Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FOOT
Pembimbing : dr. I Komang Arimbawa, Sp.S
Vision
DROP
FOOT
DAPAT
Mengetahui penyebab,
Mendiagnosis,
Penatalaksanaan
DROP FOOT DROP FOOT DROP FOOT
Ketidak mampuan Bukanlah sebuah penyakit Memiliki banyak faktor
mengangkat bagian depan resiko
kaki
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi, Epidemiologi, Etiologi, Patofisiologi, Diagnosis, Penatalaksanaan
DEFINISI
Kombinasi
disfungsi
Compratment neurologi, otot,
Syndrome anatomi
Ruptur tendon
tibalis anterior
Cedera dam tendon
langsung pada subkutaneus
dorsiflexor
PATOFISIOLOGI
• Laserasi atau Crush injury dapat mengehentikan aliran ini. Double crush terjadi
ketika adanya cedera di proksimal dari nerve root sehingga akan menghambat
2 aliran axoplasmik, sehingga axon rentan mengalami kerusakan.
• Lesi distal pada axon tersebut dianggap bertanggung jawab atas peningkatan
risiko drop foot, biasanya terjadi pada cedera pinggul pada pasien dengan riwayat
3 stenosis tulang belakang sebelumnya.
Gejala
• Tidak bias mengangkat kaki bagian depan
• Nyeri
• Kelemahan pada kaki
• Mati rasa
• Perubahan cara berjalan
Riwayat trauma
• Kaki
• Lutut
• Pinggul.
Terlihat pada pasien dengan drop foot (kelemahan kaki dorsofleksi), penyebab gait ini adalah karena
upaya untuk angkat kaki cukup tinggi selama berjalan sehingga kaki menyeret di lantai.
unilateral, penyebab termasuk peroneal kelumpuhan saraf dan L5 radiculopathy.
bilateral, penyebab termasuk amyotrophic lateral sclerosis, penyakit Charcot - Marie - Tooth dan
neuropati perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan diabetes yang tidak terkontrol.
terlihat pada penyakit serebelar, cara berjalan ini digambarkan sebagai kikuk, gerakan mengejutkan dengan
kiprah berbasis lebar.
Sambil berdiri diam, tubuh pasien akan bolak-balik dan dari sisi ke sisi, yang dikenal sebagai titubasi.
tidak akan mampu berjalan dari tumit sampai ujung kaki atau dalam garis lurus. Kiprah keracunan alkohol akut
akan menyerupai kiprah penyakit cerebellar.
ketidakstabilan yang lebih truncal lebih mungkin untuk memiliki penyakit cerebellar garis tengah pada vermis
Gait Sensorik
Saat kaki menyentuh tanah, kita menerima informasi propioreceptif untuk memberitahu kita lokasi
mereka.
Cara berjalan ataxic sensorik = kehilangan masukan propioreceptive ini.
Kunci cara berjalan ini melibatkan eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki mereka (yaitu
dalam gelap).
Cara berjalan ini juga kadang-kadang disebut sebagai gait menghentak karena pasien dapat
mengangkat kaki mereka sangat tinggi untuk memukul tanah keras.
Gait ini dapat dilihat pada gangguan kolom dorsal (defisiensi B12 atau tabes dorsalis) atau penyakit
yang mempengaruhi saraf perifer (diabetes yang tidak terkontrol).
Dalam bentuk yang berat, gaya berjalan ini dapat menyebabkan ataksia yang menyerupai gaya berjalan
ataksia cerebellar.
Palpasi (Feel)
Inspeksi (Look)
a. Suhu kulit
Inspeksi dilakukan secara sistematik;
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya
a. Kulit, meliputi warna kulit dan
spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovial, penebalan membran
tekstur kulit
jaringan sinovial, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di luar
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh
sendi atau adanya pembengkakan.
darah, saraf, otot, tendon, ligamen,
c. Nyeri tekan = nyeri setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain
jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe.
(referred pain).
c. Tulang dan sendi
d. Tulang = diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang
d. Sinus dan jaringan parut
atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang
satu dengan lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak
Kekuatan otot (Power)
Pemeriksaan kekuatan dibagi dalam grade 0-5, yaitu:
Grade 0
Tidak ditemukan adanya kontraksi otot.
Grade 1
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak
dapat menggerakkan sendi.
Grade 2
Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi.
Grade 3
Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap
tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
Grade 4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan.
Grade 5
Kekuatan otot normal.
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)
dua istilah pergerakan yang aktif (penderita sendiri)
pergerakan pasif (bantuan pemeriksa.)
a) Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
rasa sakit/ krepitasi
a) Stabilitas sendi
-Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
AFO juga dapat digunakan pada masa Peroneal nerve stimulation atau Functional Electrical
penyembuhan neurologis atau penyembuhan Stimulation (FES)
AFO * Mudah digunakan untuk keperluan sehari-hari * Tidak nyaman, risih, tidak fleksibel
* Menggunakan AFO merupakan suatu rutinitas * Susah mendapatkan sepatu yang sesuai dengan
* Mudah memakainya orthosis
* Reliable * Tetap harus dipakai ketika duduk atau sedang tidak
* Sangat berguna untuk kondisi darurat berjalan (tidak dibutuhkan)
* Dapat digunakan selama perjalanan udara (tidak
menggunakan kabel)
* Lebih mudah dipasang sendiri
* Dapat digunakan dalam kondisi dekat air
• Metode operatif sering kali dilakukan untuk membuka ruangan dimana saraf tersebut
meninggalkan tulang belakang (foramina spinal) dengan mengalihkan diskus yang mengalami
herniasi (microdiscectomy), membuka foramen (foraminotomy) atau pada kasus yang lebih
kompleks, dilakukan kombinasi dari dua tindakan ini, dimana tulang akan di perbaiki bersama
untuk menghilangkan pergerakan yang bermasalah.
Prognosis dan Pemulihan
• Tipe trauma (neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Tanda-tanda pemulihan akan terlihat atau
• Komplikasi yang terjadi adalah neuralgia, rasa terbakar yang sangat mengganggu penderita sehingga