Anda di halaman 1dari 52

PRESENTASI KASUS

G5P2A2 Hamil 34 Minggu Inpartu Kala 1 Fase


Aktif Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala
Dengan Pre-eklamsi Berat Dan Parsial HELLP
Sindrom
Oleh
Muhammad Iz Zuddin Adha
Popi Zeniusa
Annisa Abdillah

Pembimbing
dr. Ade Aria Nugraha, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


2019
STATUS PASIEN
Identitas
• Nama : Ny. M
• Umur : 38 tahun
• Jenis Kelamin: Perempuan
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Bandar Lampung
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
Anamnesis
• Keluhan Utama : • Keluhan Tambahan :
• Mau melahirkan dengan – Perut mules-mules
hamil kurang bulan dan menjalar ke pinggang
darah tinggi – Keluar darah lendir
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek dengan
keluhan mau melahirkan dengan hamil kurang bulan dan
darah tinggi. Pasien mengeluhkan kepala terasa pusing, lalu
pasien berobat ke Rumah Sakit Ibu dan Anak dan didapatkan
tekanan darah 170/100 mmHg, kemudian pasien dirujuk ke
Rumah Sakit Abdul Moeloek. Sejak 3 jam sebelum masuk
rumah sakit, pasien mengeluhkan keluar darah bercampur
lendir dari jalan lahir. Keluhan mules-mules menjalar ke
pinggang diakui, makin lama makin sering terasa. Riwayat
keluar air-air disangkal. Keluhan demam disangkal.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga
• Riwayat hipertensi • Tidak ada penyakit
sebelumnya yang sama di
disangkal keluarga
• Asma disangkal • Diabetes Melitus (-)
• Riwayat diabetes • Hipertensi (-)
disangkal • Riwayat asma
• Riwayat alergi disangkal
diangkal
Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan
Ekonomi
• Tidak merokok/minum alkohol
• Jarang berolahraga
Riwayat Obstetri
1. Hamil pertama, usia cukup bulan, lahir spontan
ditolong bidan, berat badan lahir 3,4 kg
2. Hamil kedua mengalami abortus pada usia
kehamilan 4 minggu
3. Hamil ketiga, usia cukup bulan, lahir spontan
ditolong bidan, berat badan lahir 3,2 kg
4. Hamil keempat, mengalami abortus pada usia
kehamilan 6 minggu
5. Hamil ini
• Riwayat Menarche
• Pertama kali mengalami menstruasi pada usia
14 tahun, tidak ada keluhan.

• Riwayat Kontrasepsi
• Menggunakan KB suntik dan Pil

• Riwayat Pernikahan
• Menikah satu kali, pada usia 22 tahun
Pemeriksaan Fisik
• Status Present • Status Generalis
• - Keadaan umum : Tampak • Kepala : Normocephal
sakit sedang • Mata : Konjungtiva
• - Kesadaran : tidak anemis, sklera
Compos Mentis anikterik
• - Tekanan Darah : • Leher : Tidak terdapat
170/100 mmHg pembesaran KGB leher,
• - Nadi : 85 nyeri tekan (-)
x/menit • Thoraks : dalam batas
• - Pernafasan : 20 normal
x/menit • Abdomen : dalam batas
• - Suhu : 36,80C normal
• Ekstremitas : tidak tampak
edema tungkai, perfusi
jaringan baik
Pemeriksaan Obstetri
 Pemeriksaan Leopold
 Leopold 1 didapatkan tinggi fundus uteri (26 cm), teraba
satu bagian besar, bulat, tidak melenting, lunak kesan
bokong.
 Leopold II teraba bagian memanjang di kiri, kesan letak
memanjang punggung kiri.
 Leopold III teraba satu bagian besar, bulat, melenting,
keras, kesan kepala.
 Leopold IV konvergen. Kesan kepala belum masuk
pintu atas panggul (PAP), penurunan 5/5. Taksiran berat
janin 2170 gram, his positif, denyut jantung janin
136x/menit.
Pemeriksaan Vaginal Toucher
• Didapatkan portio lunak, berada pada bagian
pendataran 100%, pembukaan 4 cm, ketuban intak,
bagian terendah kepala.
Pemeriksaan Pre-Operatif
• A:- • L : tidak ada kelainan gigi,
• M:- mulut dapat di buka lebar,
• P:- leher tidak tampak pendek
• L : puasa • E : 3-3-2
• E:- • M : II
• O : Tidak ada obstruksi
jalan napas
• N : Pasien dapat ekstensi
leher

Riwayat Pribadi
Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan. Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi
makanan maupun obat-obatan. Tidak pernah kejang dan tidak ada
gigi goyang ataupun memakai gigi palsu
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan

Hematologi

Hemoglobin 13,6 11.5-16.5 g/dl

Leukosit 13.400 4.800-10.800 /mikroliter

Eritrosit 4,4 4,2-5,4 Juta/mikroliter

Hematokrit 38 37-47

Trombosit 56.000 150.000-450.000 Mikroliter

MCV 86 78-99 Fl

MCH 31 27-31 Pg

MCHC 36 30-35 g/dl


Pemeriksaan Laboratorium
Kimia Darah Hasil Nilai Rujukan Satuan
SGOT 27 <31 U/L
SGPT 15 <31 U/L
Gula Darah - <140 mg/dL
Sewaktu

Ureum 30 13-43 mg/dL


Creatinine 0,49 0,55-1,02 mg/dL
Natrium 135-145 Mmol/L
Kalium - 3,5-5,0 mmo/L
Kalsium - 8,6-10 mg/dl
Klorida - 96-106 Mmol/L
LED 30 0-15 mm/jam
CT 10 9-15 menit
BT 2 1-3 menit
LDH 551 110-210 IU/L
Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Hasil Nilai Rujukan Satuan
Warna Kuning Kekuningan
Kejernihan Keruh Jernih
Berat Jenis 1,015 1,005-1,030

Ph 5.0 5.0-8.0
Leukosit Negative Negative
Nitrit Negative Negative
Protein 100 <30 Mg/dl
Glukose Negative Negative
Keton Negative Negative
Urobilinogen Negative Negative
Bilirubin Negative Negative
Darah samar 300 ery/ul <10 ery/ul
Endapan
Leukosit 2-4 1-4/LP
Eritrosit 15-23 0-1/LP
Epitel 3-8 5-15/LP
Bakteri Negative Negative
Kristal Negative Negative
Silinder Negarif Negative
Diagnosis
• Diagnosis Kerja : G5P2A2 hamil 34 minggu inpartu
kala 1 fase aktif, jth preskep, dengan PEB dan Partial
HELLP Sindrom
• Rencana Tindakan : SC + MOW
• Operator : dr. M Javedh Iqbal, sp OG
• ASA : III
• Advice : puasa 6 jam sebelum op mulai
Intraoperatif
• Tindakan operatif : SC + • Intubasi : ETT
MOW • Ventilasi : circuit: Assisted
• Tindakan Anestesi : • Gas flow : O2 2 L, N2O 2 L
general anestesi • IV line : tangan kiri
• Posisi : supinasi nomer 18
• Obat anestesia : • Keseimbangan cairan :
 fenatanyl 100 mcg – input kristaloid: 1000 cc,
 Propofol 100 mg HES 500 cc,
 atracurium 25 mg – Blood loos: ±200cc
 sevoflurance 2% • Tekanan darah :
150/110
• Tekanan darah Masuk dan
rata rata sampai akhir
operasi : 150/90
Post Operatif
 Pasien masuk ruang pemulihan
 Observasi tanda tanda vital
 Kontrol balance cairan
 Aldrete score ≥9 pasien dipindahkan ke ruangan
TINJAUAN PUSTAKA
Preeklampsia

Hipertensi adalah tekanan


darah sistolik dan diastolik ≥ Preeklampsia adalah
140/90 mmHg. Pengukuran hipertensi yang timbul setelah
tekanan darah sekurang- 20 minggu kehamilan disertai
kurangnya dilakukan 2 kali dengan proteinuria
selang 4 jam

Preeklampsia berat adalah


preeclampsia dengan tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg disertai dengan proteinuria
> 5 g/24 jam atau 4+ dipstick

Buku kebidanan Sarwono


Teori Terjadinya Preeklampsia
kelainan vaskularisasi plasenta

Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi endotel

Intoleransi imunologik antara ibu dan janin

adaptasi kardiovaskuler

genetik

defisiensi gizi

inflamasi

Buku kebidanan Sarwono


Patofisiologi Preeklampsia

https://medcomic.com/medcomic/preeclampsia-pathophysiology/
Perubahan Sistem Organ Pada
Preeklampsia
Meningkat

1. Vol. plasma

1. TD  HT hipovolemia
2. Viskositas 2. Fungsi ginjal
darah 3. Fungsi hepar
3. Edema 4. Tekanan
onkotik

Menurun
5. Trombositope
nia

Buku kebidanan Sarwono


Perubahan Sistem Organ Pada
Preeklampsia
Gg. neurologik
• Hiperperfusi otak  nyeri kepala  edema
vasogenik edema.
• Spasme a. retina dan edema retina 
gangguan visus.
• Hiperrefleks
• Kejang eklamptik (edema cerebri,
vasospasme cerebri, iskemia cerebri).
• Perdarahan intracranial (jarang).

Buku kebidanan Sarwono


Perubahan Sistem Organ Pada
Preeklampsia
Gg. kardiovaskular
• Hipertensi  peningkatan cardiac afterload
• Hipovolemia  penurunan cardiac preload

Paru
• Payah jantung kiri, kerusakan sel endotel
pembuluh darah kapiler paru, menurunnya
diuresis  edema paru.

Janin
IUGR
Kenaikkan morbiditas dan mortalitas janin
Buku kebidanan Sarwono
Manifestasi Klinis

https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-
HELLP Syndrome

https://www.google.com/
search?q=hellp+syndro
me&safe=active&rlz=1C
1CHBF_enID852ID852&
source=lnms&tbm=isch&
sa=X&ved=0ahUKEwj- https://www.semanticscholar.org/paper/Hellp-syndrome-and-
composite-major-maternal-of-Martin-
Brewer/ab225a7436aac0bb488f04ca192d332619a41abb
Manajemen Preeklampsia

• Melahirkan bayi
• Cara Persalinan tergantung pada: kondisi cervix,
Terapi definitif presentasi janin, kondisi ibu dan janin, Per-vaginam: in
partu, Bishops score > 9 , SC: bila cervix belum
memungkinkan

Manajemen • Protab MgSO4


Kejang

Asfiksia dan • oksigenasi


• Oliguria/anuria  loading cairan 500- 1000 ml
Perfusi jaringan kristaloid/koloid untuk ekspansi intravaskuler

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
Manajemen Preeklampsia

• vasodilatorr arteriole (contoh:


hydralazine), beta blocker (misalnya:
Obat labetalol), calcium channel blocker
antihipertensi (misalnya: nifedipine)
• Target terapi: diastolik ≤ 100 mmHg

HELLP • periksa PT, PTT, fibrinogen dan D-


syndrome dimer maka diperiksa AT tiap 6-8 jam

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
Evaluasi Pre-operatif

• Riw. medis
Riwayat • Riw. Obstetrik
• Riw. TD

• Jalan napas, paru, jantung


Pemeriksaan
• TTV

• Hb, trombosit,
• Fugnsi ginjal
• Fungsi hepar
Laboratorium
• Kadar LDH
• Elektrolit
• PT/PTT

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
Optimalisasi Pasien Preoperasi

Menormalkan Memperbaiki fungsi


volume darah ginjal

Mengendalikan Memberikan obat


hipertensi antikonvulsi

Mengobati PEB  lahir dalam


komplikasi 24 jam, eclampsia 
yangmuncul lahir dalam 12 jam

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
Anestesi Pada Preeklampsia

Regional General
Epidural / Anestesi
spinal umum

Atau
campuran

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
Anestesi Regional

1. Epidural, spinal 1. Pada sindrom HELLP,


2. Efek hemodinamik stabil telah terjadi penurunan
jumlah dan fungsi trombosit,
3. Tidak menyebabkan sehingga penggunaan
peningkatan TD anesthesia regional dapat
meningkatkan resiko
hematoma epidural, resiko
perdarahan, dan dapat terjadi
ARDS (acute respiratory
distress syndrome), gagal
ginjal, dan DIC
Perlu diperhatikan pada
anestesi GA

Edema jalan Hipertensi post


napas ekstubasi

Kemungkinan
Interaksi obat
kesulitan
MgSO4 dengan
manajemen
pelumpuh otot
jalan napas
GA

IV akses

Persiapan kesulitan intubasi

Antagonis reseptro H2 dan


metoclopramid iv, ½-1 jam sebelum
induksi
PNPK Anestesiologi dan terapi
intensid, 2015
GA

Oksigenasi preanestesi

TD dikendalikan sampai 140/90


mmHg dengan obat antihipertensi

Monitor denyut jantung

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
GA

Induksi dengan propofol dan pelumpuh otot


sebelum laringoskopi

Pemeliharaan : sebelum bayi lahir : agen volatil


/ propool iv dan O2 100%

Pemeliharaan : setelah bayi lahir : agen volatil /


propofol di↓ dan berikan opioid dengan / tanpa
benzodiazepin, tidak menambah pelumpuh otot

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
GA

Setelah bayi lahir  berikan oksitoksin


20UI secara kontinyu sebagai
antisipasi efek tokolitik MgSO4

Monitoring intraoperatif : TD, HR,


Oksimetri, EKG, CVP bila ada,
produksi urin

Akhir operasi : reverse pelumpuh otot


+ obat antihipertensi

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
GA

Pengobatan post partum : analgesia


opioid (morfin / propofol), cegah
kejang dengan MgSO4 postpartum
12-24 jam, obat antihipertensi
(metildopa / nifedipin)

Monitoring post partum : cairan


masuk dan keluar, monitoring gejala
selama 48 jam. Restriksi cairan 80
ml/ jam

PNPK Anestesiologi dan terapi


intensid, 2015
PEMBAHASAN
Apakah diagnosis pasien pada
kasus ini sudah tepat?
• Dalam kasus ini pasien didiagnosis
dengan G5P2A2 hamil 34 minggu inpartu
kala 1 fase aktif, JTH preskep, dengan
PEB dan Partial HELLP Sindrom.
• Berdasarkan kriteria diagnosis di atas,
diagnosis pada pasien ini sudah sesuai.
Dari hasil pemeriksaan pasien didapatkan
TD 170/100 mmHg dan ditemukan
adanya trombositopenia pada pasien,
yaitu 56.000/µL.
• Selain PEB, pasien juga didiagnosis menderita partial
HELLP Syndrome. Berdasarkan literatur HELLP
syndrome didefinisikan yaitu suatu kedaan yang ditandai
adanya preeclampsia-eklampsia disertai timbulnya
hemolysis, peningkatan enzim hepar, disfungis hepar,
dan trombositopenia (Prawirohardjo, 2018).
• H : Hemolysis
• EL : Elevated liver enzyme
• LP : low platelets count

• Berdasarkan pemeriksaan pada pasien, didapatkan


adanya tanda dan gejala preeklampsia, serta adanya
trombositopenia yaitu kadar trombosit pasien 56.000/µL.
Apakah metode anestesi pada
kasus ini sudah tepat?
• Jenis anestesi yang digunakan pada
kasus ini adalah general anestesi. Jenis
anestesi ini dipilih karena general anastesi
lebih direkomendasikan pada pasien
dengan trombositopenia yang signifikan
atau koagulopati. Jenis anastesi ini juga
dipilih untuk meningkatkan kenyamanan
pasien.
Penggunaan jenis anestesi regional pada
pasien dengan sindrom HELLP dapat
menyebabkan:
1.Meningkatnya resiko hematoma epidural
2.Resiko perdarahan
3.Terjadi ARDS (acute respiratory distress
syndrome)
4.Gagal ginjal
5.DIC
kontraindikasi dilakukannya
anastesia umum antara lain:
Apakah penatalaksanaan general
anestesi pada pasien sudah
tepat ?
• Pasang akses kanula intravena besar untuk antisipasi
perdarahan postpartum.

• Persiapan kesulitan intubasi



• Oksigenisasi pre anestesi.

• Tekanan Darah dikendalikan sampai 140/90 mmHg.

• Monitor denyut jantung.

• RSI (rapid sequence induction) dengan propofol dan


pelumpuh otot sebelum laringoskopi dengan dosis 1-2,5
mg/kgbb.
• Pemeliharaan: agen volatil atau propofol iv dan O2 100% sebelum
bayi lahir. Setelah bayi lahir agen volatil atau propofol diturunkan
untuk mengurangi risiko atonia dan berikan opioid dengan/ atau
tanpa benzodiazepine.

• Pada akhir operasi, reverse pelumpuh otot dan dapat diberikan lagi
obat (misal lidocain 2 mg/kgBB) untuk mencegah hipertensi akibat
ekstubasi.

• Pada periode postpartum dapat diberikan Analgesi Kendali Pasien


(PCA) morphin atau fentanyl (bila anestesi umum). Untuk mencegah
terjadinya kejang maka diberikan MgSO4 postpartum 12-24 jam
(PNPK anestesiologi dan terapi intensif, 2015).
Apakah pemberian cairan pada
pasien sudah tepat?
Analisi Kebutuhan Cairan
• Mulai operasi jam 11:00
• Pasien mulai puasa pukul 03.00
• Berat badan pasien 60 kg
• 10 kg I : 4 cc/kgbb/jam : 40 cc/jam
• 10 kg II : 2 cc/kgbb/jam : 20cc/jam
• 40 kg III : 1 cc/kg/jam : 40 cc/jam
• Total : 100 cc/jam
• Pasien puasa 8 jam : 100 X 8 = 800 cc
• Operasi sedang 6 cc/kgbb : 6 x 60 = 360 cc
• Total kebutuhan cairan/1 jam op : 100 + 800 + 360 = 1.260 cc

Selama operasi pasien diberikan cairan berupa RL 2 kolf (1000 cc) dan
HES 1 kolf (500 cc). Sehingga, pemberian cairan pada pasien selama
operasi sudah sesuai.

Anda mungkin juga menyukai