Anda di halaman 1dari 37

OBAT – OBAT

ANESTESI
dr. Chaidir Aulia Fahmi
dr. Ni Wayan Siska Anggraeni
ANESTESI
■ Berasal dari bahasa Yunani  An (tidak) dan Aesthesis (rasa atau sensasi).
■ Anestesi  suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan
hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa rasa (without sensation)
tetapi bersifat sementara dan dapat kembali kepada keadaan semula. (Sudisma et
al., 2006)
■ Tindakan anestesi yang memadai meliputi tiga komponen yaitu hipnotik (tidak
sadarkan diri = “mati ingatan’), analgetik (bebas nyeri = “mati rasa”), dan relaksasi
otot rangka (“mati gerak”) (Mangku dan Senapathi, 2010)
■ Ketiga target anestesi tersebut populer disebut dengan “Trias anestesi” (Mangku
dan Senapathi, 2010)
Trias Anestesi

ANALGETIK

RELAKSASI SEDASI
HIPNOTIK - SEDASI
■ Golongan obat pendepresi susunan saraf pusat
■ Sedatif  substansi yang memiliki aktifitas moderat yang memberi efek
menenangkan
■ Hipnotik  substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan memberikan
onset serta mempertahankan tidur
TUJUAN SEDASI
■ Mengurangi rasa takut dan kecemasan
■ Meningkatkan potensi analgetik
■ Mengurangi ingatan tidak diperlukan (amnesia)
■ Sebelum dan selama pemberian pelumpuh otot
TINGKAT SEDASI

Ringan (anxiolysis)

Sedang (conscious sedation)

Dalam (deep sedation)

Anestesi umum (general anaesthesia)


ANESTESI UMUM
Subtansi yang dapat mendepres susunan saraf pusat (SSP) secara reversibel sehingga
menyebabkan kehilangan rasa sakit (sensibilitas) di seluruh tubuh, reflek otot hilang,
dan disertai dengan hilangya kesadaran.
ANESTESI INHALASI
ANESTESI INTRAVENA
KOMPLIKASI SEDASI
■ Aspirasi
■ Hipoventilasi
■ Apnea
■ Obstruksi jalan nafas
■ Depresi kardiopulmonal
OBAT – OBAT SEDASI
Golongan Benzodiazepine
Midazolam
Diazepam
Lorazepam

Golongan Barbiturat
Thiopental
Metoheksital

Golongan Lain
Propofol
Ketamin
Chloral hydrate
Dekstromethorpan
MIDAZOLAM
■ Larut dalam air
■ Pilihan sedasi kontinu
■ Potensi 2-3 kali lebih kuat dari diazepam
■ Hipotensi, efek amnesia lebih kuat
■ T1/2 1-4 jam lebih pendek dari diazepam
■ Kombinasi fentanyl: efek sedasi dan analgetik ↑
■ Kombinasi benzodiazepine/opioid: risiko apnu dan hipoksia ↑
■ Efek overdosis diatasi dengan flumazenil
■ Opioid antagonis: naloxon
DIAZEPAM
■ Onset kerja cepat
■ Larut dalam lemak
■ Konsentrasi plasma turun cepat
■ T1/2: 10-15 menit
■ Peningkatan konsentrasi plasma kembali 6-8 jam
■ Terdistribusi cepat ke otak
■ Per rektal pada keadaan darurat (kejang)
■ Pemanjangan efek pada gangguan fungsi hati
■ Interaksi obat: cimetidin, omeprazole
LORAZEPAM
■ Onset kerja intermediet
■ T1/2: 2x lebih lama dari diazepam
■ Waktu pemulihan 6x lebih lambat dari midazolam
■ Lebih kuat dalam sedasi dan amnesia disbanding midazolam dan diazepam
sedangkan efek samping sama
GOLONGAN BARBITURAT
■ Rekomendasi untuk kejang refrakter dan trauma kepala (TIK ↑)
■ Tanpa efek analgesia
■ Tidak ideal untuk prosedur dengan nyeri
■ KI : alergi, penyakit hati dan ginjal, hipoksia, parkinson, psikoneurotik

THIOPENTAL
■ Onset cepat
■ Untuk tindakan intubasi pasien TIK↑
PROPOFOL
■ Onset kerja dan eliminasi cepat
■ Recovery cepat, tanpa analgetik, dan amnesia
■ Efek vasodilator, hipotensi, bradikardi, mual, muntah, sakit kepala
■ Propofol related infusion syndrome
CHLORAL HYDRATE
■ Onset dan lama kerja sangat bervariasi
■ Akumulasi metabolit
■ Hiperbilirubinemia
■ Metabolik asidosis
KETAMIN
■ Derivat phencyclidine
■ Larut dalam air dan dapat menyebabkan analgetik pada dosis subanestetik
■ Sering hanya menyebabkan delirium
■ Takikardia, hipertensi, efek bronkodilator, nightmares
■ Kombinasi benzodiazepine menimbulkan amnesia
■ Analgesia kuat, sedasi, amnesia
■ Reflek/tonus otot jalan nafas atas baik dan pernafasan spontan
■ Hipersalivasi (11%)
■ Muntah (6%)
ANALGESIK
■ ANALGESIK PERIFER / NON OPIOID (NSAID)  penghambatan arakidonat
siklooksigenase sekaligus menghambat sintesa prostaglandin dan tromboksan

■ ANALGESIK NARKOTIKA / OPIOID  menimbulkan adiksi, habituasi, dan


ketergantungan fisik serta dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan euforia
– Opioid Kuat (Morfin)  nyeri tumpul yang tidak terlokalisasi dengan baik
– Opioid Lemah (Kodein)  nyeri ringan sampai sedang
ANALGETIK NON OPIOID
■ SALICYLATE
– Aspirin
■ P-AMINOPHENOL DERIVATIVES
– Acetaminophen
■ INDOLES AND RELATED COMPOUND
– Indomethacin
■ FENAMATES
– Meclofenamate
■ ARYLPROPIONIC ACID DERIVATIVES
– Ibuprofen
■ PYRAZOLONE DERIVATIVES
– Phenylbutazone
■ OXICAM DERIVATIVES
– Piroxicam
■ ACETIC ACID DERIVATIVES
– Diclofenac
ANALGETIK OPIOID
■ AGONIS KUAT
– Fenantren  morfin, hidromorfin, oksimorfin, heroin
– Fenillheptilamin  metadon
– Fenilpiperidin  meperidine, fentanyl
– Morfinan  levorfanol
■ AGONIS RINGAN SAMPAI SEDANG
– Fenantren  kodein, oksikodon, dihidrokodein, hidrokodon
– Fenilheptilamin  propoksifen
– Fenilpiperidin  difenoksilat dan metabolitnya, difenoksin, loperamid
■ MIXED OPIOID AGONIST-ANTAGONIST OR PARTIAL AGONIST
– Fenantren  nalbufin, buprenorfin
– Morfinan  butorfanol
– Benzomorfan  pentazosin, dezosin
■ ANTAGONIS OPIOID
– Nalokson
– Naltrekson
■ DRUG USED PREDOMINANTLY AS ANTITUSSIVE
– Dekstrometrofan
– Kodein
– levopropoksifen
ACETAMINOPHEN
■ Digunakan pada semua kelompok umur
■ Efek sinergis jika kombinasi NSAID/kodein
NSAID
■ Analgetik, anti inflamasi, antipiretik
■ Tanpa efek depresi pernafasan dan sedasi

KETOROLAC
■ Efek sebanding dengan morphine dalam penatalaksanaan nyeri pascaoperasi anak

DIAMORFIN (HEROIN, DIASETILMORFIN)


■ Lebih larut dalam lemak disbanding morfin
■ Awitan kerja lebih cepat bila diberikan secara injeksi
■ Kadar puncak yang lebih tinggi menimbulkan sedasi yang lebih kuat dari morfin
MORPHINE
■ Daya larut rendah
■ Efek 15 menit
■ Durasi kerja 3-6 jam
■ Metabolisme: hati
■ Efek sentral : analgetik, euforia, sedasi, depresi napas, depresi pusat vasomotor
(menyebabkan hipotensi postural), miosis akibat stimulasi nukleus saraf III (kecuali
petidin yang mempunyai aktifitas menyerupai atropin yang lemah), penekanan
batuk, mual, serta muntah yang disebabkan oleh stimulasi chemoreceptor trigger
zone
■ Efek perifer : konstipasi, spasme bilier, dan konstriksi sfingter Oddi
■ Pelepasan histamine dengan vasodilatasi dan rasa gatal
■ Perlu asesmen status dehidrasi pasien
KODEIN (METILMORFIN)
■ Diabsorpsi baik secara oral
■ Afinitas sangat rendah terhadap reseptor opioid
■ Efek samping : konstipasi, sedasi
■ Bisa digunakan untuk obat antitusif dan antidiare
PETHIDINE (MEPERIDINE)
■ Lebih efektif
■ Onset lebih cepat dibanding morphine
■ Tremor, disorientasi dan kejang

FENTANYL
■ Opioid sintetis
■ Larut dalam lemak
■ Onset kerja cepat
■ Durasi singkat
■ Efek toleransi
■ Akumulasi pada jaringan lemak
■ Depresi pernafasan
■ Tanpa pelepasan histamin
■ Stabilitas hemodinamik
METAMIZOLE
■ Analgesia nyeri sedang/berat
■ Kombinasi opioid: efek ↑, toleransi ↓
■ Agranulositosis
■ Aplasia sumsum tulang

TRAMADOL
■ Kerja sentral
■ Ketergantungan
■ Hindari pada pasien kejang, trauma kepala, ketergantungan opioid
MUSCLE RELAXANT
■ Muscle Relaxant Golongan Depolarizing (meniru aksi asetilkolin)
– Suksinilkolin (diasetilkolin, suxamethonium)

■ Muscle Relaxant Golongan Non Depolarizing (mengganggu kerja asetilkolin)


– Non Depol Long Acting
– Non depol Intermediate
– Non Depol Short Acting
SUKSINILKOLIN
■ Onset yang cepat (30-60 detik)
■ Duration of action yang pendek (kurang dari 10 menit)
■ Ciri Kelumpuhan
– Ada fasikulasi otot
– Berpotensiasi dengan antikolinesterase
– Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot non
depolarisasi dan asidosis
– Tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal
maupun tetanik
– Belum diatasi dengan obat spesifik
NON DEPOL LONG ACTING
Dosis awal Dosis rumatan Durasi Efek samping
(mg/kg) (mg/kg) (menit)
D-tubokurarin 0,40-0,60 0,10 30-60 Hipotensi
Pankuronium 0,08-0,12 0,15-0,20 30-60 Vagolittik,
takikardi
Metakurin 0,20-0,40 0,05 40-60 Hipotensi
Pipekuronium 0,05-0,12 0,01-0,015 40-60 Kardiovaskuler
stabil
Doksakurium 0,02-0,08 0,005-0,010 45-60 Kardiovaskuler
stabil
Alkurium 0,15-0,30 0,05 40-60 Vagolitik,
takikardi
NON DEPOL INTERMEDIATE
Dosis awal Dosis rumatan Durasi Efek samping
(mg/kg) (mg/kg) (menit)
Gallamin 4-6 0,5 30-60 Hipotensi
Atrakurium 0,5-0,6 0,1 20-45 Aman untuk
hepar
Vekuronium 0,1-0,2 0,015-0,02 25-45
Rokuronium 0,06-0,1 0,10-0,15 30-60
Cistacuronium 0,15-0,20 0,02 45
NON DEPOL SHORT ACTING

Dosis awal Dosis rumatan Durasi Efek samping


(mg/kg) (mg/kg) (menit)
Mivakurium 0,20-0,25 0,05 10-15
Ropacuronium 1,5-2,0 0,3-0,5 15-30
CIRI KELUMPUHAN NON DEPOL
■ Tidak ada fasikulasi otot
■ Berpotensiasi dengan hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi (eter,
halotan, enfluran, isofluran)
■ Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik
■ Dapat diantagonis oleh antikolinesterase.
ANTIDOTUM MUSCLE RELAXANT
■ Antikolinesterase
– Neostigmin (dosis 0,04-0,08 mg/kg)
– Piridostigmin (dosis 0,1-0,4 mg/kg)
– Edrophonium (dosis 0,5-1,0 mg/kg)
– Fisostigmin yang hanya untuk penggunaan oral (dosis 0,01-0,03 mg/kg)
■ Bersifat muskarinik
■ Efek : hipersalivasi, keringatan, bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas usus dan
pandangan kabur
■ Pemberiannya harus disertai vagolitik seperti atropine (dosis 0,01-0,02mg/kg) atau
glikopirolat (dosis 0,005-0,01 mg/kg sampai 0,2-0,3 mg pada dewasa)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai