• Pada kondisi ini pasien tidak atau kurang dapat menggerakkan otot
wajah, sehingga wajah pasien asimetris, dimana terlihat pada kondisi
pasien menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi.
Skoring :
• 3 = Untuk gerakan yang normal dan simetris
• 2 = Diantara
• 1 = Sedikit ada gerakan
• 0 = Tidak ada gerakan sama sekali
B. Pemeriksaan tonus
• Tonus otot menentukan kesempurnaan terhadap mimik wajah
C. Sinkinesis
D. Hemispasme
• Komplikasi pada penyembuhan parase fasialis yang berat
E. Gustatometri
• Pemeriksaan fungsi pengecapan pada 1/3 anterior lidah
F. Schimer test atau Nasolakrimal refleks
• Pemeriksaan fungsi serabut, serabut sensoris pada nervus
fasial
G. Pemeriksaan refleks stapedius
• Pemeriksaan dengan menggunakan alat elektro akustik
impedans meter
Elektromiografi (EMG)
• Menentukan perjalanan respons reinervasi pasien. Pola EMG dapat
diklasifikasikan sebagai respon normal, pola denervasi, pola
fibrilasi, atau suatu pola yang kacau yang mengesankan suatu
miopati atau neuropati.
Elektroneuronografi (ENOG)
• ENOG memberi informasi lebih awal dibandingkan dengan EMG.
ENOG melakukan stimulasi pada satu titik dan pengukuran EMG
pada satu titik yang lebih distal dari saraf.
2. Farmakologi
Asam nikotinik, vasokonstriktor, antimikroba,
steroid, sodium kromoglikat , antivirus
3. Pengobatan Psikofisikal
1. Kontraktur atau sinkinesis (Gerakan yang
berhubungan) dalam otot-otot mimik wajah