Anda di halaman 1dari 57

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

FILOSOFI DAN IMPLEMENTASI SPM


BERDASARKAN UU 23/2014 & PP 2018

Dr. PAUDAH
KASUBDIT KESEHATAN

DIREKTORAT SINKRONISASI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH III


DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

OUTLINE

I. SPM DALAM PP 65/2005

II. KONSEP SPM DAN PENGATURAN MENURUT UU 23/2014

III. PELAKSANAAN SPM DI DAERAH BERDASARKAN PP 2/2018


I

SPM DALAM PP 65/2005


A. PEMAHAMAN KONSEP SPM

1. SPM dianggap sebagai target kinerja


2. SPM dipandang sebagai Technical Quality
Standard
3. SPM sebagai Standar Operating Prosedur (SOP)
4. SPM sebagai Standar Penyelenggaraan Pelayanan
5. SPM sebagai Standar Mutu
6. SPM sebagai Pemenuhan Hak Azasi Warga
Negara

CATATAN:
1. JIKA PEMAHAMAN SPM SEPERTI DIATAS, PERTANYAANNYA APA BEDANYA SPM
DENGAN STANDAR STANDAR TERSEBUT DAN UNTUK APA ADA SPM???
Lanjutan...
B. MASALAH DALAM IMPLEMENTASI

1. TARGETNYA CENDERUNG TIDAK JELAS DAN TIDAK REALISTIS


MISALNYA: INDIKATOR KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) TARGET 95%
DICAPAI TAHUN 2015  DAPAT DIARTIKAN ADA SEBANYAK 5%
ORANG YANG TIDAK DILAYANI;
2. SULIT UNTUK DICAPAI, KARENA SEBAGIAN TARGET BUKAN
WEWENANG PEMERINTAH DAERAH ATAU BAHKAN BUKAN
FUNGSI PEMERINTAH MISALNYA SPM LINGKUNGAN HIDUP
TERKAIT UDARA BERSIH, INDIKATOR INI TIDAK JELAS APA YANG
HARUS DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH UNTUK MENCAPAI 100%
UDARA BERSIH;
3. SPM TIDAK MEMBERIKAN MANFAAT YANG KONKRIT BAGI
MASYARAKAT;
EVALUASI SPM HASIL PENELITIAN BPP KEMENDAGRI
3 TAHUN 2013

1. KONSEP SPM DAN MEKANISME PERENCANAAN


PROGRAM PERLU DIPERJELAS TERUTAMA TENTANG
PENGERTIAN TARGET SPM
2. REGULASI SPM LEBIH DIPERTEGAS DAN
DISEMPURNAKAN
3. PENYEMPURNAAN SPM MASING-MASING K/L DENGN
PENDEKATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN WARGA
NEGARA;
4. KONSEP PELAPORAN DAN EVALUASI SEBAGAI PEMBINAAN
DAN PENGAWASAN PERLU DIPERJELAS
5. PENGATURAN DAN PENEGAKAN SANKSI PERLU
DIRUMUSKAN DAN DISINERGIKAN DENGAN PERUNDANG
UNDANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

II

KONSEP SPM MENURUT UU 23/2014

Berangkat dari fungsi pemerintah yaitu fungsi mengatur dan


mengurus urusan publik dalam negara kesejahteraan

7
1 FUNGSI DASAR PEMERINTAH
Melaksanakan Fungsi
Mengatur dan Mengurus
Urusan Publik

PARA PELAKU
Menyediakan Barang GOVERNANCE
dan Jasa Komunitas
Tertentu dan Kontrol Menyediakan Barang dan
Sosial serta Kepedulian Jasa Private
Sosial CIVIL SOCIETY
PEMERINTAH
FUNGSI MENGATUR

Membuat pengaturan pada semua urusan mulai dari orang


lahir sampai meninggal  yang bertujuan menciptakan
ketertiban & keadilan berupa :
1. Mengatur hak dan kewajiban warga;
2. Mengatur hubungan antar warga dan antar warga
Dengan Pemerintah.
3. Mengatur larangan dan peran warga;
4. Mengatur cara melakukan/cara bertindak;
5. Menegakkan aturan main.
PEMERINTAH

FUNGSI MENGURUS

Menyediakan Barang dan jasa publik untuk


kesejahteraan dengan karakteristik:

1 Merupakan kebutuhan banyak orang;


2. Konsumsi bersama (joint Consumption);

3. Tidak bisa disediakan sendiri oleh warga;

4. Penggunaannya tidak bisa dihindari


KONSEP SPM

ADANYA FUNGSI PEMERINTAH DARI FUNGSI MENGATUR MAUPUN


1. FUNGSI MENGURUS (URUSAN PUBLIK)

FUNGSI PEMERINTAH TERSEBUT DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN


2. KESEJAHTERAAN;

DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN, NEGARA BERTANGGUNG JAWAB


3. UNTUK MENJAMIN SETIAP WARGA NEGARA HIDUP SEJAHTERA BERDASARKAN
STANDAR HIDUP MINIMAL YANG DI TETAPKAN;

JIKA ADA WARGA NEGARA YANG MELALUI MEKANISME PASAR TIDAK MAMPU
4. UNTUK HIDUP SEJAHTERA, MAKA NEGARA MEMBERIKAN BANTUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KEPADA YANG BERSANGKUTAN AGAR TETAP SEJAHTERA.
KONSEP SPM

KEBUTUHAN YANG DIPENUHI OLEH PEMERINTAH ADALAH KEBUTUHAN DASAR


YANG APABILA TIDAK DIPENUHI AKAN MENGAKIBATKAN HIDUP SESEORANG
5. MENJADI TIDAK NORMAL/TIDAK LAYAK ATAU BISA MENGAKIBATKAN SESEORANG
MENINGGGAL

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR (BASIC NEED) DILAKUKAN OLEH


6. PEMERINTAH MELALUI PELAYANAN DASAR (BASIC SERVICES)

JENIS DAN JUMLAH BARANG/JASA YANG MENJADI PELAYANAN DASAR


7. YANG HARUS DIBERIKAN OLEH PEMERINTAH DITETAPKAN DALAM
STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM;

TATA CARA DAN KRITERIA PEMBERIAN PELAYANAN DITETAPKAN DALAM


8. NSPK (STANDAR PENYELENGGARAAN PELAYANAN).
BAGAIMANA CARA MEMBERIKAN PELAYANAN
DASAR ?

PEMBERIAN KEBUTUHAN DASAR DAPAT


DILAKUKAN MELALUI :
1. VOUCHER
2. CASH
3. SUBSIDY
4. PRODUCTION
5. PROVISION
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DEFENISI STANDAR PELAYANAN MINIMAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL ADALAH KETENTUAN MENGENAI


JENIS DAN MUTU PELAYANAN DASAR YANG MERUPAKAN
URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERHAK DIPEROLEH
SETIAP WARGA NEGARA SECARA MINIMAL.

PELAYANAN DASAR ADALAH PELAYANAN PUBLIK UNTUK


MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR WARGA NEGARA.

PELAYANAN DASAR TERDIRI ATAS URUSAN PENDIDIKAN,


KESEHATAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT,
TRANTIBUMLINMAS DAN SOSIAL
RUANG LINGKUP SPM

1. PENDIDIKAN

2. KESEHATAN

3. PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

4. PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN

5. TRANTIBUM LINMAS

6. SOSIAL

Sebagian substansinya merupakan pelayanan dasar


(kebutuhan dasar) dan berlaku diseluruh Indonesia
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN ANGGARAN


STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PENYELENGGARA PEMERINTAHAN DAERAH MEMPRIORITASKAN


1 PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN
DENGAN PELAYANAN DASAR YANG DILAKSANAKAN BERDASARKAN SPM
(Pasal 18 ayat (1) & (2))

BELANJA DAERAH DIPRIORITASKAN UNTUK MENDANAI


URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TERKAIT PELAYANAN
2 DASAR YANG DITETAPKAN DENGAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL. (PASAL 298 AYAT (1))

PEMDA DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN BELANJA


DAERAH MEMPERIORITASKAN BELANJA UTK SPM
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

III

PELAKSANAAN SPM DI DAERAH


BERDASARKAN PP 2/2018

17
KESESUAIAN
KEWENANGAN

KETERSEDIAAN DAN PRINSIP


KETERJANGKAUAN SPM

KESINAMBUNGAN

KETERUKURAN

KETEPATAN SASARAN
KRITERIA PENETAPAN BARANG DAN JASA
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

• BERSIFAT MUTLAK
1

• MUDAH DISTANDARKAN
2

• Berhak diperoleh oleh setiap Warga Negara


secara minimal sesuai dengan Jenis
3 Pelayanan Dasar dan Mutu Pelayanan Dasar.
MATERI MUATAN SPM
1 JENIS
2 MUTU DITERIMA OLEH SETIAP
INDIVIDU/WARGA NEGARA
3 PELAYANAN DASAR

1. DAPAT DISTANDARISASI SECARA NASIONAL BAGI SETIAP


INDIVIDU PENERIMA
2. MERUPAKAN SUBSTANSI URUSAN WAJIB TERKAIT PELAYANAN
DASAR
3. KEWENANGAN DAERAH

Catatan: menterjemahkan pasal 1 butir 17 UU 23/2014


dan Pasal 4 ayat (3) dan ayat (2) PP 2/2018
MUTU PELDAS SEKURANG2NYA:
SPM KESEHATAN • standar jumlah dan kualitas
PROV. (PP SPM) barang dan/atau jasa;
• standar jumlah dan kualitas
JENIS LAYANAN:
personel/sumber daya
manusia kesehatan; dan
1. pelkes bagi penddk
terdampak krisis kesehatan
• petunjuk teknis atau tata cara
akibat bencana dan/atau
pemenuhan standar
berpotensi bencana nsi; dan
2. pelkes bagi penddk pd
kondisi KLB
PENERIMA LAYANAN:
1. penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi
bencana provinsi untuk Jenis Pelayanan Dasar pelayanan kesehatan bagi
penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi
bencana provinsi;
2. penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi untuk Jenis Pelayanan
Dasar pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa
provinsi
SPM KESEHATAN MUTU PELDAS SEKURANG2NYA:
• standar jumlah & kualitas barang dan/atau jasa;
kab/kota. (PP SPM) • standar jumlah dan kualitas personel/sumber
daya manusia; dan
JENIS LAYANAN: • petunjuk teknis atau tata cara pemenuhan
1. pelayanan kesehatan ibu hamil; standar
2. pelayanan kesehatan ibu bersalin;
3. pelayanan kesehatan bayi baru lahir; PENERIMA LAYANAN:
4. pelayanan kesehatan balita; 1. ibu hamil;
5. pelayanan kesehatan pada usia pend dasar; 2. ibu bersalin;
6. pelayanan kesehatan pada usia produktif; 3. bayi baru lahir;
7. pelayanan kesehatan pada usia lanjut; 4. Balita;
8. pelayanan kesehatan penderita hipertensi; 5. usia pendidikan dasar;
9. pelayanan kesehatan penderita DM; 6. usia produktif;
10. pelayanan kesehatan orang dengan 7. usia lanjut;
gangguan jiwa berat; 8. penderita hipertensi;
11. pelayanan kesehatan orang dengan TB; 9. penderita diabetes melitus;
12. pelayanan kesehatan orang dengan risiko 10. orang dengan gangguan jiwa berat;
terinfeksi virus yang melemahkan daya 11. orang dengan tuberkulosis; dan
tahan tubuh manusia (HIV), 1. orang dengan risiko terinfeksi virus
yang melemahkan daya tahan tubuh
manusia (HIV)
CONTOH STANDAR MUTU SPM KESEHATAN
kab/kota. (RANCANGAN JUKNIS SPM)
MUTU PELAYANAN (IBU HAMIL)
1. IBU HAMIL MENDAPATKAN PELAYANAN K4
1. 1 KALI TRIMESTER PERTAMA
2. 1 KALI PADA TRIMESTER KEDUA
3. 2 KALI PADA TRIMESTER KE TIGA
4. DILAKUKAN OLEH BIDAN ATAU DOKTER DAN DOKTER SPESIALIS KEBIDANAN YANG BEKERJA PADA INSTANSI
PEMERINTAH/SWASTA YANG MEMILIKI STR
2. MEMENUHI KERITERIA 10 T
1. TIMBANG BB DAN UKUR TINGGI BADAN
2. UKUR TEKANAN DARAH
3. NILAI STATUS GIZI
4. UKUR TINGGI PUNCAK RAHIM (FUNDUS UTERI)
5. TENTUKAN PRESENTASI JANIN DAN DENYUT JANTUNG JANIN (DJJ);
6. FSKRINING STATUS IMUNISASI TETANUS DAN BERIKAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID (TT) BILA
DIPERLUKAN;
7. PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH MINIMAL 90 TABLET SELAMA KEHAMILAN;
8. TES LABORATORIUM: TES KEHAMILAN, PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN DARAH (HB), PEMERIKSAAN
GOLONGAN DARAH (BILA BELUM PERNAH DILAKUKAN SEBELUMNYA), PEMERIKSAAN PROTEIN URIN (BILA
ADA INDIKASI); YANG PEMBERIAN PELAYANANNYA DISESUAIKAN DENGAN TRIMESTER KEHAMILAN.
9. TATALAKSANA/PENANGANAN KASUS SESUAI KEWENANGAN;
10. TEMU WICARA (KONSELING)
SPM KESEHATAN
kab/kota.

MUTU PELAYANAN (PERSALINAN):

1. PELAYANAN PERSALINAN SESUAI STANDAR ADALAH PERSALINAN YANG DILAKUKAN


OLEH BIDAN DAN ATAU DOKTER DAN ATAU DOKTER SPESIALIS KEBIDANAN YANG
BEKERJA DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH MAUPUN SWASTA YANG
MEMILIKI SURAT TANDA REGISTER (STR) BAIK PERSALINAN NORMAL DAN ATAU
PERSALINAN DENGAN KOMPLIKASI.
2. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN MELIPUTI POLINDES, POSKESDES, PUSKESMAS, BIDAN
PRAKTEK SWASTA, KLINIK PRATAMA, KLINIK UTAMA, KLINIK BERSALIN, BALAI
KESEHATAN IBU DAN ANAK, RUMAH SAKIT PEMERINTAH MAUPUN SWASTA.
3. STANDAR PELAYANAN PERSALINAN NORMAL MENGIKUTI ACUAN ASUHAN PERSALINAN
NORMAL YANG TERCANTUM DALAM PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 97
TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DAN MASA SESUDAH MELAHIRKAN,
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KONTRASEPSI, SERTA PELAYANAN KESEHATAN
SEKSUAL. ADAPUN UNTUK PERSALINAN DENGAN KOMPLIKASI MENGIKUTI ACUAN DARI
BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN IBU DI FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN.
SPM KESEHATAN
kab/kota.

MUTU PELAYANAN: (bayi baru lahir)

1. PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR SESUAI STANDAR ADALAH


PELAYANAN YANG DIBERIKAN PADA BAYI USIA 0-28 HARI DAN MENGACU
KEPADA PELAYANAN NEONATAL ESENSIAL SESUAI YANG TERCANTUM DALAM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA
KESEHATAN ANAK, DILAKUKAN OLEH BIDAN DAN ATAU PERAWAT DAN ATAU
DOKTER DAN ATAU DOKTER SPESIALIS ANAK YANG MEMILIKI SURAT TANDA
REGISTER (STR).
2. PELAYANAN DILAKUKAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (POLINDES,
POSKESDES, PUSKESMAS, BIDAN PRAKTEK SWASTA, KLINIK PRATAMA, KLINIK
UTAMA, KLINIK BERSALIN, BALAI KESEHATAN IBU DAN ANAK, RUMAH SAKIT
PEMERINTAH MAUPUN SWASTA), POSYANDU DAN ATAU KUNJUNGAN RUMAH
SPM KESEHATAN
kab/kota.

MUTU PELAYANAN: (BALITA)


1. PELAYANAN KESEHATAN BALITA SESUAI STANDAR ADALAH PELAYANAN
KESEHATAN YANG DIBERIKAN KEPADA ANAK BERUSIA 0-59 BULAN DAN
DILAKUKAN OLEH BIDAN DAN ATAU PERAWAT DAN ATAU DOKTER/DLP DAN
ATAU DOKTER SPESIALIS ANAK YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTER (STR)
DAN DIBERIKAN DI FASILITAS KESEHATAN PEMERINTAH MAUPUN SWASTA,
DAN UKBM.
2. PELAYANAN KESEHATAN, MELIPUTI :
a. PENIMBANGAN MINIMAL 8 KALI SETAHUN, PENGUKURAN
PANJANG/TINGGI BADAN MINIMAL 2 KALI SETAHUN
b. PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A 2 KALI SETAHUN.
c. PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP.
SPM KESEHATAN
kab/kota.
MUTU PELAYANAN: (ANAK PADA PENDD DASAR)

1. PELAYANAN KESEHATAN USIA PENDIDIKAN DASAR ADALAH PENJARINGAN KESEHATAN YANG


DIBERIKAN KEPADA ANAK USIA PENDIDIKAN DASAR, MINIMAL SATU KALI PADA KELAS 1 DAN
KELAS 7 YANG DILAKUKAN OLEH PUSKESMAS.
2. STANDAR PELAYANAN PENJARINGAN KESEHATAN ADALAH PELAYANAN YANG MELIPUTI : A)
PENILAIAN STATUS GIZI (TINGGI BADAN, BERAT BADAN, TANDA KLINIS ANEMIA);
- PENILAIAN TANDA VITAL (TEKANAN DARAH, FREKUENSI NADI DAN NAPAS);
- PENILAIAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT;
- PENILAIAN KETAJAMAN INDERA PENGLIHATAN DENGAN POSTER SNELLEN;
- PENILAIAN KETAJAMAN INDERA PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA;

3 SEMUA ANAK USIA PENDIDIKAN DASAR DI WILAYAH KABUPATEN/KOTA ADALAH SEMUA PESERTA
DIDIK KELAS 1 DAN KELAS 7 DI SATUAN PENDIDIKAN DASAR YANG BERADA DI WILAYAH
KABUPATEN/KOTA. .
SPM KESEHATAN kab/kota.
MUTU PELAYANAN: (USIA PRODUKTIF

1. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun sesuai standar adalah:


a. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai kewenanganya oleh Dokter,
Bidan, Perawat;, Nutrisionis/Tenaga Gizi, Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih
b. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di Puskesmas dan jaringannya
(Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan
pemerintah daerah.
c. Pelayanan skrining kesehatan usia15–59 tahun minimal dilakukan satu tahun sekali
2. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi :
a. Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan dan berat badan
serta lingkar perut.
b. Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer.
c. Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula darah.
d. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku.
e. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
f. Pemeriksaan ketajaman pendengaran
g. Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan pemeriksaan IVA
khusus untuk wanita usia 30–59 tahun.
3. Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
SPM KESEHATAN kab/kota.

MUTU PELAYANAN: (USIA LANJUT)

1. Pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas sesuai standar adalah
a. Dilakukan sesuai kewenangan oleh (1) Dokter; (2) Bidan; (3) Perawat; (4) Nutrisionis/Tenaga
Gizi; (5) Kader Posyandu lansia/Posbind
b. Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan jaringannya, fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia, bekerja sama dengan pemerintah daerah.
c. Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun.
d. Lingkup skrining adalah sebagai berikut :
1) Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.
2) Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
3) Deteksi kadar kolesterol dalam darah
4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan menggunakan
Mini Cog atau Mini Mental Status Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau
Abreviated Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).
2. Pengunjung yang ditemukan memiliki faktor risiko wajib dilakukan intervensi secara dini
3. Pengunjung yang ditemukan menderita penyakit wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
SPM KESEHATAN kab/kota.
MUTU PELAYANAN: (PENDERITA HIPERTENSI)

1. Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun ke atas


2. Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar; dan upaya promosi kesehatan melalui modifikasi gaya hidup di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
3. Penderita hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke dan penyakit ginjal kronis, diabetes
melitus) perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) yang mempunyai kompetensi
untuk penanganan komplikasi.
4. Standar pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah:
a) Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di FKTP.
b) Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada penderita Hipertensi di FKTP.
c) Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi: pemeriksaan dan monitoring tekanan
darah, edukasi, pengaturan diet seimbang, aktifitas fisik, dan pengelolaan farmakologis.
d) Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk mempertahankan tekanan darah pada
<140/90 mmHg untuk usia di bawah 60 th dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke
atas dan untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes melitus dan penyakit
ginjal kronis.
e) Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan darah penderita hipertensi
tidak bisa dipertahankan sebagaimana dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami
komplikasi, maka penderita perlu dirujuk ke FKTL yang berkompeten
SPM KESEHATAN kab/kota.
MUTU PELAYANAN: (PENDERITA DM)

1. Sasaran indikator ini adalah penyandang DM di wilayah kerja kabupaten/kota.


2. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan preventif di FKTP.
3. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM dengan komplikasi perlu dirujuk
ke fasilitas kesehatan rujukan untuk penanganan selanjutnya.
4. Pelayanan kesehatan penyandang DM diberikan sesuai kewenangannya oleh :
a) Dokter/DLP
b) Perawat
c) Nutrisionis/Tenaga Gizi
5. Pelayanan kesehatan diberikan kepada penyandang DM di FKTP sesuai standar meliputi 4 (empat)
pilar penatalaksanaan sebagai berikut:
a) Edukasi
b) Aktifitas fisik
c) Terapi nutrisi medis
d) Intervensi farmakologis
6. Setiap penyandang DM yang mendapatkan pelayanan sesuai standar termasuk pemeriksaan
HbA1C.
7. Bagi penyandang DM yang belum menjadi peserta JKN diwajibkan menjadi peserta JKN.
SPM KESEHATAN kab/kota.
MUTU PELAYANAN: (PENDERITA TB)
1. Pelayanan Tuberkulosis Sesuai Standar adalah pelayanan kesehatan diberikan kepada
seluruh orang dengan TB yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di
FKTP (puskesmas dan jaringannya) dan di FKTL baik pemerintah maupun swasta
2. Pelayanan yang diberikan sesuai Pedoman Penanggulangan TB yang berlaku antara lain :
- Penegakan diagnosis TB dilakukan secara bakteriologis dan klinis serta dapat didukung
dengan pemeriksaan penunjang lainnya.
- Dilakukan pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir pengobatan
intensif, bulan ke 5 dan akhir pengobatan.
- Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan panduan OAT
standar.
3) Gejala Utama TB adalah batuk selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa aktifitas fisik dan badan meriang
lebih dari satu bulan.
4) Kegiatan Promotif dan preventif antara lain penemuan kasus secara dini, penemuan kasus
secara aktif, pemberian KIE untuk pencegahan penularan dengan penerapan etika batuk,
pengendalian faktor risiko dan pemberian obat pencegahan
5) Prinsip pelayanan TB adalah penemuan orang dengan TB sedini mungkin, ditatalaksana
sesuai standar sekaligus pemantauan hingga sembuh atau “TOSS TB” (Temukan, Obati
Sampai Sembuh)
SPM KESEHATAN kab/kota.
MUTU PELAYANAN: (PENDERITA HIV)
1. Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai standar adalah pelkes yang
diberikan kpD ibu hamil, pasien TB, pasien infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender,
pengguna napza, dan warga binaan LP, dilakukan oleh NAKES sesuai kewenangannya dan
diberikan di FKTP (Puskesmas dan Jaringannya) dan FKTL baik pemerintah maupun swasta serta
di lapas/rutan narkotika.
2. Pelayanan Kesehatan meliputi:
a) Upaya pencegahan pada orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV
b) Pemeriksaan HIV ditawarkan secara aktif oleh petugas kesehatan bagi orang yang berisiko
dimulai dengan:
- pemberian informasi terkait HIV-AIDS
- pemeriksaan HIV menggunakan tes cepat HIV dengan menggunakan alat tes sesuai standar
nasional yang telah ditetapkan
- orang dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus dirujuk ke fasilitas yang mampu menangani
untuk mendapatkan pengobatan ARV dan konseling tentang HIV dan AIDS bagi orang dengan
HIV (ODHA) dan pasangannya
- orang dengan infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender, pengguna napza, dan warga
binaan lembaga pemasyarakatan dengan hasil pemeriksaan HIV negatif harus dilakukan
pemeriksaan ulang minimal setelah tiga (3) bulan, enam (6) bulan dan 12 bulan dari
pemeriksaan yang pertama
KEWAJIBAN PEMDA DALAM
PELAKSAAN SPM
1. MENGINTEGRASIKAN SPM DALAM PERENCANAAN BAIK PERENCANAAN LIMA
TAHUNAN MAUPUN TAHUNAN

2. MENYUSUN PEMBIAYAAN MELALUI PERENCANAAN ANGGARAN DALAM APBD

3. MENGALOKASIKAN ANGGARAN

4. MELAKSANAKAN SPM SESUAI STANDAR YANG TELAH DITETAPKAN PEMERINTAH


PUSAT

5. MELAKUKAN KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH PUSAT

6. MELAPORKAN CAPAIAN SPM DALAM LAPORAN PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN DAERAH
SKEMA UMUM PENERAPAN SPM PP 2/2018

6 SPM
KEBIJAKAN ANGGARAN KEBIJAKAN PERENCANAAN
Dituangkan dalam

Target tahunan Rencana Pembangunan Jangka


pencapaian SPM Menengah Daerah (RPJMD)

Dituangkan dalam
Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra SKPD)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Klasifikasi belanja daerah dengan
Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
pertimbangan kemampuan
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah keuangan daerah
(Renja SKPD)

Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Berdasarkan


Perangkat Daerah (RKA-SKPD)

PELAPORAN SPM
Penerapan SPM dalam Perencanaan dan
Penganggaran

SPM

RKA
RKPD KUA/PPAS RAPBD
SKPD/PPKD

PROGRAM DAN - ASB


KEGIATAN - SSH
PERDA APBD

SASARAN TARGET PENJABARAN


APBD
36
CONTOH INTEGRASI SPM DALAM DOKUMEN RKPD
STRATEGI DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV
Kinerja
Batas
Prioritas Target
Waktu Capaian Capaian
No. Pembanguna Program RPJMD & SKPD
Indikator Pencapa Tahun Tahun
n Target
ian 2015 2016
SPM
(Tahun)
2. Peningkata Bantuan
Jumlah siswa yang menerima
n Pelayanan Pendidikan bagi Dinas
bantuan biaya pendidikan sekolah 75% 2013 - -
Pemenuhan Masyarakat Tidak Pendidikan
bagi masyarakat tidak mampu
Hak Dasar; Mampu
Penjaminan Mutu
Jumlah standar operating prosedur
Layanan Dinas
mutu yang diterapkan sesuai 70% 2013 100% 100%
Kesehatan pada Kesehatan
aturan kesehatan yang berlaku
Masyarakat
Pelayanan Jumlah ibu hamil
Kesehatan Dasar 95,88 Dinas
mendapatkan pelayanan 100% 2021 89,01%
% Kesehatan
(Jenis Pelayanan
dalam SPM) antenatal sesuai standar
Setiap ibu bersalin mendapatkan
1 program Dinas
beberapa Jenis layanan,
pelayanan persalinan sesuai 80% 2021 89,% 95%
Kesehatan
indikator digunakan standar
seb. program
TEKNIS PENERAPAN SPM (RENAKSI PSL 11 RPP)
Langkah implementasi

1. PENGUMPULAN DATA (IDENTIFIKASI WARGA NEGARA


PENERIMA LAYANANAN DARI MASING MASING SPM)

PENGHITUNGAN KEBUTUHAN PEMENUHAN PELAYANAN DASAR


2. (DENTIFIKASI ALAT PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR, TERSEDIA ATAU
BELUM : (SEKOLAH, GURU, BUKU, ALAT PRAGA, LABORATURIUM DLL)

PENYUSUNAN RENCANA PEMENUHAN PELAYANAN DASAR (IDENTIFIKASI


3. INDIVIDU YANG MAMPU MEMENUHI SENDIRI (OLEH KELUARGA) DAN YANG
TIDAK MAMPU MEMENUHI SENDIRI

PELAKSANAAN PEMENUHAN PELAYANAN DASAR (DATA HASIL IDENTIFIKASI


4. MENJADI BAHAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN)
RENCANA PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
(SPM) BAGI WARGA NEGARA YANG BELUM
MAMPU MEMPEROLEH KEBUTUHAN DASAR
SESUAI DENGAN SPM

Pemenuhan kebutuhan dasar dapat dilakukan oleh pemerintah


daerah sesuai peraturan perundangan dengan cara:
membebaskan biaya (gratis) untuk memperoleh kebutuhan dasar warga
negara yang disediakan/diproduksi oleh pemerintah daerah;

menyediakan sarana atau prasarana untuk memperoleh kebutuhan


dasar warga negara tersebut secara bebas biaya (gratis);
memberikan subsidi untuk memperoleh barang atau jasa kebutuhan
dasar warga negara bagi barang atau jasa yang disediakan/diproduksi
oleh badan usaha;
memberikan bantuan dana langsung kepada warga negara yang berhak
menerima pelayanan dasar berdasarkan SPM; dan/atau

menggunakan cara lain yang menjamin warga negara untuk mampu


memperoleh kebutuhan dasarnya.
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SPM
DI DAERAH
1. Anggaran untuk melaksanakan SPM 4. Pemerintah daerah dan DPRD wajib
wajib disediakan secara cukup memperioritaskan program dan kegiatan
untuk menjamin kebutuhan setiap SPM dengan menyusun strategi, program
warga negara yang membutuhkan dan kegiatan untuk penerapan standar
pelayanan dasar tersebut dapat pelayanan minimal yang dituangkan dalam
dipenuhi sesuai dengan standar dokumen perencanaan daerah sesuai
dengan praturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat 5. Berdasarkan program dan kegiatan
pemerintah daerah dan DPRD
2. Pemenuhan anggaran untuk menganggarkan kebutuhan anggaran untuk
melaksanakan SPM mendahului pelaksanaan standar pelayanan minimal
pemenuhan anggaran untuk dalam KUA dan PPAS dan angaran dalam
melaksanakan program dan APBD
kegiatan yang lain di luar belanja 6. Dalam hal program dan kegiatan untuk
wajib dan mengikat melaksanakan SPM belum tertuang dalam
3. Bagi daerah yang mempunyai dokumen perencanaan daerah, pemerintah
kemampuan keuangan rendah,
daerah dan DPRD wajib memasukkan
program dan kegiatan untuk melaksanakan
pemerintah pusat wajib membantu SPM dalam KUA dan PPAS dan
penyediaan dana untuk mengganggarkannya dalam APBD
melaksanakan SPM sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN
Monitoring dan Evaluasi
Aspek Umum Penerapan SPM, oleh
• Kementerian, untuk daerah provinsi
• gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, untuk daerah kabupaten/kota
• gubernur dan bupati/walikota terhadap perangkat daerah penyelenggara SPM
di daerahnya

Aspek Teknis Penerapan SPM, oleh


• kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian, untuk daerah provinsi
• gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, untuk daerah kabupaten/kota
• gubernur dan bupati/walikota terhadap perangkat daerah penyelenggara
SPM di daerahnya
Menteri melaksanakan koordinasi pelaksanaan evaluasi
PELAPORAN
Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan SPM oleh daerah
kabupaten/kota kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat.

Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melaporkan


hasil evaluasi kepada Menteri.

Gubernur melaporkan pelaksanaan SPM oleh daerah provinsi


kepada Menteri.

Laporan sekurang-kurangnya memuat:


a. kendala penerapan SPM;
b. hasil pencapaian SPM; Disampaikan pada
c. ketersediaan anggaran dalam pencapaian Bulan Januari
SPM; setiap tahun
d. pencapaian kinerja program dan kegiatan; dan
e. kebutuhan pengembangan kapasitas.
HASIL MONITORING, EVALUASI
DAN PELAPORAN
PELAKSANAAN SPM
Digunakan Pemerintah Pusat, untuk:
• perumusan kebijakan nasional tentang SPM;
dan
• pemberian insentif atau disinsentif.

Digunakan Pemerintah Daerah, untuk:


• penilaian kinerja Perangkat Daerah;
• pengembangan kapasitas daerah dalam
perbaikan pelayanan dasar; dan
• perbaikan terhadap kebijakan penerapan SPM
dalam perencanaan dan penganggaran di
daerah.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
• Menteri, terhadap penerapan SPM di provinsi
Pembinaan • Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, terhadap
dan
Pengawasan
penerapan SPM oleh pemerintah kabupaten/kota
Umum • Gubernur dan bupati/walikota, terhadap perangkat
daerah masing-masing

• Menteri teknis dan kepala lembaga pemerintah


nonkementerian, terhadap penerapan SPM di provinsi sesuai
Pembinaan dengan bidang tugas masing-masing
dan
• Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, terhadap
Pengawasan
penerapan SPM di oleh pemerintah kabupaten/kota
Teknis
• Gubernur dan bupati/walikota, terhadap perangkat daerah
masing-masing
Pembinaan dilakukan dalam bentuk:
a. fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan;
dan
b. memberikan dukungan keuangan bagi daerah yang mempunyai kemampuan
keuangan rendah berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan SPM sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
FUNISHMEN DAN REWARD
PEMDA MENYAMPAIKAN LAPORAN PENERAPAN SPM KEPADA
1 PEMERINTAH
HASIL EVALUASI TERHADAP LAPORAN SPM MENJADI TOLAK UKUR
2 KINERJA PEMDA TERHADAP PELAYANAN DASAR

BERDASARKAN EVALUASI BAGI DAERAH YANG MEMPUNYAI CAPAIAN


3 SPM TINGGI DIBERIKAN PENGHARGAAN/REWARD SESUAI
PERATURAN PERUNDANGAN

BERDASARKAN EVALUASI BAGI DAERAH YANG MEMPUNYAI CAPAIAN


4 SPM RENDAH ATAU TIDAK MELAKSANAKAN PELAYANAN DASAR
DIBERIKAN FUNISHMENT MULAI DARI TEGURAN TERTULIS SAMPAI
PEMBERHENTIAN SEMENTARA SAMPAI DILAKSANAKANNYA
PELAYANAN DASAR

CATATAN: RENCANA FUNISHMENT DAN REWARD DALAM RPP SPM


TANTANGAN PENERAPAN SPM

Keberhasilan Pencapaian SPM sangat dipengaruhi


1 Bagaimana penjabaran pencapaian target SPM kedalam
dokumen Rencana Pemb. Daerah, mulai dari RPJMD,
Renstra, PD, dan Renja PD.

Perlu Komitmen setiap Pihak untuk secara konsisten apa


2 yg telah direncanakan dalam rangka pencapaian target
SPM dapat dianggarkan dalam APBD setiap tahunnya.

Kewajiban dan tanggungjawab setiap SKPD terkait


3 untuk pencapaian target SPM yg ditetapkan dalam
Renstra dan Renja PD masing-masing
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEUANGAN DAERAH

Urs.Wajib Non Pelayanan Dasar


32 Urusan
Pelayanan Dasar
Urs. Pilihan

SPM
Pendanaan
PUSAT PEMDA Fiscal gap berdasarkan pada
PAD/DBH standar
pelayanan teknis
dan regional cost
DAU

DAK
SPM
Equalizer
Via
GUBERNUR 47
RENAKSI DAERAH
Penerapan dan Pencapaian SPM
pasal 11 RPP SPM
• Setelah dipahami pengertian SPM, selanjutnya
harus disusun suatu Rencana Aksi Penerapan dan
Pencapaian SPM yang biasanya berjangka
menengah.
• Dalam hal ini dibutuhkan suatu analisis atau
kajian kebutuhan pembiayaan pencapaian SPM
(Perencanaan Pembiayaan SPM).
• Agar dapat diimplementasikan, diterapkan dan
dicapai, maka Rencana Aksi tersebut harus
terinternalisasi atau terintegrasi ke dalam
mekanisme perencanaan dan penganggaran daerah
PENGERTIAN, GUNA DAN TUJUAN RENCANA AKSI
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL

• “Rencana Aksi Penerapan dan Pencapaian SPM” adalah


dokumen rencana aksi jangka menengah antara 3
hingga 5 tahun.

• Rencana aksi ini menggambarkan dan menguraikan


serta menjelaskan bagaimana SPM tersebut dari sektor
yang bersangkutan akan diterapkan dan dicapai dalam
periode tertentu, atau bagaimana proses dan tahapan
atau mekanisme penerapan dan pencapaian SPM.
PENGERTIAN, GUNA DAN TUJUAN RENCANA AKSI
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (Lanjutan)

Rencana aksi ini berisi dan menguraikan hal-hal sebagai berikut:


• gambaran umum tentang profil dan status data dan informasi
kondisi pelayanan dasar penerapan dan pencapaian SPM yang
bersangkutan;
• persoalan atau permasalahan, tantangan dan pontensi sumber
daya dalam penerapan dan pencapaian SPM;
• kebijakan dan strategi umum jangka menengah untuk mengatasi
persoalan dan tantangan serta dalam memanfaatkan potensi
sumber daya yang tersedia; dan
• program-program dan kegiatan-kegiatan rinci beserta indikator
pencapaiannya sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjutk Teknis (Juknis) dari Kementerian/Lembaga yang terkait;
• kerangka penganggaran bagi pembiayaan penganggaran
penerapan dan pencapaian SPM.
PENGERTIAN, GUNA DAN TUJUAN RENCANA AKSI
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (Lanjutan)

Guna dan manfaat dari dokumen rencana aksi:

• Sebagai alat koordinasi bagi para pihak yang berkepentingan


dalam penerapan dan pencapaian SPM
• Sebagai pedoman dan arahan dalam perencanaan atau
penyusunan rencana tahunan penerapan dan pencapaian SPM
termasuk dalam penganggaran tahunanannya.
• Sebagai pedoman dan arahan pelaksanaan penerapan dan
pencapaian SPM
• Sebagai pedoman dan arahan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan penerapan dan pencapaian SPM
PENGERTIAN, GUNA DAN TUJUAN RENCANA AKSI
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (Lanjutan)

Guna dan manfaat dari dokumen rencana aksi:

• Sebagai pedoman dan arahan bagi pelaporan pelaksanaan


penerapan dan pencapaian SPM serta memberikan umpan
balik dan rekomendasi bagi penyusunan rencana aksi
periode selanjutnya.

• Sebagai pedoman dan arahan untuk memudahkan


pengintegrasian penerapan dan pencapaian SPM ke dalam
mekanisme dan dokumen-dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah.
PENGERTIAN, GUNA DAN TUJUAN RENCANA AKSI
PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (Lanjutan)

TUJUAN penyusunan Rencana Aksi Penerapan dan


Pencapaiian SPM

adalah untuk menyusun, merumuskan dan menyediakan


alat koordinasi serta pedoman dan arahan secara
sistematis bagi para pihak yang berkepentingan dalam
perencanaan dan penganggaran tahunan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi serta pelaporan penerapan dan
pencapaian SPM hingga memudahkan pengintegrasian
SPM ke dalam dokumen-dokumen perencanaan dan
penganggaran daerah bagi Implementasi SPM.
PROSES & MEKANISME PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DAN PENYUSUNAN RENCANA TINDAK/AKSI
UNTUK MENCAPAI STANDAR PELAYANAN MINIMAL

1. Mengidentifikasi Daftar Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang


tertuang didalam Peraturan Pemerintah Tentang SPM;
2. Mengkaji kondisi status pencapaian SPM sekarang di daerah
3. Mengkaji alat pemenuhan kebutuhan barang atau jasa yang harus
tersedia;
4. Mengkaji alat pemenuhan kebutuhan yang sudah tersedia;
5. Mengkaji alat pemenuhan kebutuhan yang belum tersedia;
6. Identifikasi dan analisis potensi masalah beserta penyebab
masalah penerapan SPM hingga ditemukan akar atau dasar
masalahnya.
7. Identifikasi dan analisis berbagai kemungkinan untuk menemukan
solusi atau tuntutan kegiatan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut. Gunakan Daftar Pedoman atau
Petunjuk Teknis yang telah disusun dan diterbitkan oleh
Kementerian/Lembaga teknis/sektoral berkaitan dengan SPM yang
bersangkutan sebagai pembanding atau referensi.
PROSES & MEKANISME PENGKAJIAN KEBUTUHAN
DAN PENYUSUNAN RENCANA TINDAK/AKSI
UNTUK MENCAPAI STANDAR PELAYANAN MINIMAL

(Lanjutan)
6. Identifikasi program program dan kegiatan-kegiatan apa saja yang
diperlukan untuk melaksanakan/pencapaian SPM
7. Hitung ongkos atau biaya-biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan serta mengadakan
barang dan jasa yang teridentifikasi untuk mencapai SPM,
baik biaya langsung maupun tidak langsung.
8. Identifikasi kapasitas sumber daya dan dana yang tersedia bagi
upaya-upaya untuk mencapai SPM
9. Tetapkan berapa lama atau berapa tahun masalah-masalah atau
kesenjangan tersebut di atas dapat diselesaikan berdasarkan
sumber daya dan dana yang tersedia, kemudian tetapkan juga
target-target tahunan pencapaian SPM.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

TERIMA KASIH

Designed by Anshori ‘10

Anda mungkin juga menyukai