Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN

HALUSINASI
Natur Orang ODs
• Penyebab utamanya adalah unsur fisik (biologis). ODS dan ODB
mempunyai kelebihan kadar neurotransmitter dopamine di dalam
otaknya yang membuat pikiran mereka menjadi kacau dan sampai
psikotik. Penemuan ilmu ini sangat penting di dalam kita menangani
ODS . Tentu kita harus mengobati ODS secara holistik dalam aspek
bio-psiko-sosial-spiritual. Tanpa dukungan keluarga, teman dan
support group, tanpa berpikir positif dan mempunyai iman
kepercayaan maka ODS juga tidak bisa berfungsi secara penuh di
dalam hidupnya. Tetapi karena natur yang esensialnya adalah aspek
fisik (biologis) yang mempengaruhi keseluruhan aspek maka kita
harus terlebih dahulu mengobati aspek fisiknya. Jadi ODS pertama-
tama harus makan obat.(https://www.kompasiana.com/limpingen)
Peran perawat
• Tentunya bila seseorang hanya diberikan medis belaka
tanpa dukungan sosial dan iman kepercayaan maka dia
lemah dan merasa hidupnya terasing dan tidak
bermakna. Semua aspek harus ditangani tetapi kali ini
saya hendak menekankan bahwa karena natur
esensialnya adalah masalah fisik (biologis) maka aspek
medis adalah esensial dan penting. Ini tidak dapat
ditoleransi. ODS harus makan obat karena mereka
sakit. ODS tanpa obat-obatan sudah jelas akan
mengakibatkan mereka relaps lagi ( kambuh lagi).
Peran perawat dibutuhkan untuk memfasilitasi
pemenuhunan holistik hingga kondisi klien lebih
optimal dan adaftif.
Halusinasi
• Halusinasi merupakan gejala penyerta paling
umum yang dialami oleh orang ODS dengan
berbagai akibatnya. Jika tidak ditangani secara
holistik maka kondisi klien akan jatuh pada
kondisi yang lebih parah lagi yaitu psikotik.
• Berdasarkan keyakinan spiritual Islam semua
penyakit ada obatnya. “ Allah menurunkan
penyakit dan menurunkan pula obatnya,
diketahui oleh yang mengetahui dan tidak akan
diketahui oleh orang yang tidak mengerti.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Pengertian
• Halusinasi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami perubahan dalam jumlah
dan pola dari stimulasi yang mendekat yang
diprakarsai secara internal atau eksternal disertai
dengan suatu pengurangan berlebihan-lebihan,
distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap
stimulus (Townsend, 1998). Halusinasi
merupakan persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi sensori yang tidak terjadi
dalam realitas (Videbeck, 2008).
lanjut
• Halusinasi merupakan pencerapan tanpa adanya
rangsangan apapun pada panca-indera seorang
pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau
bangun, dasarnya mungkin organik, fungsinal,
psikotik ataupun histerik (Maramis, 1998).
Halusinasi merupakan suatu persepsi yang salah
tanpa dijumpai dengan adanya rangsangan dari
luar (Yosep, 2007). Berdasarkan pengertian diatas
dapat disimpulkan halusinasi merupakan persepsi
klien melalui panca indera tanpa ada stimulus
atau rangsangan yang nyata.
Rentang Respons Neurobiologis
• Dari bagan diatas bisa dilihat rentang respon neurobiologis bahwa respon adaptif
sampai maladaptif yaitu:
• 1. Respon adaptif

• a) Pikiran logis

• pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.

• b) Persepsi akurat

• Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.

• c) Emosi konsisten dengan pengalaman

• Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.


lanutan
• d) Perilaku sesuai

• Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan


individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau
ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.

• e) Hubungan sosial

• Hubungan seseorang dengan orang lain dalam


pergaulan di tengah-tengah masyarakat.
• 2. Respon transisi

• a) Pikiran kadang menyimpang

• Kegagalan dalam mengambil kesimpulan.

• b) Ilusi

• Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.

• c) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang

• Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.

• d) Perilaku aneh atau tak lazim


lanjutan
• Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal
orang lain.

• e) Menarik diri

• Perilaku menghindar dari orang lain.

• 3. Respon maladaptif

• a) Gangguan pikiran atau waham

• Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita sosial.

• b) Halusinasi

• Persepsi yang salah terhadap rangsang.


lanjutan
• c) Ketidakmampuan untuk kontrol emosi

• Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami


kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.

• d) Ketidakteraturan perilaku

• Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.

• e) Isolasi sosial

• Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain


menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart, 2007).
Etiologi
• Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi padaklien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaandelirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaanalkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi adapat juga terjadi denganepilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari
berbagai pengobatan yangmeliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan
antibiotik,sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya
halusinasisama seperti pemberian obat diatas.

• Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada
individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya
pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan. Penyebab halusinasi
pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis , socialbudaya,dan stressor
pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber
koping dan mekanisme koping.
Tanda Dan Gejala
• 1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

• 2. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara.

• 3. Gerakan mata yang cepat.

• 4. Respon verbal yang lambat.

• 5. Menarik diri dari orang lain.

• 6. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

• 7. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.


Mekanisme Koping
• Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri
dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan
respons neurobiologis maladaptive meliputi :

• 1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi


dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan
sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari.

• 2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan


persepsi.

• 3. Menarik diri (Stuart, 2007)


Pengkajian
• Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik belum diketahui, namun banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti faktor biologis, psikologis, social budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis,
pemicu masalah dan mekanisme koping.

• Faktor predisposisi :

• Beberapa faktor predisposisi yang berkonstribusi pada respon munculnya neorobiologi seperti halusinasi antara
lain :

• a).Biologis

• Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologi yang maladptif baru
mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian – penelitian yang berikut :

• 1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
Skizoprenia. Lesi pada daerah frontal, temporal berhubungan dengan perilaku psikotik. Pembesaran ventrikel dan
penurunan massa kortikal menunjukkan atrofi otak.

• 2) Beberapa zat kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal berikut :

• a) Dopamin neurotransmiter yang berlebihan.

• b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmiter lain, terutama serotonin.


lanjutan
• ) Masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin.
• 3) Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak
kembar dan anak yang diadopsi menunjukkan peran
genetik pada skizofrenia. Kembar identik yang
dibesarkan secara terpisah mempunyai angka kejadian
skizofrenia yang lebih tinggi dari pada pasangan
saudara sekandung yang tidak identik. Penelitian
terbaru memfokuskan pada pemetaan gen dalam
keluarga dengan insiden skizofrenia yang lebih tinggi
pada keturunan pertama dibandingkan dengan
populasi secara umum.
• Psikologis

• Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologis yang


maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori psikologis
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyabab gangguan ini.
Sehingga kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa
profesional menurun.

• Sosial budaya

• Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan


gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyabab
utama gangguan jiwa (Stuart, 2007).
lanjut
• Faktor Presipitasi
• Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

• Biologis

• Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

• Stress lingkungan

• Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

• Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis maladaptif yang berhubungan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu (Stuart, 2007).
Menurut Videbeck (2008) berdasarkan jenis dan karakteristik
halusinasi antara lain :

• Halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara, paling sering


adalah suara orang berbicara kepada klien atau membicarakan klien.
Mungkin ada satu atau banyak suara ; dapat berupa suara orang yang
dikenal atau tidak dikenal. Halusinasi pendengaran merupakan jenis
halusinasi yang sering terjadi. Halusinasi perintah adalah suara-suara yang
menyuruh klien untuk mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri
sendiri atau orang lain dan dianggap berbahaya.
• Halusinasi penglihatan dapat mencakup melihat bayangan yang
sebenarnya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah
meninggal, atau mungkin sesuatu yang bentuknya rusak, misalnya melihat
monster padahal yang dilihat adalah perawat.
• Halusinasi Penciuman meliputi mencium aroma atau bau padahal tidak
ada. Bau tersebut dapat berupa bau tertentu seperti urina atau feses, atau
bau yang sifatnya lebih umum, misalnya bau busuk atau bau tidak sedap.
• Halusinasi pengecap mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut, atau
perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut
dapat berupa rasa logam atau pahit.
lanjut
• Halusinasi peraba (taktil) mengacu pada sensasi seperti
aliran listrik yang menjalar keseluruh tubuh atau
binatang kecil yang merayap dikulit.
• Halusinasi kinestetik terjadi ketika klien tidak bergerak
tetapi melaporkan sensasi gerakan tubuh. Gerakan
tubuh kadang kala yang tidak lazim, misalnya melayang
keatas tanah.
• Halusinasi kenestetik meliputi laporan klien bahwa ia
merasakan fungsi tubuh yang biasanya tidak dapat
dideteksi. Contohnya yaitu sensasi pembentukan urine
atau impuls yang ditransmisikan ke otak
Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart &
SundeeTahapn, 1998 ) :
• a) Tahap I : Menyenangkan – Ansietas tingkat sedang.

• 1). Tingkat : Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.

• 2). Karakteristik

• Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta
mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa
pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi ( Non Psikotik ).

• 3). Perilaku klien

• a) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

• b) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

• c) Gerakan mata yang cepat.

• d) Respon verbal yang lamban.


lanjut
• e) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

• b) Tahap II : Menyalahkan – Ansietas tingkat berat.

• 1). Tingkat : Secara umum halusinasi menjijikkan.

• 2). Karakteristik

• Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan
kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin
merasa malu karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari orang lain ( Non Psikotik ).

• 3). Perilaku klien

• a) Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas, missal peningkatan tanda – tanda vital.

• b) Penyempitan kemampuan konsentrasi.

• c) Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realita
• ) Tahap III : Mengendalikan – Ansietas tingkat berat

• 1). Tingkat Pengalaman sensori menjadi penguasa


2). Karakteristik

Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai
dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
tersebut berakhir (Psikotik ).

3). Perilaku klien

a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada menolaknya.

b) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

c) Rentang perhatian hanya beberapa menit.

d) Gejala fisik dari ansietas berat ( berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk ).

d) Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas tingkat panik


lanjutan
• 1). Tingkat Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

• 2). Karakteristik

• Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa
berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik ( Psikotik ).

• 3). Perilaku klien

• a) Perilaku menyerang seperti panik.

• b) Potensial melakukan bunuh diri.

• c) Amuk, agitasi, menarik diri, dan katatonik.

• d) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.


lanjut
• G. Masalah Keperawatan

• Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien


dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran antara
lain :

• Gangguan sensori/persepsi : Halusinasi pendengaran (Keliat,


2006).
• Isolasi sosial : Menarik diri (Keliat, 2006).
• Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam merawat diri
• Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri
rendah kronis
• Koping individu tidak efektif
• Diagnosa Keperawatan :

• Gangguan sensori/persepsi : Halusinasi pendengaran


(Keliat, 2006).
• Isolasi sosial : Menarik diri (Keliat, 2006).
• Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
merawat diri
• Perubahan proses pikir : Waham berhubungan
dengan harga diri rendah kronis
• Koping individu tidak efektif
PERENCANAAN TINDAKAN
• Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri

• Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya

• Tujuan Khusus :

• 1. Klien mampu membina hubungan saling percaya

• 2. Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya menyebutkan perilaku menarik diri

• 3. Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain : perawat atau klien lain
secara bertahap

• 4. Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkan kemampuan berhubungan dengan


orang lain
lanjut
• Kriteria Evaluasi :

• 1. Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat


mau menyebutkan nama, mau memanggil nama perawat
dan mau duduk bersama

• 2. Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri

• 3. Klien mau berhubungan dengan orang lain

• 4. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat


berhubungan secara bertahap dengan keluarga
lanjutan
• Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya serta beri kesempatan
pada klien mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri

• Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang mungkin jadi penyebab
• Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
• Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan
• Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap yang ditentukan
• Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
• Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari Berhubungan
• Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien mengisi Waktunya
• Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan
• Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan
• Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan Keluarga
• Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan cara keluarga
menghadapi
• Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
• Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok klien minimal sekali seminggu
lanjutan
• Intervensi :

• – Bina hubungan saling percaya

• – Buat kontrak dengan klien

• – Lakukan perkenalan

• – Panggil nama kesukaan

• – Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah


Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah
• Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap

• Tujuan Khusus :

• Klien dapat :

• 1. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

• 2. Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan

• 3. Klien mampu mengevaluasi diri

• 4. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya

• 5. Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan


lanjut
• Kriteria Evaluasi :

• 1. Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik

• 2. Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan

• 3. Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan

• 4. Klien mampu memulai mengevaluasi diri

• 5. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan


kemampuan yang ada pada dirinya

• 6. Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai


dengan rencanan
• ntervensi :

• Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari segi fisik
• Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
• Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama di rumah dan di rumah sakit
• Berikan pujian
• Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh klien
• Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien
• Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien
• Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penialian klien terhadap stressor
• Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan perilakunya
• Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak Realistic
• Bersama klien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki
• Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok
• Diskusikan koping adaptif dan maladaptive
• Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive
• Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang dapat merubah dirinya bukan orang lain
• Dorong klien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan perawat)
• Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan/tujuannya
• Bantu klien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang Diharapkan
• Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai potensi yang ada pada dirinya
• Beri kesempatan kepada klien untuk sukses
• Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan
• Libatkan klien dalam kegiatan kelompok
• Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalam keluarga sebagai individu yang unik
• Beri waktu yang cukup untuk proses berubah
• Beri dukungan dan reinforcement positip untuk membantu mempertahankan kemajuan yang sudah dimiliki klien
Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri berhubungan
dengan ketidak mampuan dalam merawat diri

• Tujuan Umum : Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baik

• sehingga penampilan diri adekuat

• Tujuan Khusus :

• Klien mampu :

• 1. Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri

• 2. Mengidentifikasi kebersihan dirinya

• 3. Menjelasakan cara-cara membersihkan dirinya

• 4. Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat

• 5. Melakukan perawatan diri secara mandiri

• 6. Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan perawatan diri


lanjut
• Kriteria Evaluasi :

• Klien mampu :

• 1. Menyebutkan arti kebersihan diri

• 2. Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk memelihara kesehatan tubuh dan badan terasa segar/nyaman)

• 3. Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit tidak ada daki dan tidak berbau, rambut tidak ada ketombe,
kutu, tidak ada bau dan tersisir rapi, kuku pendek dan bersih, mulut/gigi tidak bau, genitalia tidak gatal dan mata
tidak ada kotoran

• 4. Menilai keadaan kebersihan dirinya

• 5. Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut sampai kaki

• 6. Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara benar dengan bantuan perawat

• 7. Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan benar dan tersusun jadwal kegiatan untuk kebersihan diri

• 8. Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diri klien dan keluarga dapat membantu/terlibat
aktif dalam memelihara kebersihan diri
lanjut
• tervensi :

• Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan tanda-tanda kebersihan diri
• Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
• Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan empati
• Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara benar
• Bantu klien menilai kebersihan dirinya
• Berikan pujian atas kemampuan klien menilai dirinya
• Dorong klien menyebutkan alat-alat dan cara membersihkan diri
• Diskusikan tentang alat-alat dan cara membersihkan diri
• Menjelasakan cara-cara membersihkan diri
• Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
• Demonstrasikan pada klien cara-cara membersihkan diri
• Bimbing klien mendemonstrasikan kembali cara-cara membersihkan Diri
• Dorong klien membersihkan diri sendiri dengan bantuan
• Melakukan perawatan diri secara mandiri
• Berikan kesempatan klien untuk membersihkan diri sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan
• Dorong klien mengungkapkan manfaat yang dirasakan setelah membersihkan diri
• Beri penguatan positif atas perawatan klien
• Bimbing klien membuat jadwal kegiatan untuk membersihkan diri
• Bimbing klien membersihkan diri sesuai jadwal secara mandiri
• Monitor kemampuan klien membersihkan diri sesuai jadwal
• Diskusikan dengan keluarga tentang ketidakmampuan klien dalam merawat diri
• Diskusikan cara membantu klien membersihkan diri
• Libatkan keluarga dalam perawatan kebersihan diri klien
• Menyediakan alat-alat
• Membantu klien membersihkan diri
• Memonitor pelaksanaan jadwal
• Beri pujian
Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan
dengan harga diri rendah kronis
• Tujuan Umum : Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa
merasa rendah diri

• Tujuan Khusus :

• 1. Klien dapat memperluas kesadaran diri

• 2. Klien dapat menyelidiki dirinya

• 3. Klien dapat mengevaluasi dirinya

• 4. Klien dapat membuat rencana yang realistis

• 5. Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya


lanjuutan
• Kriteria hasil :

• 1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 kali pertemuan

• 2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan untuk mencapai
keberhasilan

• 3. Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya setelah 1 kali
pertemuan

• 4. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 kali pertemuan

• 5. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kali pertemuan

• 6. Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kali pertemuan

• 7. Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kali pertemuan
lanjut
• 8. Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah :

• – Mengatakan diri tidak berharga

• – Tidak berguna dan tidak mampu

• – Pesimis

• – Menarik diri dari realita

• 9. Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien dengan harga


diri rendah secara tepat setelah 2 kali pertemuan
• Intervensi :

• Diskusikai dengan klien kelebihan yang dimiliknya


• Diskusikan kelemahan yang dimilik klien
• Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kelebihan dan kekurangan
• Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengan kelebihan yang dimiliki
• Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki
• Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik kekurangan yang dimiliki
• Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa harapan selama di RS, rencana klien setelah pulang dan apa citacita yang ingin dicapai
• Beri kesempatan klien untuk berhasil
• Beri reinforcement positip terhadap keberhasilan yang telah dicapai
• Bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau keinginan yang berhasil dicapai
• Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut
• Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab-sebaba kegagalan
• Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasi
• Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang
• Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai
• Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien
• Bantu klien memilih prioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya
• Beri kesempatan kepada klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih
• Tunjukkan keterampilan atau keberhasilan yang telah dicapai klien
• Ikutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
• Beri reinforcement postif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok
• Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah
• Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan tiap anggota keluarga
• Diskusikan dengan keluarga cara berespons terhadap klien dengan harga diri rendah seperti menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi
• Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada klien
• Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa adanya
• Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga
Koping individu tak efektif berhubungan dengan
rendah diri
• Tujuan Umum : Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan keterampilan koping
adaptif yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat

• Tujuan Khusus :

• 1. Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada 1 orang perawat dalam 1 minggu

• Kriteria Evaluasi :

• 1. Klien dapat menilai situasi realistis dan tidak melakukan tindakan proyeksi perasaannya dalam
lingkungan tersebut

• 2. Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi terhadap prilaku dan
perkataan orang lain

• 3. Klien dapat berinteraksi secara kooperatif


lanjutan
• Intervensi :

• 1. Bina hubungan saling percaya

• 2. Hindari kontak fisik

• 3. Motivasi klien untuk mengatakan perasaan yang


sebenarnya dan perawat menghindari sikap penolakan
terhadap perasaan marah pasien

• 4. Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
• Masalah Utama : Halusinasi
• 1. Kondisi klien

• DS :

• Keluarga mengatakan di rumah Tn H marah-marah, membanting barang


dan meludahi anggota keluarga
• Keluarga juga mengatakan dua bulan yang lalu klien baru saja bercerai
dengan istrinya dan anak klien dibawa oleh pihak istri dan satu bulan yang
lalu klien juga baru di PHK oleh perusahaan karena sejak bercerai klien
jarang masuk ke kantor
• Klien mengatakan mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya
lelaki yang gagal- tidak berharga dan tidak berguna. Suara-suara itu juga
menyuruh pasien untuk membanting semua barang yang ada dirumah
karena barang-barang tersebut ada setannya
lanjutan
• DO :

• Klien tampak mengeluarkan kata-kata kotor


• Sejak kejadian itu klien tampak lebih banyak
menyendiri dikamar, tidak mau keluar kamar,
tidak memperhatikan kebersihan diri dan
tidak mau berinteraksi dengan orang lain
• Klien tampak kotor, berbau dan rambut
acak-acakan
2. Diagnosa keperawatan:

Gangguan persepsi sensori: halusinasi auditori

• Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

• 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

• Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :

• Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya


• Pasien dapat mengontrol halusinasinya
• Pasien mengikuti program pengobatan secara
optimal
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi

• ORIENTASI:

• ”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan POLTEKKES


JAKARTA III yang akan merawat bapak Nama Saya Naura Azzahra,
senang dipanggil Naura. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil
apa”

• ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”

• ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang


selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita
duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
lanjut
• KERJA:

• ”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

• ” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak dengar suara? Berapa
kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

• ” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

• ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana
kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?

• ” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut.
Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan
yang ke empat minum obat dengan teratur.”

• ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

• ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya
tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
lanjut
• TERMINASI:

• Evaluasi subjektif :

• ”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?”

• Evaluasi objektif :

• Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut !

• Rencana tindak lanjut :

• bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien).

• Kontrak :

• Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua?
Jam berapa ?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”

• ”Baiklah, sampai jumpa.”


SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-
cakap dengan orang lain

• ORIENTASI :

• “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan
suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?

• KERJA :

• “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan


bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu,
ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak
lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah,
latih terus ya bapak!”
lanjut
• TERMINASI :

• Evaluasi subjektif :

• “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah
suara-suara itu?

• Evaluasi objektif :

• Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi.

• Rencana tindak lanjut :

• Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap?
Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!

• Kontrak :

• Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal

• ORIENTASI:

• “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah
dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara
yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita
duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

• KERJA:

• “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai
didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

• TERMINASI:

• Evaluasi subjektif :

• “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara?

• Evaluasi objektif :

• Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
lanjut
• Rencana tindak lanjut :

• Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak


Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai
terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)

• Kontrak :

• Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita


membahas cara minum obat yang baik serta guna obat.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di
ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

• ORIENTASI :

• “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah
dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah
minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi
selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

• KERJA :

• “bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat
sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari
jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus
teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat
yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga
harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”.
lanjutan
• TERMINASI :

• Evaluasi subjektif :

• “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita
latih untuk mencegah suara-suara?

• Evaluasi objektif :

• Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).

• Rencana tindak lanjut :

• Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya
minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah.

• Kontrak :

• Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara
yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

• Tujuan:

• Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di rumah
• Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

• Tindakan Keperawatan :

• Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat
dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan
membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian
jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah
sakit maupun di rumah.
lanjutan
• Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:

• 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

• 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.

• 3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara


merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien

• 4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan


pasien
lanjutan
• P 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.

• ORIENTASI :

• “Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya naura perawat yang merawat Bapak”

• “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”

• “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang Ibu bisa berikan.”

• “Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

• KERJA :

• “Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”

• “Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.

• ”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”

• “Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.”
lanjutan
• Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”

• ”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk
membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama,
dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya
bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak
mendengar atau melihatnya”.

• ”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul
lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan
bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”

• ”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi.
Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi Ibu
dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ
tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ.
Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
lanjutan
• Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan cara
menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut. Bapak sudah
saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
• ”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara
itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak
mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
• ”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
• ”Bagus Bu”
• TERMINASI :
• Evaluasi subjektif :
• “Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Bapak?”
• Evaluasi objektif :
• “Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
• ”Bagus sekali Bu.
• Rencana tindak lanjut :
• Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan Bapak?”

• Kontrak :

• ”Jam berapa kita bertemu?”dimana kita mau


bertemu ?”

• Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi


SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien
langsung dihadapan pasien

• Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien


dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.

• ORIENTASI :

• “Selamat pagi”

• “Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”

• ”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang
mengalami halusinasi?Bagus!”

• ” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”.

• ”mari kita datangi bapak”


lanjutan
• KERJA :

• ”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-suara yang
sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk mempraktekkan cara memutus
suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-
senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara
memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk
punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara
tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus
sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak.
(Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan
istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga

• TERMINASI :

• Evaluasi subjektif :

• “Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan
Bapak?”
lanjutan
• Evaluasi objektif :

• ”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara
itu bila Bapak mengalami halusinas”.

• Rencana tindak lanjut :

• “bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan


tentang jadwal kegiatan harian Bapak.

• Kontrak :

• Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”


SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

• ORIENTASI :

• “Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk membicarakan
jadual bapak selama dirumah”

• “Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!”

• “Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

• KERJA :

• “Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat
mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu jadwal yang
telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”

• “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di
rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan
lanjutan
• perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi
segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”

• TERMINASI :

• “Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu


sebutkan cara-cara merawat bapak Bagus(jika ada yang
lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya.
Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA

• Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I.
Keperawatan Jiwa. Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta,
2000

• Keliat Budi, Anna, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien


Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta, 1995

• Keliat Budi Anna, dkk, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1987

• Stuart & Sunden, Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, Jakarta,


1998

Anda mungkin juga menyukai