Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
”Superimposed Pre-Eklamsia”
Pembimbing
dr. Hendrik Sutopo,M.Biomed,SpOG
Penulis :
Citra Septiani – 406172038
Usia : 35 Tahun
Alamat : Jakarta
Pendidikan : SMA
Status P. : Menikah
Agama : Islam
Anamnesa
O Anamesa dilakukan pada tanggal 21 Maret 2019 Jam 11.00 WIB
secara autoanamesa
kedua.
dan kelainan jantung disangkal.
O DM sebelum ataupun saat hamil
tidak ada. O alergi obat atau makanan
O myoma dan kista tidak ada.
tertentu tidak ada.
O kelainan jantung, asthma, TBC
disangkal oleh pasien.
O alergi obat dan makanan tertentu
tidak ada.
Riwayat Obstetri dan Ginekologi
O Pasien haid pertama kali usia 12 tahun, lama haid 7 hari, teratur, siklus setiap 28 hari, dengan jumlah
darah <80 cc, HPHT : 09 Juli 2018, HPL : 15 April 2019.
O G3P2A0; 36-37 minggu.
O Pasien menikah 1x di usia 22 tahun, dengan suami sekarang selama 14 tahun, di usia 16 tahun.
O Riwayat KB : pernah menggunakan kb Suntik 1 bulan selama 5 tahun, berhenti 2017 karena ingin punya
anak, masalah selama kb (-)
Anak
Umur
No. Tahun Tempat Jenis Penolong Penyulit Keadaan
Kehamilan JK BB (gr)
sekarang
1 2007 RS 38 mgg PV Dokter HDK ♀ 2400 Hidup
2 2011 RS 38 mmg VE Dokter HDK ♀ 2205 Hidup
3 2019 Hamil ini
Riwayat Imunisasi
• PADA KEHAMILAN INI, PASIEN TIDAK MELAKUKAN IMUNISASI LENGKAP PADA
KEHAMILAN SEBELUMNYA
Minum ±8 GELAS/hari
Kebiasaan minum kopi (-), alkohol (-), Merokok (-), DAN NARKOTIKA (-)
Pemeriksaan Umum
O Keadaan umum : Tampak Cemas
O Kesadaran : Compos mentis GCS 15 (E4V5M6)
O Suhu : 36,6 ◦C
O Tekanan darah : 187/115 mmHg
O Nadi : 99x/menit; reguler, kuat angkat
O Pernapasan : 22x/menit, reguler
O Berat badan terakhir : 69.5kg
O Tinggi badan : 155 cm
O IMT : 28.95 (overweight)
O Kepala :
O Telinga : dbN
O Hidung : dbN
O Mulut : dbN
O Thorax :
O I : buah dada simetris dan tegang, hiperpigmentasi areola +/+, hiperpigmentasi puting susu +/+,
kolostrum -/-, puting susu tumpul, inverted nipple -/-, pergerakan napas simetris.
O A: Suara nafas vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-, Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
O Abdomen :
O Inspeksi : tampak perut membesar sesuai usia kehamilan, Linea
nigra (+), Striae lividae (-), striae albicans (+),luka bekas operasi (-)
O Auskultasi : bising usus (+), DJJ : 145x/menit; reguler (dengan
doppler)
O Palpasi :
• Leopold I : massa lunak, bulat, tidak melenting (bokong)
• Leopold II : teraba bagian besar janin di sisi kiri ibu (puki)
• Leopold III : massa keras, bulat, melenting (kepala)
• Leopold IV : belum masuk PAP
O TFU : 27 cm TBJ : 27-12 = 15 x 155 = 2325gram
O His: (-)
O Anus
O Genitalia
O Inspeksi : vulva vagina dalam batas normal, lendir bercampur darah (-)
O PD : TIDAK dilakukan
O Kulit : dbN
O Pemeriksaan Neurologis
Golongan darah 0+
Protein Urin +3
EKG
• DBN
USG
• PLACENTA : FUNDUS UTERI
• AMNION : CUKUP
• UK : 36 MINGGU 3 HARI
• EDW : 2335 GR
• EDD : 16 APRIL 2019
• JANIN TUNGGAL HIDUP 36-37 MINGGU
Resume
Pasien 35 tahun G3P2A0 hamil 36-37 minggu datang ke Poli, rujukan dari
puskesma untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dan setelah dilakukan
pemeriksaan dilakukan SC cito atas indikasi PEB DENGAN KELUHAN perut dan kedua
kaki bengkak. Janin dirasakan bergerak aktif. Ekstermitas bawah oedem (+), HPHT :
09 Juli 2018, HPL : 15 April 2019
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dan compos mentis. T:
187/115, N : 99, RR : 22, S : 36.6, BB : 69.5 kg, TB : 155 cm. Abdomen: tampak perut
membesar sesuai usia kehamilan, Linea nigra (+), Striae lividae (-), striae albicans (+),
DJJ + 145x/min, Leopold I : bokong, Leopold II : puki, Leopold III : kepala, Leopold IV :
belum masuk PAP, TFU 27cm, TBJ : 2325 gr, His: (-).
Pemeriksaan penunjang didapatkan dari lab. Darah : Hb (13.7); Eritrosit
(5.09); Ht (42.6); Leukosit (15,2 H); Trombosit : 339 ; Golongan darah : O+.
Diagnosa
eklamsia
Preeklamsia
Preeklamsia
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia
kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ.
Patofisiologi Pre-Eklamsia
Patofisiologi preeklampsia dibagi menjadi dua tahap, yaitu perubahan perfusi plasenta dan
sindrom maternal.
Tahap pertama terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan. Pada fase ini terjadi perkembangan
abnormal remodelling dinding arteri spiralis. Abnormalitas dimulai pada saat perkembangan
plasenta,
Tahap kedua atau disebut juga fase sistemik. produksi substansi yang jika mencapai sirkulasi
maternal menyebabkan terjadinya sindrom maternal. Fase ini merupakan fase klinis preeklampsia,
dengan elemen pokok respons inflamasi sistemik maternal dan disfungsi endotel.11
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
Cunningham F Gary, Gant Norman F, dkk; Hipertensive Disorder. In : Williams Obstetri Section 11, Chapter 40, Edition 24.Mc Graw Hill Education. USA. 2014: 728-79
POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta.
Diagnosis Preeklamsia
Kriteria Minimal Preeklampsia
Tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
Hipertensi
pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama
Protein urin Protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1
Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu dibawah ini:
Trombositopeni Trombosit < 100.000 / mikroliter
Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum dari
Gangguan ginjal
sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik /
Gangguan Liver
regio kanan atas abdomen
Edema Paru
Gejala Neurologis Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
Uteroplasenta adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta.
Diagnosis Preeklamsia
Kriteria Preeklampsia berat diagnosis preeklampsia dipenuhi dan jika didapatkan salah satu kondisi
klinis dibawah ini:
Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
Hipertensi diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama
Trombositopeni Trombosit < 100.000 / mikroliter
Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin
Gangguan ginjal
serum dari sebelumnya pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
Edema Paru
Gejala Neurologis Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR)
Uteroplasenta adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan
dengan penyulit preeklampsia:
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
Tatalaksana Umum terhadap preeklampsia adalah:
O Terapi Antihipertensi
O Kortikosteroid
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
O Dirujuk ke Rumah Sakit
O Dosis loading magnesium sulfat 4 g selama 5 – 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
1-2 g/jam selama 24 jam post partum atau setelah kejang terakhir.
O Pemantauan produksi urin, refleks patella, frekuensi napas dan saturasi oksigen.
O Pemberian antikonvulsan lainnya seperti diazepam, fenitoin, atau lytic cocktail sebagai alternatif
9. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
O Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi
berat, atau tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110
mmHg.9
9. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
Tatalaksana Preeklampsia
O 2 dosis 12 mg bethametasone yang diberikan secara IM dalam 24 jam
O Efek positif optimal jika kelahiran terjadi antara 24 jam dan 7 hari setelah pemberian
kostikosteroid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Obat ini
juga diberikan pada sindrom HELLP. Dosis yang diberikan :
O Terminasi dalam 7 hari : betamethasone 12 mg atau dexamethasone 6 mg diberikan
secara i.m. setiap 24 jam pada usia kehamilan 24 hingga 34 minggu.
O Pertimbangkan pemberian double dosebethamethasone atau dexamethasone pada
usia kehamilan 35 hingga 36 minggu.
9. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2016. POGI. Jakarta. POGI
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tatalaksana Preeklamsi.2011. POGI. Jakarta. POGI
Manajemen Ekspektatif Preeklampsia (POGI, 2016)
Manajemen Ekspektatif
Preeklampsia Berat
(POGI, 2016)9
Tabel 3. Kriteria Terminasi Kehamilan Pada Preeklamsia berat (POGI, 2016)
POGI 2016
1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus preeklampsia tanpa gejala
berat dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan evaluasi maternal
dan janin yang lebih ketat
2. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus preeklampsia tanpa
gejala berat.
Menejemen 3. Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
• Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
Ekspektatif/ • Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis
• Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
Aktif • Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2 kali dalam
seminggu)
• Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi menggunakan
doppler
• velocimetry terhadap arteri umbilikal direkomendasikan
POGI 2016
usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin stabil.
Preeklampsia 3. Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif preekklamsia berat, pemberian
Berat Kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin
setelah kehamilannya diakhiri, dimana perubahan patofisiologi akan segera mengalami perbaikan.
O Diuresis terjadi 12 jam setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik karena
O kecuali pada janin dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita
O Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada fase neonatal karena kondisi bayi sudah sangat
inferior.
• Angsar, Muh. Dikman., 2014. Hipertensi dalam Kehamilan. In: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014: 531-50
• The American College of Obstetricians and Gynecologists, 2016. Antenatal Corticosteroid Therapy for Fetal Maturation.[diakses pada 07 Febuari 2019] Tersedia di http://www.acog.org/Resources-And-Publications/Committee-Opinions/Committee-on-
Obstetric-Practice/Antenatal-Corticosteroid-Therapy-for-Fetal-Maturation
Pencegahan
nonmedikal medikal
O Cara yang paling sederhana ialah O Pencegahan medikal dengan pemberian diuretik tidak terbukti
mencegah terjadinya preeklampsia bahkan memperberat
melakukan tirah baring. hipovolemia.
O Sebaiknya diet ditambah suplemen yang O Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia.
(vitamin C, vitamin E, -karoten, CoQ10, O Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia
adalah aspirin dosis rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau
N-asetilsistein, dan asam lipoik), serta
dipiridamole.
elemen logam berat (zinc, magnesium, O Dapat juga diberikan obat-obatan antioksidan, misalnya vitamin C,
dan kalsium).8 vitamin E, -karoten, CoQ10, N-asetilsistein, dan asam lipoik.8
• Angsar, Muh. Dikman., 2014. Hipertensi dalam Kehamilan. In: Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014: 531-50