Anda di halaman 1dari 50

CASE REPORT

PREEKLAMSIA BERAT

Disusun oleh:
Ayang Prima Lestari
1102012035
Pembimbing :
dr. Husny Budi Sismawan, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan


RSUD Arjawinangun
Fakultas Kedokteran YARSI
Agustus 2016
PENDAHULUAN
■ Preeklampsia dan eklampsia dikenal dengan nama
Toksemia Gravidarum merupakan suatu sindroma yang
berhubungan dengan vasospasme, peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer, dan penurunan perfusi organ yang
ditandai adanya hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Adanya kejang dan koma lebih
mengarah pada kejadian eklampsia
■ Preeklampsia dapat berakibat buruk baik pada ibu
maupun janin yang dikandungnya. Komplikasi
pada ibu berupa sindroma HELLP (Hemolysis,
Elevated Liver Enzyme, Low Platelet), edema paru,
gangguan ginjal, perdarahan, solusio plasenta
bahkan kematian ibu. Komplikasi pada bayi dapat
berupa kelahiran prematur, gawat janin, berat
badan lahir rendah atau intra uterine fetal death
(IUFD).1
■ Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi,
preeklampsia masih merupakan sebab utama
kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang
tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia
yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia,
serta penanganannya perlu segera dilaksanakan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
■ Nama : Ny. S
■ Usia : 20 tahun
■ Alamat : Pejambon Sumbe
■ Pendidikan : SLTA
■ Pekerjaan : Wiraswasta
■ Masuk Rumah Sakit : 11 Agustus 2016
Keluhan Utama

TEKANAN DARAH
TINGGI
Riwayat Penyakit Sekarang

■ Keluar air dari kemaluan (-)


■ Perut mules (-)
■ Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
■ Tekanan darah meningkat sejak sebulan yang lalu
disertai dengan kaki bengkak
■ Tidak haid sejak 7 bulan yang lalu.
■ HPHT : 1 januari 2016
■ Gerak anak masih dirasakan saat di RS
Arjawinangun.
■ His (-).
■ Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
■ Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
■ Riwayat perkawinan
1x
■ Riwayat kontrasepsi
(-)

ANC (+) , USG (+) , TT (+)


Pemeriksaan Fisik

■ Keadaan umum : Sedang


■ Kesadaran : Composmentis
■ Tekanan darah : 180/130 mmHg
■ Nadi : 82x/menit
■ Pernafasan : 20x/menit
■ Suhu : 36,70C
■ Mata : Konjungtiva tidak anemis
■ Sklera : tidak ikterik
■ Thorak : Jantung dalam batas normal.
Paru dalam batas normal
■ Abdomen : Status Obstetrikus
■ Genitalia : Status Obstetrikus
■ Ekstremitas : Edema +/+
Status Obstretikus

■ Abdomen :
Inspeksi : Membuncit, Linea Mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+)
Sikatrik (-)
Palpasi
■ L1 : FU 25 cm. Teraba masa lunak
■ L2 : Tahanan terbesar di kanan Bagian-bagian kecil di kiri
■ L 3 : Teraba masa keras dan bulat
■ L 4 : konvergen
■ TFU : 25 cm
■ TBJ : (TFU-12x155)
(25-12x155) = 2015 gr

Auskultasi
Bising usus (+) Normal, DJJ : 138x/menit, teratur.
Diagnosa

G1P0A0 gravida 31 minggu dengan PEB


Hasil laboratorium

Darah Lengkap
■ Hemoglobin : 10,4 gr/dl
■ Hematokrit : 32,8 %
■ Leukosit : 11,10 /ul
■ Trombosit : 374.000 /ul
■ Eritrosit : 4,22 mm3
Index Eritrosit
■ MCV : 77,7 fl
■ MCH : 24,6 pg
■ MCHC : 31,7 g/dl
■ RDW : 14,4 fl
■ MPV : 9,3 fl
■ PDW : 51,7 fl
Hitung Jenis (Diff)
■ Eosinofil : 2,3%
■ Basofil : 0,7%
■ Segmen : 60,6%
■ Limfosit : 29,6%
■ Monosit : 3,9%
■ Stab : 2,9%
■ Golongan darah :B
Imunologi
■ HBsAg : 0,01
■ Anti HIV : Non reaktif

Urine
■ Protein urine : +3
Rencana

■ Infus RL 20 tpm + mgso4 4 gr


■ Dexametason 3x1 tab
■ Dopamet 3x1 tab
■ Nifedipin 3x1 tab
Observasi
10-08-2016

■ S : Anemis(-), Sesak (-), Sakit kepala (+), Mual (-), Penglihatan Kabur (+) ,
Mulas (-).
■ O:
KU/KS : Sakit Ringan/ CM
TD :180/110 mmHg, Nadi: 84x/menit, RR: 21x/menit, S:36,80C,DJJ: 140x/me
nit, His: (-), TFU: 25cm, Proteinuria +3, edema (+)
■ A:
G1P0A0, Hamil 31minggu + PEB
■ P:
Nifedipine 3x10mg
Dopamet 3x500mg
Terpasang DC
Inf RL+ MgSO4 LB I
Konsul pola nutrisi
11-08-2016
■ S : Anemis (-),Sesak (-), Sakit kepala (+), Mual (-),Mulas (-), edema (+)
,penglihatan kabur (-)
■ O:
KU/KS : Baik/ CM
TD :160/120 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,30C
DJJ: 128x/menit, His: (-)
■ A:
G1P0A0, Hamil 31minggu + PEB
■ P:
Nifedipine 3x10mg
Dopamet 3x500mg
Dexametasone 3x1 (pematangan paru hari 1)
Terpasang DC
Inf RL+ MgSO4 LB II
12-08-2016
■ S:
Sesak (-), Sakit kepala (+), Mual (-), Muntah (-), Mulas (-) , edema (+) , penglihata
n kabur (-)
■ O:
KU/KS : Baik/ CM
TD :130/90 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR: 21x/menit, S: 36,70C
DJJ: 138x/menit, His: (-)
■ A:
G1P0A0, Hamil 31minggu + PEB
■ P:
Nifedipine 3x10mg
Dopamet 3x500mg
Dexamenthasone 3x1 (pematangan paru hari-2)
Terpasang DC
Terpasang inf RL+ MgSO4 LB III
13-08-2016
■ S:
Sesak (-), Sakit kepala (-), Mual (-),Mulas (-),edema (+),penglihatan
kabur (-)
■ O:
KU/KS : Baik/ CM
TD :140/100 mmHg, Nadi: 84x/menit, RR: 22x/menit, S:360C DJJ:
137x/menit, His: (-)
■ A:
G1P0A0, Hamil 31 minggu + PEB
■ P:
Pematangan paru selesai
Protap PEB selesai
Boleh Pulang
15/08/2016 kontrol
PERMASALAHAN

Apakah kasus pada Apakah kasus pada


pasien ini memenuhi pasien ini memenuhi
syarat sebagai pre- syarat sebagai
eklampsia berat? eklamsia?

Mengapa dapat terjadi Apakah tatalaksana pre-


pre-eklampsia pada eklampsia pada kasus ini
pasien ini? sudah benar?
PEMBAHASAN

1. Apakah kasus pada pasien ini memenuhi


syarat sebagai preeklampsi berat?
■ Preeklampsia adalah kelainan malafungsi
endotel pembuluh darah atau vaskular yang
menyebar luas sehingga terjadi vasospasme
setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi
organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema
nondependen, dan dijumpai proteinuria
300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada
dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat
pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).
Semakin berat hipertensi atau proteinuria,
semakin pasti diagnosis pre eklamsia.
Klasifikasi Preeklampsia
■ Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia
ringan dan preeklampsia berat.

Kriteria preeklampsia ringan :


■ Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, ter
jadi setelah kehamilan 20 minggu.
■ Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + pada pemerik
saan carik celup.
Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa
impending eclampsia dan preeklampsia berat dengan impending
eklampsia.

■ Kriteria preeklampsia berat :


• Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg
• Proteinuria 2 gr/24 jam atau  2 + pada pemeriksaan carik celup (dip
stick).
• Oliguria < 400 ml / 24 jam.
• kadar kreatinin serum > 1,2 mg/dl, kecuali memang sebelumnya dike
tahui meningkat.
• Nyeri epigastrium persisten
• Hemolisis mikroangipatik – peningkatan LDH
• Peningkatan kadar transaminase serum – ALT atau AST
• Trombosit < 100.000 mm3
• Nyeri kepala yang persisten atau gangguan serebral atau visual lainny
a.
■ Preeklamsi berat dengan impending eklamsia,
dengan gejala :
• nyeri kepala
• mata kabur
• mual dan muntah
• nyeri epigastrium
• nyeri kuadran kanan atas abdomen
■ Pasien pada kasus ini saat masuk RS, memiliki tekanan
darah di atas normal yaitu 160/130 yang mencapai
kriteria tekanan darah pada pre-eklampsi berat. Disertai
protein urin + yaitu +3, ini juga memenuhi syarat pre-
eklampsi berat. Terdapat gangguan visus saat pasien
datang ke RS, nyeri epigastrium (-), trombositopeni (-)
trombosit pasien ini adalah 374.000 dimana masih
didalam rentan normal, sindrom HELLP tidak dapat
diperiksa karena tidak memadainya pemeriksaan lab di
RS tersebut untuk menegakkan diagnosis sindrom HELLP.
Karena tekanan darah ≥160/130 dan protein urin +3
disertai gejala pre-eklampsi berat maka pasien ini
memenuhi kriteria pre-eklampsi berat.
2. Apakah kasus pada pasien ini
memenuhi syarat sebagai
eklamsia?
■ Eklamsia adalah kasus akut pada penderita preeklamsia,
yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama
halnya dengan preeklamsia, eklamsia dapat timbul pada
ante, intra, dan postpartum.

■ Berdasarkan teori di atas, paien ini tidak memenuhi syarat


untuk eklampsia, karena tidak timbul kejang pada pasien
tersebut.
3. Mengapa dapat terjadi pre-
eklampsi pada pasien ini?
■ Faktor resiko terjadinya pre-eklampsia diantaranya:
a) primigravida
b) perempuan muda
c) nulipara
d) kehamilan ganda
e) umur yang ekstrim (>35 tahun)
f) riwayat keluarga pernah preeklampsi/eklampsia.
g) obesitas
■ Pasien pada kasus ini memiliki beberapa faktor
resiko untuk terjadinya pre-eklampsi, diantaranya
adalah pasien tersebut merupakan primigravida
(G1POAO); dan pasien merupakan pasien muda
berumur 20 tahun, juga merupakan nulipara yaitu
seorang wanita yang belum pernah melahirkan
dengan usia kehamilan > 28 minggu atau belum
pernah melahirkan janin yang mampu hidup diluar
rahim;. Maka dengan seluruh faktor resiko tersebut,
pre-eklampsia dapat terjadi pada pasien tersebut.
4. Apakah tatalaksana pre-
eklampsi pada kasus ini sudah
benar?
Penanganan Umum
■ Pasien preeklamsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
■ Pasang infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
■ Monitoring input cairan
■ Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
■ Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengaki
batkan kematian ibu dan janin
■ Observasi tanda vital, refleks patella dan denyut jantung janin setiap 1 jam
■ Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepita
si merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, he
ntikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40
mg IV)
■ Anti Konvulsan (MgSO4) sebagai pencegahan dan terapi kejang.
■ Anti Hipertensi
Pemberian antihipertensi apabila TD ≥160/110 mmHg. Anti
hipertensi lini pertama adalah nifedipin dosis 10-20 mg per oral,
diulangi setiap 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.
■ Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
■ Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu :

■ Ekspektatif, konservatif : bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya :


kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi
medikamentosa
■ Aktif, agresif ; bila umur kehamilan ≥ 37 minggu, artinya kehamilan
diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi
ibu.
Perawatan Konservatif ; ekspektatif
■ Tujuan :
• Mempertahankan kehamilan, sehingga mencapai umur kehamilan yang
memenuhi syarat janin dapat dilahirkan
• Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi
keselamatan ibu
■ Indikasi :
• Kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda dan gejala-gejala
impending eklamsi.
■ Terapi Medikamentosa :
• Lihat terapi medikamentosa seperti di atas.
• Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan, maka masih
dirawat 2-3 hari lagi, baru diizinkan pulang.
• Pemberian MgSO4
• Pemberian glukokortikoid diberikan pada umur kehamilan 32-34minggu
selama 48 jam.
Perawatan aktif ; agresif
■ Tujuan :
• Terminasi kehamilan
■ Indikasi
1.Indikasi Ibu :
• Kegagalan terapi medikamentosa :
Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa, terjadi
kenaikan darah yang persisten
Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosa
terjadi kenaikan darah desakan darah yang persisten.
• Tanda dan gejala impending eklamsia
• Gangguan fungsi hepar
• Gangguan fungsi ginjal
• Dicurigai terjadi solusio plasenta
• Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, pendarahan.
2.Indikasi Janin :
• Umur kehamilan ≥ 37 minggu
• IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG
• NST nonreaktiv dan profil biofisik abnormal
• Timbulnya oligohidramnion
3.Indikasi Laboratorium :
• Thrombositopenia progesif, yang menjurus ke sindroma HELLP
Cara Persalinan :

Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam


■ 1. Penderita belum inpartu
a. Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop ≥ 8
• Bila perlu dilakukan pematngan serviks dengan misoprostol. Induksi
persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila
tidak, induksi persalinan dianggap gagal, dan harus disusul dengan
seksio sesarea
b.Indikasi seksio sesarea:
• Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam
• Induksi persalinan gagal
• Terjadi gawat janin
• Bila umur kehamilan < 33 minggu
■ Bila penderita sudah inpartu
• Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
• Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan
gawat janin
• Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar
• Anestesia : regional anestesia, epidural anestesia. Tidak diajurkan
anesthesia umum
■ Tatalaksana pada pasien ini sudah benar, yang diberikan
adalah drip MgSO4 4 gr didalam 500 cc RL 20 tpm,
perawatan yang penting pada preeklampsia berat adalah
pengelolaan cairan karena penderita preeklamsia
mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya udem paru. Bila
terjadi tanda-tanda udem paru segera dilakukan tindakan
koreksi. Cairan yang dapat diberikan berupa (a) 5% Ringer-
dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan <
125cc/jam atau (b) infus Dekstrose 5% yang tiap 1 liter.
■ Pemberian MgSO4 sebagai regimen penatalaksanaan
preeklampsia berat. Pada pasien ini, pemberianya
sudah tepat nifedipin 3x10 mg , dopamet 3x 250 mg,
dexamethason 3x1,
■ Jika keadaan klinis pasien yang memburuk sehingga
dipikirkan untuk dilakukan perawatan agresif berupa
terminasi. Deksametason diperlukan untuk
pematangan paru janin. Pada pasien ini,
pemberiaannya tidak ada indikasi karena
deksametason diberikan pada kehamilan 32-34
minggu.
KESIMPULAN
■ Pada pasien ini ditegakkan diagnosis preeklamsia berat dimana
tekanan darah pasien 180/130mmHg dengan adanya proteinuria +3 .
■ Penatalaksanaan preeklamsia diberikan langsung setelah dilakukan
penegakan diagnosis.
■ Pada pasien ini masih dilakukan pemantauan untuk menentukan janin
di pertahankan sampai aterm atau di terminasi pada usia kehamilan
saat ini. Jika kondisi membaik perlu pemantauan secara rutin kondisi
ibu.
■ Rencana terminasi kehamilan perlu di pertimbangkan untuk
menyelamatkan kondisi ibu dari komplikasi preeklamsia yang bisa
menyebabkan kematian.
■ Penyebab preeklamsia ini masih belum ditemukan secara pasti.
SARAN
■ Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante
Natal Care secara teratur di RS atau Bidan.
■ Pemeriksaan USG minimal 3x selama kehamilan, 1x pada setiap
trimester untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada kehamilannya
dan untuk pemantauan kesejahteraan janin.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai