Dr syarah
Dr rian
Benda Asing Esofagus
• Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan
atau agen benda keras lainnya yang tertelan dengan sengaja atau tidak
yang dapat menyebabkan sumbatan dan perlukaan esofagus.Kasus tertelan
benda asing paling banyak ditemukan pada anak dengan kejadian puncak
antara usia 6 bulan dan 6 tahun. Pada anak biasanya berupa mainan kecil,
pernak-pernik kecil dan uang logam.
• Pada orang dewasa,biasanya terjadi pada mereka dengan gangguan
kejiwaan, retardasi mental,keracunan alkohol, dan gangguan kesehatan.
Penderita yang sering tertelan makanan biasanya pada esofagusnya.
• Jenis benda asing yang tertelan pada anak dan dewasa berbeda.Pada orang
dewasa, jenis yang banyak tertelan berasal dari makanan,biasanya berupa
potongan daging, tulang dan gigi palsu.
Komplikasi Benda Asing Esofagus
• edema,
• ulserasi,
• perdarahan,
• obstruksi lumen,
• gangguan pernapasan dan perforasi.
Anatomi Esofagus
Esofagus merupakan bagian dari saluran pencernaan berupa suatu tabung
otot vertikalyang memanjang dari hipofaring sampai lambung, yaitu setinggi
batas bawah kartilago krikoid sampai orifisium kardiak pada lambung. Dalam
keadaan diam bagian anteroposterior esofagus berdekatan dan pada
potongan transversal berbentuk bulat telur. Pada plana aksial esofagus
terletak pada garis tengah, kemudian berbelok ke kiri pada area
servikotorakal, dan kembali ke garis tengah pada saat memasuki
mediastinum.
Tetapi, pada level setinggi vertebra torakalis ke-7, esofagus kembali berbelok
ke kiri dan terus melewati hiatus diafragmatika (vertebra torakalis ke-10)
sampai ke lambung. Ukuran esofagus yang telah melewati hiatus
diafragmatika hanya sekitar 1.25 cm pada orang dewasa. Pada plana sagital,
esofagus terlihat konveks, mengikuti alur konveksitas tulang
belakang.
Esofagus pada neonatus dimulai setinggi vertebra servikal IV-Vsampai pada
batas setinggi vertebra torakal IX, dengan panjang bervariasiantara 8-10 cm.
Pertumbuhan panjang esofagus menjelang umur 1 tahunmeningkat menjadi
12 cm, pada umur 5 tahun panjang esofagus menjadi16 cm dan setelah itu
pertumbuhannya menjadi lambat, sehingga padaumur 15 tahun hanya
mencapai 19 cm. Ukuran panjang esofagus diukurdari gigi seri atas:
• 1. Bayi : 18 cm
• 2. Anak (1 tahun) : 20 cm
• 3. Anak (3 tahun) : 22 cm
• 4. Anak (6 tahun) : 25 cm
• 5. Anak (10 tahun) : 27 cm
• 6. Anak (14 tahun) : 34 cm
• 7. Dewasa : 40 cm
Esofagus umumnya dalam keadaan kolaps bila tidak terdapat makanan
yang melewatinya.
Bentuk lumennya mirip dengan celah, yaitu dalam keadaan istirahat,
tetapi pada bagian bawah bentuk lumennya lebih menyerupai tabung.
Diameter lumen esofagus bervariasi, tergantung dariada tidaknya bolus
makanan atau cairan melaluinya. Pada keadaan istirahat, diameter
lumen esofagus sekitar 20 mm dan dapat bertambahmenjadi 30 mm.
Pada bayi sekitar 5 mm dan pada umur mejelang 1 tahun menjadi
berlipat ganda dan setelah berumur 5 tahun diameter lumen esofagus
mencapai 15 milimeter. Pada area penyempitan ukuran lumendapat
berkurang sampai 13-16 mm. Diameter lumen paling besardidapatkan
pada muara esofagus dengan lambung.
Dinding Esofagus
• a. Membran Mukosa
• b. Submukosa
• c. Lapisan Otot Esofagus
• d. Lapisan Fibrosa
Hubungan Esofagus dengan Struktur Sekitar
• a. Bagian Servikal
• Pada orang dewasa panjang esofagusservikal 5-6 cm, mulai setinggi
• servikal VI sampai torakal I. Dinding anterior esofagusservikal
• melekat erat dengan jaringan ikat serat otot dinding trakea yang
• disebut tracheo-esophageal party wall (dinding bersama trakeaesofagus).
• Di bagian anterolateral, esofagus ini tertutup oleh kelenjartiroid, sedang di
sisi kiri dan kanan pada lekuk antara trakea dan esofagus berjalan
n.laringeus rekuren sinistra dan dekstra ke atas menuju faring setelah
menyilang trunkus brakiosefalikus bagiandekstra dan menyilang arkus
aorta bagian sinistra.
• Pada bagian posterior di daerah perbatasan dengan hipofaring,
• terdapat daerah dengan resistensi lemah (locus minoris resistensiae)
• yaitu dinding yang tidak tertutup oleh otot konstriktor faringeus
• Inferior. Jackson menyebut introitus esofagus sebagai Gate of Tears
• atau Bab El Mandeb.
• Pada bagian lateral esofagus terdapat sarung carotis (carotid Sheath)
• beserta isinya.
Gambar hubungan esofagus dengan sekitar
b. Bagian Torakal
impaksi makanan pada esofagus bagian tengah atau bawah, hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya lesi esofageal atau adanya
gangguan motorik
Bila terjadi inkarserata pada esofagus torakal atau pada tempat yang lebih
dibawah, perlu dipikirkan adanya gangguan esofagus yang mendasari.
Sebaliknya bila terjadi impaksi makanan pada esofagus bagian tengah atau bawah, hal
ini mungkin disebabkan oleh adanya lesi esofageal atau adanya gangguan motorik
Perubahan patologis pada esofagus
• Gejala Klinis
• Nyeri menelan dan sulit menelan, tidak bisa menelan ataupun banyak liur
dapat dijumpai.
• Nyeri substernal atau yang menjalar ke punggung kadang juga dikeluhkan.
• Anak kecil, penderita retardasi mental dan gangguan jiwa biasanya datang
dengan keluhan rasa tersedak, tidak mau makan, muntah, keluar air liur, nafas
berbunyi, air liur bercampur darah ataupun sesak nafas.
• Pada anak kecil, gejala pernapasan sering lebih dominan dibanding gejala
pencernaan disebabkan masih lemahnya cincin trakea sehingga mudah
tertekan oleh benda asing.
• Anak-anak sering menahan kepalanya ke satu sisi atau cenderung ke posisi
menunduk.
• Afagia yang disertai dengan air liur berlebih dapat terjadi bila
• terjadi obstruksi total lumen esofagus yang biasanya disebabkan oleh
• impaksi daging makanan.Batuk atau tersedak yang diikuti oleh adanya
• dispepsia persisten biasanya disebabkan oleh benda asing yang berukuranbesar.
• Sindrom penetrasi hampir selalu terjadi pada orang dewasa, kecuali
• pada penderita-penderita psikiatrik dan pemakai obat-obatan. Sindrom ini
• digambarkan dengan adanya gangguan menelan yang disertai dengan nyeri
• daerah faring dan esofagus, yang kadang-kadang disertai dengan batuk,
• tersedak, muntah dan hematemesis. Bila sindrom ini tidak terdapat pada
• orang dewasa perlu dicurigai adanya kondisi-kondisi faring dan esofagusyang
abnormal.
• Gejala yang mengarah pada gangguan pernapasan dapat terjadi
• karena :
• 1. Aspirasi sekresi yang berlebihan akibat usaha untuk menelan melewati
• esofagus yang tersumbat benda asing
• 2. Erosi benda asing yang mengakibatkan perforasi pada esofagus ke
• trakea atau bronkus.
• 3. Trauma yang terjadi pada laring akibat tindakan esofagoskopi (ektraksi
• benda asing).
Pemeriksaan Fisik
• 2. Ekstraksi
• Prosedur ekstraksi sebagai berikut :
• 1. Fiksasi endoskop
• 2. Menyentuh benda asing dengan ujung distal instrumen
• 3. Memegang bagian benda asing dengan kuat
• 4. Menarik benda asing ke dalam endoskop
• 5. Mempertahankan stabilitas endoskop, forsep dan benda asing
• 6. Dengan gerakan yang kontinue dengan mempertahankan aksi
• esofagoskop sejajar esofagus dan faring, menarik bersama-sama
• tanpa mengakibatkan gesekan atau impaksi benda asing
• 3. Endoskopi setelah prosedur dilakukan (evaluasi)
• Dengan esofagoskop daerah bekas tempat asing dieksplorasi untuk
• mengevaluasi adanya tanda-tanda laserasi. Esofagus dibawah lokasi
• impaksi diperiksa sampai ke gaster untuk melihat adanya kelainan-
• akibat
• manuver.
Teknik pemeriksaan esofagoskopi
• Esofagoskop dipegang dengan tangan kanan di bagian proksimal
• dan tangan kiri di bagian distal seperti memegang pensil. Jari tengah dan
• jari manis tangan kiri membuka bibir atas dan mengait gigi insisivus. Jari
• telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang bagian distal esofagoskop serta
• menarik bibir agar tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi.
• Tangan kanan memegang bagian proksimal esofagoskop dengan menjepit
• di antara jari telunjuk dan jari tengah.Esofagoskop didorong perlahan
• dengan menggerakkan ibu jari tangan kiri menyusuri sisi bawah
• esofagoskop dan tangan kanan berfungsi untuk mengarahkan esofagoskop
• dengan memegangnya seperti memegang pensil pada leher pegangan.
• Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam mulut pada garis tengah
• lidah. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior
Esofagoskop didorong menyusuri dinding posterior faring
sampaiterlihat adanya aritenoid kanan dan kiri. Esofagoskop
disusupkan kebawah aritenoid. Suatu gerakan ringan ibu jari
tangan kiri diberikan padaujung esofagoskop sehingga tampak
lumen introitus esofagus. Skopen didorong memasuki lumen
esofagus dengan hati-hati dengan menggerakann ibu jari tangan
kiri secara perlahan. Dilakukan evaluasi introitus kearah atas,
bawah, kanan dan kiri. Selanjutnya esofagoskop didorong
menyusurilumen esofagus dengan gerakan ibu jari tangan kiri
Melalui esofagus segmen torakal, kepala penderita
harusditurunkan sampai mendatar untuk menyesuaikan sumbu
esofagus sehingga lumen tetap tampak.Bila posisi penderita benar
makaesofagoskop biasanya akan menyusup masuk dengan mudah.
Pada waktu esofagoskop mencapai penyempitan aorta dan
bronkus kiri, lumen akan menyempit di anterior.
Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Kepala penderita direndahkan
lagi, kemudian leher dan kepala digeser agak ke kanan untuk menjaga agar
sumbu pipa sesuai dengan sumbu sepertiga bagian bawah esofagus.
Operator mengarahkan esofagoskop ke spina iliaka anterior superior kiri.
Hiatus esofagus dapat dilihat seperti celah yang miring antara jam 10 dan
jam 4Setelah melewati diafragma, kepala penderita harus diturunkan sesuai
dengan kebutuhan untuk mempertahankan visualisasi lumen esofagus.
Selama melakukan tahapan tersebut, dilakukan identifikasi dan posisi benda
asing, dilakukan evakuasi menggunakan forcep yang sesuai.
Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi penderita dan arah
gerakanesofagoskop dilakukan dengan cara yang berlawanan. Untuk
evaluasi(adanya sisa benda asing, laserasi mukosa, perdarahan, perforasi dan
kemungkinan adanya kelainan esofagus yang lain) dilakukanesofagoskopi
ulangan sampai sfingter esofagus bawah.
Komplikasi
• Komplikasi utama benda asing berhubungan dengan perforasi yang terjadi baik secara primer
maupun sekunder.
• Prognosis penderita tergantung kepada penyebab perforasi (perforasi akut oleh benda tajam
• atau perforasi lambat akibat nekrosis kompresi), ukuran benda asing,
• lokasi dan cepat lambatnya benda asing terdeteksi.
• Perforasi akut yang diikuti dengan pasase udara, air liur atau partikel makanan ke jaringan
sekitarnya disertai penyebaran mikroorganisme yang cepat akan
• menyebabkan terjadinya mediastinitis dan secara potensial dapatmenyebabkan syok septik.
Kebocoran akibat proses yang lambat akan
• menyebabkan reaksi inflamasi lokal untuk membatasi perluasan infeksi lebih sering menyebabkan
terbentuknya abses mediastinum atau servikal.
• Pada perforasi sebesar lubang jarum, biasanya hanya terjadi reaksi lokal daerah perforasi.
Perforasi pars torakal lebih berbahaya dibandingkan pars servikal oleh karena mudah terjadi
mediastinitis atau pembentukan fistula antara esofagus dengan trakea, bronkus utama, pleura,
perikardium dan pembuluh darah besar (aorta, subklavia, karotis).
Penanganan Post Ekstraksi
• Bila ekstraksi sangat sulit dilakukan dan timbul laserasi dalam
• sampai ke lapisan muskuler maka dilakukan penanganan konservatif
• berupa pemasangan nasogastric tube dalam 3 jam pertama yang
• dipertahankan sampai 10 hari dengan pemantauan secara klinis yang
• ketat,CT-Scan dan atau esofagoskopi fleksibel bila diperlukan.
Penanganan Bedah