Anda di halaman 1dari 29

AIR ASAM TAMBANG

Air asam merupakan istilah umum yang digunakan


untuk menjelaskan lindian (leachate), rembesan
(seepage), atau aliran (drainage) yang telah dipengaruhi
oksidasi alamiah mineral sulfide pada batuan yang
terpaparkan (exposed) (Mulyono,2003).

Air asam tambang adalah air asam yang timbul oleh


adanya aktifitas penambangan. Aktifitas penambangan
tersebut umumnya berupa pembongkaran batuan
penutup/ batuan pembawa,mineral berharga dan
aktifitas pengolahan bahan galian.
Pada penambangan bijih (bahan galian logam), air asam
tambang umumnya disebut ARD (Acid Rock Drainage) dan
pada tambang batubara disebut AMD (Acid Mine Drainage)
Pada dasarnya kedua sebutan tersebut tidak ada perbedaan
dan dapat digunakan di jenis penambangan apapun.

Sumber AAT adalah batuan yang mengandung mineral sulfide


(pirit, kalkopirit, galena, sinabar dll) yang tersingkap dan
bersinggungan dengan air dan udara (oksigen) sehingga
terjadi reaksi membentuk persenyawaan oksida dan bila
terjadi kontak dengan air (baik yang berasal dari air hujan
ataupun air dari dalam tambang) akan membentuk besi (II)
sulfat dan asam sulfat.
Sumber AAT
Mineral Komposisi
Pyrite FeS2
Marcasite FeS2
Chalcopyrite Cu FeS2
Chalcocite Cu2S
Sphalerite ZnS
Galena PbS
Millerite NiS
Pyrrhotite Fe1-xS (dimana 0<x<0.2)
Arsenopyrite FeAsS
Cinnabar HgS
Secara garis besar sumber-sumber AAT dari kegiatan penambangan
berasal dari :

• Penambangan : tambang terbuka dan tambang bawah tanah

• Unit pengelolaan lapisan tanah penutup atau batuan


buangan (waste)

• Stockpile

• Unit pengelolaan tailing


Konsep proses pembentukan AAT pada Tambang Terbuka
Konsep proses pembentukan AAT pada Bekas Tambang
Konsep pembentukan AAT pada Unit Pengelolaan Tailing
PROSES PEMBENTUKAN AMD
• Pada kisaran pH 3,5 – 4,5; proses oksidasi besi
dipercepat oleh berbagai bakteri seperti
Metallogenium.

• Di bawah pH 3,5 reaksi yang sama dipercepat oleh


Thiobacillus ferrooxidans.

• Jika ion feri bereaksi dengan pirit lagi maka pirit akan
larut dan reaksi berikut ini akan berlangsung

• 2 FeS2 (s) + 14 Fe3+ + 8 H2O  15 Fe2+ + 16 H+


Reaksi Pembentukan AAT

4 FeS 2  15O2  14 H 2O 
 4 Fe(OH ) 3  8H 2 SO4

Reaksi tersebut dapat dirinci menjadi 4 tahap reaksi :

1. Reaksi pertama adalah rekasi pelapukan dari mineral sulfide (pyrite)


disertasi proses oksidasi. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat dan besi
ferro dilepaskan.

 2Fe 2  4SO42  4H 
2FeS 2 7O2  2H 2 O 

2. Pada reaksi kedua terjadi konversi dari besi ferro menjadi ferri yang
mengkonsumsi satu mol keasaman. Laju reaksi lambat pada pH < 5 dan
kondisi abiotik. Bakteri , Thiobacillus akan mempercepat proses oksidasi

2  3
4Fe  O2  4H 
 4Fe  2H 2 O
3. Reaksi ketiga adalah hidrolisa dari besi. Hidrolisa adalah reaksi yang
memisahkan molekul air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini.
Pembentukan presipitat ferri hidroksida tergantung pH, yaitu lebih banyak
pada pH diatas 3,5.

3 
4 Fe  12 H 2 O 
 4 Fe(OH ) 3  12 H

4. Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri.
Ini adalah reaksi propagasi yang berlangsung sangat cepat dan
akan berhenti jika pirit atau besi ferri habis. Agen pengoksidasi
dalam reaksi ini adalah besi ferri.

FeS 2  14Fe 3  8H 2 O 
15Fe 2  2SO42  16H 
Secara kimia kecepatan pembentukan asam akan tergantung dari :

1. pH
2. Suhu
3. Kadar oksigen di udara
4. Kadar oksigen dalam air
5. Kejenuhan air
6. Aktifitas kimia dari (Fe3+)
7. Luas permukaan dari mineral sulfida yang terpapar terhadap udara
8. Energi aktiviasi kimia untuk pembentukan asam mula-mula

Pada kondisi lapangan, variabel fisik yang mempengaruhi kecepatan


Pembantukan asam adalah :

1. Kondisi cuaca
2. Permeabilitas dari batuan buangan
3. Kemampuan dari pada pori-pori batuan
4. Tekanan air pori
5. Mekanisme masuknya air ke batuan (aliran/difusi)
Walaupun ada mineral sulfida, AAT tidak akan
terbentuk bila :

• mineral sulfida tidak reaktif


• batuan mengandung cukup mineral bersifat
basa sebagai penetral asam yang terbentuk
• iklim kering
• infiltrasi air hujan tidak cukup untuk
membentuk AAT
MEKANISME DAMPAK
Hasil oksidasi sulfida terbawa oleh air
ke lokasi di sekitarnya, sehingga
menimbulkan pencemaran (terutama
daerah hilir).
Mekanisme pencemaran dapat melalui
air permukaan maupun air bawah
tanah.
DAMPAK TERHADAP TANAH
 H2S, Al3+, Fe2+, Fe3+, Mn2+, dan H+ dapat
langsung meracuni tanaman
 Al3+ pada 0,04-0,08 m mole/l bersifat toksik
 Kekurangan unsur basa Ca, Mg, dan K
 Patogen (mikroba) penyakit meningkat
 Penurunan jumlah mikroba tanah yang
bermanfaat untuk fiksasi nitrogen.
DAMPAK TERHADAP AIR

Kondisi pH rendah dapat langsung


mengakibatkan kematian ikan akibat
bereaksinya besi dan aluminium dengan
insang (terjadi penyumpatan pada
insang oleh garam-garam besi dan
aluminium)
Kondisi asam, logam-logam terlarut berada
pada konsentrasi yang tinggi, kemungkinan:
– tersumbatnya insang oleh garam besi dan
Al,
– dominannya jenis-jenis plankton tertentu
dan terjadinya endapan besi di dasar
(gangguan terhadap fotosintesis, tranfer
energi di air dan pemandangan)
DAMPAK TERHADAP MANUSIA
Al terlarut dalam air dapat
menimbulkan gangguan terhadap
pertumbuhan organ tubuh dan
gangguan kesehatan lainnya
Jenis-jenis nyamuk tertentu mencari
tempat yang asam untuk bertelur dan
menetaskannya.
DAMPAK PADA BANGUNAN
Bahan bangunan dari besi dan
aluminium sangat mudah mengalami
korosi pada kondisi asam
Bangunan semen/beton mudah rusak
(berkurang kekuatannya) pada
kondisi asam
Dapat terjadi penyumbatan pada
akuifer atau sumur bor akibat
pengendapat besi (feri trioksida).
PEMBUANGAN TAILING
PT.FREEPORT INDONESIA
Ratusan hektar hutan sagu milik suku kamoro rusak akibat endapan
tailing sehingga tak ada tumbuhan yang mampu hidup

Anda mungkin juga menyukai