ALFIAN ISMADIANTO
NIM. 22160051
Dosen Pembimbing
Apriani S.Si M.Si
Mengkonsumsi minuman beralkohol
sudah menjadi bagian gaya hidup dari
sebagian orang di dunia(Darmono, 2006).
Mengkonsumsi etanol sangat berbahaya
karena reaksi kimia senyawa ini
membentuk nefrotoksin kuat hingga
menyebabkan gangguan fungsi dan
kematian sel (nekrosis) pada sel tubulus
proksimal (Gunawan, 2010).
Penelitian Terdahulu
a. Nilai kreatinin berdasarkan usia
peminum alkohol (Dwi Purbayanti, 2018)
Karakteristi Nilai Kreatinin Total
k Usia N (%)
Normal > Normal
N (%) N (%)
25-35 Tahun 3 (15) 1 (5) 4 (20)
36-45 tahun 2 (10) 14 (70) 16 (80)
b. Nilai kreatinin berdasarkan lama
konsumsi alkohol (Dwi Purbayanti, 2018)
Karakteristik Nilai Kreatinin Total
Lama N (%)
Konsumsi Normal > Normal
N (%) N (%)
2. Bagi Intansi
3. Bagi Masyrakat
1. Alkohol
2. Jenis minuman beralkohol
3. Tingkat pengkonsumsian alkohol
4. Ginjal
5. Efek alkohol terhadap ginjal
6. Protein Urin
Jenis
penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis deskriptif.
Pengambilan sampel dilakukan di
wilayah Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar
Rebo, Jakarta Timur.
Penelitiandilakukan di Laboratorium RS
Syarif Hidayatullah, Ciputat pada bulan
Maret - April 2019.
Populasipada penelitian ini adalah
seluruh peminum minuman beralkohol di
wilayah Kelurahan Baru, Jakarta Timur
P = f x 100%
n
Keterangan :
P : Jumlah presentase yang diteliti
f : Jumlah responden berdasarkan variabel
n : Jumlah sampel penelitian
Protein Urine
Golongan A 27 2 0 0 9
(17,5%) (5%) (22,5%)
Golongan B 12 1 1 0 14
(30%) (1,5%) (2,5%) (35%)
Golongan C 12 4 1 0 17
(30%) (10%) (2,5%) (42,5%)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa peminum
alkohol golongan C (20%-55%) lebih banyak
menunjukan hasil protein urin positif di bandingkan
orang yang mengkonsumsi alkohol golongan A dan B,
hal ini dapat di sebabkan karena semakin banyak
konsentrat alkohol yang masuk kedalam tubuh
menyebabkan ginjal bekerja semakin berat, sehingga
dapat mengubah struktur dan fungsi ginjal serta
merusak kemampuannya untuk mengatur volume,
komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Perubahan mikroskopis pada ginjal termasuk
perubahan struktur glomerulus, pembengkakan atan
pembesaran ginjal dan meningkatnya jumlah sel-sel
lemak, protein, dan air (Boggan, 2003).
Protein Urine
Light drinker 17 2 0 0 19
(ringan) (42,5%) (5%) (47,5%)
Moderate 12 4 1 0 17
drinker (sedang) (30%) (10%) (1,5%) (42,5%)
Heavier drinker 2 1 1 0 4
(berat) (5%) (2,5%) (2,5%) (10%)
Bersarkan tabel diatas tingkat konsumsi
alkohol dalam klasifikasi berat (> 2 gelas per
hari) menunjukan hasil positif sebanyak 2
sampel dari 4 sampel yg tergolong dalam
klasifikasi ini, hal ini menunjukan
mengkonsumsi etanol sangat berbahaya karena
reaksi kimia senyawa ini membentuk
nefrotoksin kuat hingga menyebabkan
gangguan fungsi dan kematian sel ( nekrosis )
pada sel tubulus proksimal. Efek ini tergantung
pada jumlah alkohol yang di absorbsi dan
lamanya waktu konsumsi. Hal ini akan
mengubah kemampuan ginjal untuk berfungsi
secara normal (Boggan, 2003).
Dari
total 40 sampel yang di periksa
didapatkan hasil protein urin sebesar 31
sampel -/negatif (77,5%), 7 sampel
+/positif 1 (17,5%) dan 2 sampel
++/positif 2 (5%).
Untuk penelitian lanjutan
direkomendasikan pemeriksaan dengan
metode analisa protein urin yang dapat
mendeteksi protein urine yang lebih
sensitif.
Sebaiknya perlu di konfirmasi dengan
pemeriksaan ureum dan kreatinin serum
guna penunjang dalam diagnosa
penyakit atau kelainan fungsi ginjal.
Darmono. 2006. Toksikologi Narkoba Dan
Alkohol, UI Press.
Gunawan. 2010. Pengaruh Pemberian
Alkohol Terhadap Derajat Nekrosis
Ginjal Tikus Putih Galur, Perpustakaan
Universitas Islam Sultan Agung, 2010
Purbayanti, D. 2018. Efek Konsumsi Minuman
Beralkohol Terhadap Kadar Kreatinin.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya,
Palangkaraya.