Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

”Superimposed Pre-Eklamsia”
Pembimbing
dr. Hendrik Sutopo,M.Biomed,SpOG

Penulis :
Citra Septiani – 406172038

Kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi


RS Sumber Waras - FK UNTAR
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.W

Usia : 35 Tahun

TTL : 15 juli 1983

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jakarta

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMA

Status P. : Menikah

Agama : Islam
Anamnesa
O Anamesa dilakukan pada tanggal 21 Maret 2019 Jam 11.00 WIB

secara autoanamesa

O Keluhan Utama : Perut bengkak dan Kedua kaki bengkak


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Sumber Waras Melalui Poli untuk melakukan
pemeriksaan rutin pada kehamilannya. Pasien Hamil 36-37 minggu,
Dengan keluhan perut dan kedua kaki bengkak, disertai riwayat hipertensi
dalam kehamilan . Janin dirasakan bergerak aktif. HPHT : 09 Juli 2018,
HPL : 15 April 2019
Selama kehamilan pasien rutin memeriksakan kehamilannya di
puskesmas. Nafsu makan baik, obat yang dikonsumsi selama kehamilan
berupa asam folat, kalsium dan Nifedipine, BAB dan BAK lancar.
Riwayat Penyakit Dahulu RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

O Pasien memiliki riwayat Hipertensi


pada saat kehamilan pertama dan O hipertensi, DM, asthma, TBC,

kedua.
dan kelainan jantung disangkal.
O DM sebelum ataupun saat hamil
tidak ada. O alergi obat atau makanan
O myoma dan kista tidak ada.
tertentu tidak ada.
O kelainan jantung, asthma, TBC
disangkal oleh pasien.
O alergi obat dan makanan tertentu
tidak ada.
Riwayat Obstetri dan Ginekologi
O Pasien haid pertama kali usia 12 tahun, lama haid 7 hari, teratur, siklus setiap 28 hari, dengan jumlah
darah <80 cc, HPHT : 09 Juli 2018, HPL : 15 April 2019.
O G3P2A0; 36-37 minggu.

O Pasien menikah 1x di usia 22 tahun, dengan suami sekarang selama 14 tahun, di usia 16 tahun.

O Riwayat KB : pernah menggunakan kb Suntik 1 bulan selama 5 tahun, berhenti 2017 karena ingin punya
anak, masalah selama kb (-)
Anak
Umur
No. Tahun Tempat Jenis Penolong Penyulit Keadaan
Kehamilan JK BB (gr)
sekarang
1 2007 RS 38 mgg PV Dokter HDK ♀ 2400 Hidup
2 2011 RS 38 mmg VE Dokter HDK ♀ 2205 Hidup
3 2019 Hamil ini
Riwayat Imunisasi
• PADA KEHAMILAN INI, PASIEN TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI  LENGKAP PADA
KEHAMILAN SEBELUMNYA

RIWAYAT KEBIASAAN & ASUPAN NUTRISI

 Makan 3x/hari, porsi cukup, jenis beragam

 Minum ±8 GELAS/hari

 Kebiasaan minum kopi (-), alkohol (-), Merokok (-), DAN NARKOTIKA (-)
Pemeriksaan Umum
O Keadaan umum : Tampak Cemas
O Kesadaran : Compos mentis GCS 15 (E4V5M6)
O Suhu : 36,6 ◦C
O Tekanan darah : 187/115 mmHg
O Nadi : 99x/menit; reguler, kuat angkat
O Pernapasan : 22x/menit, reguler
O Berat badan terakhir : 69.5kg
O Tinggi badan : 155 cm
O IMT : 28.95 (overweight)
O Kepala :

O Wajah : chloasma gravidarum (-), edema (-).

O Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.

O Telinga : dbN

O Hidung : dbN

O Mulut : dbN

O Leher : pembesaran KGB (-)

O Thorax :

O I : buah dada simetris dan tegang, hiperpigmentasi areola +/+, hiperpigmentasi puting susu +/+,

kolostrum -/-, puting susu tumpul, inverted nipple -/-, pergerakan napas simetris.

O P : stem fremitus kanan dan kiri sama kuat, massa (-)

O P : sonor diseluruh lapang paru

O A: Suara nafas vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-, Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
O Abdomen :
O Inspeksi : tampak perut membesar sesuai usia kehamilan, Linea
nigra (+), Striae lividae (-), striae albicans (+),luka bekas operasi (-)
O Auskultasi : bising usus (+), DJJ : 145x/menit; reguler (dengan
doppler)
O Palpasi :
• Leopold I : massa lunak, bulat, tidak melenting (bokong)
• Leopold II : teraba bagian besar janin di sisi kiri ibu (puki)
• Leopold III : massa keras, bulat, melenting (kepala)
• Leopold IV : belum masuk PAP
O TFU : 27 cm  TBJ : 27-12 = 15 x 155 = 2325gram
O His: (-)
O Anus

O Anus tampak normal

O Genitalia

O Inspeksi : vulva vagina dalam batas normal, lendir bercampur darah (-)

O PD : TIDAK dilakukan

O Ekstremitas dan tulang belakang :

O EKSTERMITAS ATAS : crl <2S, Edema (-) kanan-kiri

O EKSTERMITAS BAWAH : crl >2S, Edema (+) kanan-kiri

O Tulang belakang : scoliosis (-), lordosis (-), dan kifosis(-)

O Kulit : dbN

O Kelenjar Getah Bening

O Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening

O Pemeriksaan Neurologis

O Refleks fisiologis patella (+)


Pemeriksaan Penunjang
O Laboratorium darah

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hb 13.7 g/dL 12-16


Eritrosit 5.09 Juta/uL 4.0-5,2

Hematokrit 42.6 % 36-46

Leukosit 15.2 H Ribu/µL 4-11

Trombosit 339 Ribu/µL 150-440

Golongan darah 0+

Protein Urin +3
EKG
• DBN

USG
• PLACENTA : FUNDUS UTERI
• AMNION : CUKUP
• UK : 36 MINGGU 3 HARI
• EDW : 2335 GR
• EDD : 16 APRIL 2019
• JANIN TUNGGAL HIDUP 36-37 MINGGU
Resume
Pasien 35 tahun G3P2A0 hamil 36-37 minggu datang ke Poli, rujukan dari
puskesma untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dan setelah dilakukan
pemeriksaan dilakukan SC cito atas indikasi PEB DENGAN KELUHAN perut dan kedua
kaki bengkak. Janin dirasakan bergerak aktif. Ekstermitas bawah oedem (+), HPHT :
09 Juli 2018, HPL : 15 April 2019
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dan compos mentis. T:
187/115, N : 99, RR : 22, S : 36.6, BB : 69.5 kg, TB : 155 cm. Abdomen: tampak perut
membesar sesuai usia kehamilan, Linea nigra (+), Striae lividae (-), striae albicans (+),
DJJ + 145x/min, Leopold I : bokong, Leopold II : puki, Leopold III : kepala, Leopold IV :
belum masuk PAP, TFU 27cm, TBJ : 2325 gr, His: (-).
Pemeriksaan penunjang didapatkan dari lab. Darah : Hb (13.7); Eritrosit
(5.09); Ht (42.6); Leukosit (15,2 H); Trombosit : 339 ; Golongan darah : O+.
Diagnosa

O Ibu : G3P2A0 hamil 36-37 minggu dengan Superimposed pre-

eklamsia

O Janin : DBN, TBJ 2325 gram


Tatalaksana Non-
RENCANA EVALUASI
farmakologis
O Tanda-tanda vital dan
O Pro sectio caesaria
perdarahan post SC

O Evaluasi kontraksi uterus post


TATALAKSANA SC
FARMAKOLOGIS O Evaluasi bekas luka jahitan Post
• INFUS RL SC
• OXYTOCIN 1 AMPUL

• MGSO4 O Evaluasi ASI


• NIFEDIPINE

• ASAM MEFENAMAT 3X 500MG O Evaluasi BAB, BAK


• CEFADROXIL 2X 500MG
Edukasi
PROGNOSIS
Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga pasien tentang :
Ad vitam – Bonam
O Kondisi yang dialami pasien.
O Tindakan dan tujuan tindakan yang Ad sanationam – Bonam
dilakukan.
O Melakukan masase fundus uteri
Ad functionam – Bonam
untuk mempercepat pemulihan dan
meminimalisir perdarahan.
O Memberikan ASI eksklusif minimal
6 bulan.
O Hygiene luka post SC.
O Menjelaskan cara mobilisasi pada
pasien
Kesimpulan
Pasien 35th G3P2A0 hamil 36-37 minggu dilakukan SC a/i PEB.
Tanggal 21-03-2019 :
Bayi lahir pukul 12.30 WIB : Laki-laki, BB: 2205gram PB: 46cm, A/S 8/9
Follow Up :
S : Nyeri luka post SC, BAK (+) pasang kateter, BAB (-), Mobilisasi (+) mika-miki duduk
O: TD: 145/92mmHg, N: 92x/menit, Rr: 19x/menit, S: 36.7C
Mata CA -/-
Abdomen : supel + oedem, BU (+), terpasang perban, rembes (-), TFU : sepusat, kontraksi (+)
Anogenital: lochea rubra
Ekstremitas: atas dbN, bawah : oedem +/+
A: P3A0 post SC + MOW hari 1, a/I PEB
P: Observasi
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sekurang-
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.

KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


• PREEKLAMPSIA-EKLAMSIA
• HIPERTENSI KRONIS
• HIPERTENSI KRONIS DENGAN SUPERIMPOSED PREEKLAMPSIA
• HIPERTENSI GESTASIONAL
Faktor Resiko Hipertensi dalam
Kehamilan
O Primigravida, primipaternitas.
O Hiperplasentosis, seperti molahidatidosa, kehamilan ganda,
diabetes melitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.
O Umur yang ekstrim, < 20 tahun atau > 35 tahun.
O Riwayat keluarga yang pernah mengalami
preeklampsia/eklampsia.
O Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil.
O Obesitas
Superimposed Pre-eklamsia
O Hipertensi kronis yang disertai protein urin

O Penanganan superimposed pre-eklamsia  sesuai tatalaksana

Preeklamsia
Preeklamsia
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia
kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ.

Patofisiologi Pre-Eklamsia
Patofisiologi preeklampsia dibagi menjadi dua tahap, yaitu perubahan perfusi plasenta dan
sindrom maternal.

Tahap pertama terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan. Pada fase ini terjadi perkembangan
abnormal remodelling dinding arteri spiralis. Abnormalitas dimulai pada saat perkembangan
plasenta,

Tahap kedua atau disebut juga fase sistemik. produksi substansi yang jika mencapai sirkulasi
maternal menyebabkan terjadinya sindrom maternal. Fase ini merupakan fase klinis preeklampsia,
dengan elemen pokok respons inflamasi sistemik maternal dan disfungsi endotel.11

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
Cunningham F Gary, Gant Norman F, dkk; Hipertensive Disorder. In : Williams Obstetri Section 11, Chapter 40, Edition 24.Mc Graw Hill Education. USA. 2014: 728-79
POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta.
Diagnosis Preeklamsia
Kriteria Minimal Preeklampsia

Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
Hipertensi
pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama

Protein urin Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1

Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu dibawah ini:
Trombositopeni Trombosit < 100.000 / mikroliter

Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum dari
Gangguan ginjal
sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya

Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik /
Gangguan Liver
regio kanan atas abdomen

Edema Paru
Gejala Neurologis Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
Uteroplasenta adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta.
Diagnosis Preeklamsia
Kriteria Preeklampsia berat diagnosis preeklampsia dipenuhi dan jika didapatkan salah satu kondisi
klinis dibawah ini:
Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
Hipertensi diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama
Trombositopeni Trombosit < 100.000 / mikroliter

Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin
Gangguan ginjal
serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya

Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di


Gangguan Liver
daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen

Edema Paru
Gejala Neurologis Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
Uteroplasenta adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan
dengan penyulit preeklampsia:

O Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi

ibu dan janin.

O Lahirnya bayi yang kemungkinan dapat berkembang.

O Pemulihan sempurna kesehatan ibu.

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
Tatalaksana Umum terhadap preeklampsia adalah:

O Dirujuk ke Rumah Sakit

O Pencegahan dan Tatalaksana Kejang

O Terapi Antihipertensi

O Kortikosteroid

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
O Dirujuk ke Rumah Sakit

O Penderita preeklampsia dan eklampsia wajib dirujuk ke rumah sakit.

O Pencegahan dan Tatalaksana Kejang

O Dosis loading magnesium sulfat 4 g selama 5 – 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan

1-2 g/jam selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir.

O Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas dan saturasi oksigen.

O Pemberian ulang 2 g bolus dapat dilakukan apabila terjadi kejang berulang.

O Pemberian antikonvulsan lainnya seperti diazepam, fenitoin, atau lytic cocktail sebagai alternatif

magnesium sulfat pada wanita dengan preeklampsia tidak direkomendasikan.

9. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
O Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi
berat, atau tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110
mmHg.9

Nama Obat Dosis Keterangan

Dapat menyebabkan hipoperfusi


4 x 10-30 mg per oral (short acting)
Nifedipin pada ibu dan janin bila diberikan
1 x 20-30 mg per oral (short acting/Adalat OROS)
sublingual
5 mg/jam dapat dititrasi 2,5 mg/jam tiap 5 menit
Nicardipin
hingga maksimum 10 mg/jam
2 x 250-500 mg per oral (dosis maks 2000
Metildopa
mg/hari)

9. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
Tatalaksana Preeklampsia
O 2 dosis 12 mg bethametasone yang diberikan secara IM dalam 24 jam

O 4 dosis 6 mg dexamethasone diberikan secara IM setiap 12 jam.

O Efek positif optimal jika kelahiran terjadi antara 24 jam dan 7 hari setelah pemberian
kostikosteroid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Obat ini
juga diberikan pada sindrom HELLP. Dosis yang diberikan :
O Terminasi dalam 7 hari : betamethasone 12 mg atau dexamethasone 6 mg diberikan
secara i.m. setiap 24 jam pada usia kehamilan 24 hingga 34 minggu.
O Pertimbangkan pemberian double dosebethamethasone atau dexamethasone pada
usia kehamilan 35 hingga 36 minggu.

9. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
Manajemen Ekspektatif Preeklampsia (POGI, 2016)
Manajemen Ekspektatif
Preeklampsia Berat
(POGI, 2016)9
Tabel 3. Kriteria Terminasi Kehamilan Pada Preeklamsia berat (POGI, 2016)
POGI 2016
1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia tanpa gejala
berat dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi maternal
dan janin yang lebih ketat
2. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklampsia tanpa
gejala berat.
Menejemen 3. Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
• Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
Ekspektatif/ • Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis
• Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
Aktif • Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam
seminggu)
• Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan
doppler
• velocimetry terhadap arteri umbilikal direkomendasikan
POGI 2016

1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia berat dengan

usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin stabil.

2. Manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat juga direkomendasikan untuk


Perawatan
melakukan perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedia
Ekspektatif
Pada perawatan intensif bagi maternal dan neonatal

Preeklampsia 3. Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif preekklamsia berat, pemberian
Berat Kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin

4. Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan rawat inap

selama melakukan perawatan ekspektatif


POGI 2016
1. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai terapi lini pertama eclampsia.
2. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai profilaksis terhadap eklampsia pada pasien
preeklampsia berat.
3. Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada pasien preeklampsia berat dibandingkan
Pemberian diazepam atau fenitoin, untuk mencegah terjadinya kejang/eklampsia atau kejang berulang.
4. Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada pasien preeklampsia berat dibandingkan
Magnesium
diazepam atau fenitoin, untuk mencegah terjadinya kejang/eklampsia atau kejang berulang.
Sulfat untuk 5. Dosis penuh baik intravena maupun intramuskuler magnesium sulfat direkomendasikan sebagai
mencegah prevensi dan terapi eclampsia.
6. Evaluasi kadar magnesium serum secara rutin tidak direkomendasikan.
kejang
7. Pemberian magnesium sulfat tidak direkomendasikan untuk diberikan secara rutin ke seluruh
pasien preeklampsia, jika tidak didapatkan gejala pemberatan (preeklampsia tanpa gejala berat).
POGI 2016
1. Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan
hipertensi berat, atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
atau diastolik ≥ 110 mmHg
2. Target penurunan tekanan darah adalah sistolik < 160
mmHg dan diastolik < 110 mmHg
Antihipertensi 3. Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah nifedipin
oral short acting, hidralazine dan labetalol parenteral
4. Alternatif pemberian antihipertensi yang lain adalah
nitogliserin, metildopa, labetalol
POGI 2016

1.Pemberian kortikosteroid sebagai terapi sindrom


HELLP masih belum dapat direkomendasikan
sampai didapatkan bukti yang nyata terjadinya
penurunan morbiditas maternal
Kortikosteroid
2.Kortikosteroid diberikan pada usia kehamilan ≤ 34
minggu untuk menurunkan risiko RDS dan mortalitas
janin serta neonatal
Prognosis
O Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, gejala perbaikan akan tampak jelas

setelah kehamilannya diakhiri, dimana perubahan patofisiologi akan segera mengalami perbaikan.

O Diuresis terjadi 12 jam setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik karena

merupakan gejala awal penyembuhan.

O Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.

O Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya,

O kecuali pada janin dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita

eklampsia juga tergolong buruk.

O Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada fase neonatal karena kondisi bayi sudah sangat

inferior.

• Angsar, Muh. Dikman., 2014. Hipertensi dalam Kehamilan. In: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014: 531-50
• The American College of Obstetricians and Gynecologists, 2016. Antenatal Corticosteroid Therapy for Fetal Maturation.[diakses pada 07 Febuari 2019] Tersedia di http://www.acog.org/Resources-And-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-
Obstetric-Practice/Antenatal-Corticosteroid-Therapy-for-Fetal-Maturation
Pencegahan
nonmedikal medikal

O Cara yang paling sederhana ialah O Pencegahan medikal dengan pemberian diuretik tidak terbukti
mencegah terjadinya preeklampsia bahkan memperberat
melakukan tirah baring. hipovolemia.

O Sebaiknya diet ditambah suplemen yang O Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia.

Pemberian kalsium 1.500-2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai


mengandung minyak ikan yang kaya O

suplemen pada risiko tinggi terjadinya preeklampsia.


dengan asam lemak tidak jenuh
O Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365
(misalnya omega-3 PUFA), antioksidan mg/hari.

(vitamin C, vitamin E, -karoten, CoQ10, O Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia
adalah aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau
N-asetilsistein, dan asam lipoik), serta
dipiridamole.
elemen logam berat (zinc, magnesium, O Dapat juga diberikan obat-obatan antioksidan, misalnya vitamin C,
dan kalsium).8 vitamin E, -karoten, CoQ10, N-asetilsistein, dan asam lipoik.8

• Angsar, Muh. Dikman., 2014. Hipertensi dalam Kehamilan. In: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014: 531-50

Anda mungkin juga menyukai