi sekret,


kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas
fisik sekunder dan perubahan tingkat kesadaran
▪ Hambatan mobilitas fisik b/d
hemiparese/hemiplegia, kelemahan neuromuskuler
ekstremitas
▪ Resiko tinggi terjadinya cedera b/d penurunan luas
lapang pandang, penurunan persepsi sensori
▪ Resiko gangguan integritas kulit b/d tirah baring
lama
▪ Defisit perawatan diri b/d kelemahan
neuromuskuler, kesadaran, kehilangan kontrol
Lanjutan…………
▪ Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b/d kelemahan otot mengunyah dan menelan
▪ Gangguan konsep diri b/d perubahan persepsi
▪ Ketidak patuhan exercise b/d perubahan status
kognitif dan kurangnya informasi
▪ Gangguan persepsi sensori b/d penurunan
sensori, dan penglihatan
▪ Gangguan eliminasi b/d imobilisasi dan asupan
cairan kurang
▪ Kerusakan komunikasi verbal b/d efek dari
kerusakan area hemisfer otak dan kehilangan
kontrol otot fasia atau oral
Lanjutan…………

▪ Resiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual b/d


dengan kelemahan neuromuskular pada ekstremitas
▪ Ketidah tahuan ibadah b/d status kognitif dan
kurangnya informasi
▪ Kecemasan klien dan keluarga b/d dengan
prognosis penyakit yang tidak menentu.
▪ Gangguan persepsi sensori b/d penurunan sensori,
dan penglihatan
▪ Gangguan eliminasi b/d imobilisasi dan asupan
cairan kurang
▪ Resiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual b/d
dengan kelemahan neuromuskular pada ekstremitas
▪ Kurang pengetahuan ibadah b/d status kognitif dan
kurangnya informasi
INTERVENSI I

▪ Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab


koma/penurunan fungsi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan
TIK
▪ Memonitor TTV tiap 4 jam
▪ Evaluasi pupil
▪ Monitor temperatur dan pengaturan suhu lingkungan
▪ Pertahankan kepala/leher pada posisi netral, usahakan dengan sedikit
bantal
▪ Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya
prosedur
▪ Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti massase
punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah, dan
suasana/pembicaraan yang tidak gaduh
▪ Cegah dan hindarkan terjadinya valsava manuver
▪ Bantu klien jika batuk atau muntah
▪ Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi hari
Lanjutan…..

▪ Palpasi pada pembesaran/pelebaran bladder,


pertahankan drainase urine, pantau konstipasi
▪ Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan
keluarga tentang sebab akibat TIK meningkat
▪ Observasi tingkat kesadaran dengan GCS
▪ Kolaborasi pemberian oksigen
▪ Berikan cairan intravena sesuai indikasi
▪ Berikan obat diuretik atau furosemid,
antihipertensi, antipiretik.
Intervensi Keperawatan

Defisit perawatan diri; mandi b.d kerusakan


neuromuskular. (Nanda)

▪ Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan
mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria
hasil:

NOC

▪ NOC :
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)

▪ Kriteria Hasil :
1. Klien terbebas dari bau badan
2. Menyatakan kenyamanan terhadap
kemampuan untuk melakukan ADLs
3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC
NIC :
Self Care assistance : ADLs
1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan makan.
3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-
care.
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan
bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
Analisa & Diagnosa
Keperawatan:
1. Perubahan perfusi jaringan otak.
Kemungkinan penyebab : adanya sumbatan
pembuluh darah otak, spasme cerebral, edema
cerebral, PTIK ( Peningkatan Tek Intra Kranial ).

Tujuan :
Perfusi jaringan otak adekuat, dengan kriteria :
peningkatan tingkat kesadaran, tanda vital dalam
batas normal, tak ada tanda PTIK, nilai HB & AGD
dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan :
▪ Monitor tanda vital
▪ Monitor tingkat kesadaran & perubahan pupil
▪ Atur posisi kepala elevasi ( head up 15- 30 )
▪ Tempatkan klien pada lingkungan tenang.
▪ Batasi aktifitas klien yang berlebihan
▪ Hindari klien dari aktifitas batuk, mengejan
yang berlebihan
▪ Berikan O2 & humidifikasi dan obat- obatan
adekuat ( tindakan kolaboratif )
2. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas.
Kemungkinan penyebab : akumulasi sekret
pada saluran nafas, penurunan R. Menelan .

Tujuan :
Bersihan jalan nafas efektif, dengan kriteria :
ronchi -, klien dapat batuk efektif, sekret -,
bunyi nafas vesikuler, R. Menelan +
Intervensi Keperawatan :

▪ Observasi bunyi nafas dengan auskultasi


▪ Pertahankan ekspansi paru dengan posisi
kepala head up 15 -30.
▪ Berikan hidrasi/ cairan adekuat, bila tak ada
kontra indikasi
▪ Lakukan suctioning/ hisap lendir dengan
teknik septik secara adekuat.
▪ Berikan O2 adekuat sebelum dan sesudah
suctioning, untuk hindari hipoksia.
Intervensi Keperawatan sambungan ....

▪ Kaji R. Menelan dan R. Muntah


▪ Bila ada penurunan kesadaran, pasang
mayo/guedel atau ETT, untuk memudahkan
suctioning.
▪ Ajarkan klien latihan batuk efektif
▪ Berikan nebulisasi dengan NaCl fisiologis.
▪ Pertahankan prinsip sterilitas tindakan &
cairan desinfektan pada tabung penampung
sekret.
3. Gangguan mobilisasi fisik/ aktifitas
gerak.
Kemungkinan penyebab : adanya kerusakan
neuromuskuler.

Tujuan :
Mobilisasi fisik/ aktifitas gerak dapat
maksimal, dengan kriteria : nilai kekuatan
otot pada semua ekstremitas maksimal ( 5 ),
atrofi -, kontraktur -, ADL terpenuhi mandiri.
Intervensi Keperawatan :
▪ Kaji kekuatan otot dan kemampuan klien
dalam melakukan aktifitas.
▪ Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (
fisioterapi, okupasional terapi )
▪ Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
untuk semua ekstremitas 3x sehari sesuai
toleransi klien.
▪ Pertahankan posisi badan sejajar sumbu
tubuh, gunakan matras udara, kasur air atau
papan kaki sesuai indikasi.
Intervensi keperawatan sambungan...

▪ Bantu klien untuk ambulasi setelah


memungkinkan (tidur-duduk, duduk-berdiri,
berdiri- berjalan ).
▪ Anjurkan klien untuk melakukan latihan
dengan menggunakan ekstremitas yang
sehat untuk mendukung bagian yang lemah.
▪ Observasi terus kemampuan klien dalam
kemampuan motorik, keseimbangan dan
tonus otot.
▪ Observasi keadaan integritas kulit dan
pertahankan sirkulasi darah yang adekuat.
▪ Lakukan perawatan kulit dengan lotion dan
lakukan massage pada punggung serta
bokong.
▪ Rubah posisi tidur klien dengan miring kiri,
telentang & miring kanan setiap 2 jam.
▪ Libatkan keluarga dalam melatih dan
memotivasi klien agar latihan bertahap.
▪ Berikan reward pada klien atas usahanya
untuk berlatih.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Kemungkinan penyebab : kerusakan


neuromuskuler akibat menurunnya
R.Menelan, kelemahan otot mengunyah.

Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat,
dengan kriteria :kebutuhan kalori terpenuhi,
tak ada penurunan BB, R.Menelan +, klien
dapat makan peroral, porsi makan habis.
Intervensi Keperawatan :

▪ Kaji keterbatasan klien dalam pemenuhan


nutrisi (R.Menelan, kekuatan otot
mengunyah, pergerakan lidah, tingkat
kesadaran )
▪ Pertahankan posisi tidur klien saat memberi
makan dengan posisi kepala lebih tinggi dari
badan ( semi fowler bila tak ada kontra
indikasi ).
▪ Berikan makanan secara bertahap, mulai dari
makanan cair, lunak sampai padat.
Intervensi sambungan...

▪ Berikan makanan yang tinggi serat dan nilai


gizi seimbang untuk hindari obstipasi.
▪ Catat intake- output dalam 24 jam
▪ Bila klien penurunan kesadaran & intake tak
adekuat, pasang NGT ( kolaboratif )
▪ Pertahankan kepatenan NGT di lambung &
ganti NGT seminggu sekali.
▪ Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk
penentuan kebutuhan nutrisi klien.
5. Gangguan pola eliminasi

(inkontinentia urin)
Kemungkinan penyebab : menurun/ hilangnya
sensasi berkemih, adanya penurunan kesadaran.

Tujuan :
Pola eliminasi kembali normal, dengan kriteria :
pengeluaran urine terkontrol, BAK tanpa alat bantu
(DC), tak ada tanda infeksi saluran kemih, output
urine 1-2 cc/kgBB/jam.
Intervensi Keperawatan :

▪ Kaji kemampuan dan kebiasaan berkemih


▪ Lakukan program latihan berkemih ( bladder
retraining ) sesuai program (dengan/tanpa
kateter ).
▪ Lakukan Kegel exercise ( untuk melatih otot-
otot kandung kemih )
▪ Catat intake output dan observasi adanya
tanda infeksi saluran kemih.
Intervensi sambungan...

▪ Bila memungkinkan latih klien untuk


berkemih setiap 2 jam dengan memberikan
pot atau membawa ke kamar mandi (
toileting ).
▪ Bila klien penurunan kesadaran, pasang
dower kateter dengan prinsip sterilitas.
▪ Lakukan hygiene pada daerah meatus
urethra setiap hari dan ganti kateter & urine
bag satu minggu sekali.
▪ Observasi profil urine ( warna, kepekatan,
ada tidaknya kristal/benda asing dll)
6. Gangguan komunikasi verbal

Kemungkinan penyebab : disfungsi kognitif


atau kerusakan pada area pusat bicara.

Tujuan :
Komunikasi verbal terpenuhi secara adekuat,
dengan kriteria : komunikasi dua arah
efektif, rero -, kontak mata adekuat.
Intervensi keperawatan :

▪ Kaji kemampuan dan tipe defisit komunikasi.


▪ Saat komunikasi berdiri pada garis pandang
klien dan bicara dengan intonasi jelas.
▪ Ajarkan klien untuk mengikuti kata- kata
sederhana dan berusaha untuk mengulang.
▪ Berikan alternatif komunikasi, misal dengan
gambar atau tulisan.
▪ Anjurkan keluarga dan pengunjung untuk
berkomunikasi dengan klien.
▪ Kolaboratif dengan speech terapi.
7. Gangguan konsep diri ( body image )

Kemungkinan penyebab : ketidakberdayaan,


perasaan harga diri rendah, tidak berfungsinya
salah satu fungsi tubuh.

Tujuan :
Konsep diri adekuat, dengan kriteria :
Koping klien konstruktif, harga diri meningkat.
Intervensi Keperawatan :

▪ Bina trust dengan klien dan keluarga


▪ Beri waktu klien untuk mengungkapkan
semua perasaan pada orang terdekat
▪ Hindari informasi yang bertubi- tubi pada
klien selama fase awal berduka
▪ Informasikan pada klien bahwa perasaan itu
normal.
▪ Bila klien menyangkal, terima tanpa
menguatkan penyangkalan.
Intervensi sambungan ...

▪ Rujuk klien pada konselor bila keadaan menyangkal


berkepanjangan, dan berikan no telp yang bisa
diminta dukungan oleh klien & keluarga saat
dirumah
▪ Jika klien direncanakan pulang, diskusikan
perawatan di rumah.
▪ Berikan reward pada klien untuk mengekspresikan
perasaan dan arahkan pada kelompok pendukung (
komunitas yang mempunyai penyakit seperti klien )
“KEPERAWATAN
Add your company slogan ”
GERONTIK

Wassalamualaikum wr wb

LOGO

Anda mungkin juga menyukai