Anda di halaman 1dari 72

ANATOMI – FISIOLOGI-Px pada LARING

Andre Prabowo, S.Ked


Pembimbing :
Kolonel(PURN) CKM dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL
Anatomi Laring

suatu rangkaian
tulang rawan
yang berbentuk
corong dan
terletak setinggi
vertebra
cervicalis IV – VI
Batas-batas Laring
 Kranial: Aditus Laringeus
 Kaudal: Kartilago krikoid
dan berhubungan dengan
trakea
 Anterior: Permukaan
belakang epiglotis
 Posterior: M. aritenoid
transversus dan lamina
kartilago krikoid
Cavum Laring
Tersusun dari :
• Supraglotis (vestibulum
superior)
• Glotis (pars media)
• Infraglotis (pars inferior)
Secara keseluruhan laring
dibentuk oleh sejumlah
kartilago, ligamentum dan
otot-otot
ANATOMI LARING

Struktur rangka laring :


a. Kartilago tiroidea
* tulang rawan hialin & terbesar
* terdiri dari dua ala atau sayap  sudut lancip
b. Kartilago krikoidea
* Tulang rawan hialin, tidak berpasangan
* Satu-satunya cincin kartilago utuh di saluran
napas
* Seluruh permukaan dilapisi membran mukosa
c. Kartilago aritenoidea
* Tulang rawan hialin berpasangan
* Berbentuk piramid
d. Kartilago kornikulata ( Santorini )
* Nodul fibroelastik
* Tidak berfungsi pada manusia
e. Kartilago kuneiformis ( Wrisberg )
* Bentuk tongkat, tulang rawan elastik
f. Epiglottis
* Tulang rawan tipis, btk. daun & fibroelastik
kartilago mayor, terdiri dari :
• Kartilago Tiroidea, 1 buah
• Kartilago Krikoidea, 1 buah
• Kartilago Aritenoidea, 2
buah

Kartilago minor, terdiri dari :


• Kartilago Kornikulata
Santorini, 2 buah
• Kartilago Kuneiforme
Wrisberg, 2 buah
• Kartilago Epiglotis, 1 buah
Ligamentum ekstrinsik :
• Membran tirohioid
• Ligamentum tirohioid
• Ligamentum tiroepiglotis
• Ligamentum hioepiglotis
• Ligamentum krikotrakeal
Ligamentum intrinsik :
• Membran quadrangularis
• Ligamentum vestibular
• Konus elastikus
• Ligamentum krikotiroid media
• Ligamentum vokalis
OTOT – OTOT LARING

• Ekstrinsik
- Berperan pada gerakan & fiksasi laring
- Kelompok elevator & depresor
• Intrinsik
1. Membuka & menutup glotis
2. Mengatur ketegangan ligamentum vokalis
3. Mengatur konstriksi kavum laring
 Semua otot-otot ini berpasangan, kecuali :
m. aritenoideus transversus
Musculi
• Otot ekstrinsik • Otot intrinsik
Muskulus
• Otot Ekstrinsik
– elevator larynx
• m. digastricus
• m. mylohyoideus
• m. geniohyoideus
• m. stylohyoideus
• m. stylopharyngeus
• m. salpingopharyngeus
• m. palatopharyngeus
– depressor larynx
• m. sternothyroideus
• m. sternohyoideus
• m. omohyoideus
Otot Intrinsik

– mengendalikan aditus
laryngis
• m. thyroepiglottica
• mm. aritenoideus obliqus
– menggerakkan plica
vocalis
• m. krikotiroideus
• m. thyroaritenoideus
(vokalis)
• mm. krikoaritenoideus
lateral
• mm. krikoaritenoideus
posterior
• m. aritenoid transversus
PERSARAFAN LARYNX
• Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn.
Laringeus Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn.
Laringeus Rekuren) kiri dan kanan.
1. Nn. Laringeus Superior. Meninggalkan N. vagus tepat
di bawah ganglion nodosum, melengkung kedepan
dan medial di bawah A. karotis interna dan eksterna
yang kemudian akan bercabang dua, yaitu :
o Cabang Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi
vallecula, epiglotis, sinuspyriformis dan mukosa bagian
dalam laring di atas pita suara sejati.
o Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m.
Krikotiroid dan m. Konstriktor inferior.
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring
tepat dibelakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang kiri
mempunyai perjalanan yang panjang dan dekat dengan Aorta sehingga
mudah terganggu. Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian
proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke atas sepanjang
lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akanmencapai laring
tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan
:
Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea
Vaskularisasi
• Laring mendapat perdarahan dari cabang A.
Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A.
Laringeus Superior dan Inferior.
Vaskularisasi
• Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus
Superior dan Inferior ke V. Tiroidea Superior
dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke
V. Jugularis Interna.
Sistem Limfatik
Histologi Laring
 Didalam lamina propria, terdapat sejumlah tulang
rawan hialin. Tulang rawan besar berupa : tiroid,
krikoid, dan kebayakan aritenoid. Tulang rawan yang
lebih kecil ( epiglotis, kuneiformis, kornkulatum dan
ujung aritenoid) merupakan tulang rawan elastis .
 Tulang rawan ini berfungsi sebagai penyokong, agar
jalan afas tetap terbuka, sebagai katup untuk
mencegah masuknya makanan dan sebagai alat
penghasil suara.
Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali
pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk.
Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet
• Epiglotis memiliki permukaan lingual dan
laringeal.
• Bagian permukaan lingual dan apikal laringeal
terdiri dari epitel selapis gepeng, sedangakan
pada permukaan laringeal didekat basis
epiglotis, epiatelnya beralih menjadi epitel
selapis silindris bersilia. Dibawah epitel
terdapat kelenjar campuran mukosa dan
serosa
• Dibawah epiglotis, mukosanya membentuk 2 pasang
lipatan yang meluas ke dalam lumen laring.
• Pasangan atas membentuk pita suara palsu ( Plika
vestibularis) yang ditutupi epitel respiasi yang
dibawahnya terdapat banyak kelenjar serosa didalam
lamia propria.
• Pasangan lipatan bawah membentuk pita suara sejati,
berkas serat elastis yang berjalan pararel, yang
membentuk ligamentum vokalis, berada didalam pita
suara yang ditutupi epitel berlapis gepeng
Fungsi Laring

FONASI

MENELAN PROTEKSI

FUNGSI
FIKSASI RESPIRASI

SIRKULASI
Ada 2 teori yang mengemukakan bagaimana suara terbentuk :

Selama ekspirasi aliran udara otot-otot laring akan memposisikan


melewati ruang glotis dan secara plika vokalis (adduksi, dalam berbagai
tidak langsung menggetarkan plika variasi) dan menegangkan plika
vokalis vokalis.

kerja dari otot-otot pernafasan dan


tekanan udara ruang subglotis akan
tekanan pasif dari proses pernafasan
berkurang dan plika vokalis akan
akan menyebabkan tekanan udara
kembali ke posisi saling mendekat
ruang subglotis meningkat, dan
(kekuatan myoelastik plika vokalis
mencapai puncaknya melebihi
melebihi kekuatan aerodinamik).
kekuatan otot sehingga celah glotis
terbuka.

Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran udara


yang melewati celah sempitmenyebabkan tekanan Teori Myoelabstik – Aerodinamik
negatif pada dinding celah (efek Bernoulli). Plika
vokalis akankembali ke posisi semula (adduksi)
sampai tekanan udara ruang subglotis meningkat
dan proses seperti di atas akan terulang kembali
• Teori Neuromuskular.
Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa
awal dari getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari
sistem saraf pusat melalui N. Vagus, untuk mengaktifkan otot-
otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang dikirimkan
ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika
vokalis. Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan
bahwa teori ini tidaklah benar(suara masih bisa diproduksi
pada pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN PADA
LARING
Anamnesis

• Keluhan yang sering dijumpai adalah


• Suara serak
• Batuk
• Kesulitan menelan
• Rasa ada masa di tenggorokan, terasa penuh atau ada
pembengkakan
Pemeriksaan Fisik
Penyakit laring
Keluhan pada organ fonasi
• Gangguan suara (disfonia) :
• Roughness
• Hipofonia
• Afonia
• Spastik
• Diplofonia
• odinofonia
Penyebab disfonia
• Radang
• Tumor
• Paralisis otot laring
• Sikatriks akibat operasi
• Fiksasi pada sendi krikoaritenoid
Kelainan laring
• Congenital
• Peradangan laring
• Lesi jinak laring
• Kelumpuhan pita suara
Kelainan kongenital
• Laringomalasi
• Stenosis subglotik
• Selaput di laring
• Kista kongenital
• Hemangioma
• Fistel laringotrakea esofagal
laringomalasia
Stenosis sub glotik
Peradangan Laring

Laringitis

Kronis
Akut Kronis
spesifik

Laringiitis Laringitis
tuberkulosisi luetika
Laringitis Akut

Radang akut laring, pada umumnya


kelanjutan dari rinofaringitis (common cold)

Bakteri yg menyebabkan radang lokal atau


virus yg menyebabkan peradangan sistemik
Gejala Pemeriksaaan

•Demam, •Mukosa laring


•Malaise (umum), hiperemis,
•Suara parau atau •Mukosa
smpai afoni, membengkak
•Sumbatan laring, terutama diatas
dan bawah pita
•Batuk kering atau
suara
dahak
Patofisiologi
Diagnosis Diagnosis banding
• Diagnosis ditegakkan • Benda asing pada laring
berdasarkan gejala klinis, • Faringitis
pemeriksaan fisik dan • Lesi jinak laring : nodul,
pemeriksaan penunjang. polip
Tatalaksana
• Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
• Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
• Istirahat
• Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak
atsiri / minyak mint bila ada muncul sumbatan
dihidung atau penggunaan larutan garam
fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam
bentuk semprotan hidung atau nasal spray
• Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam,
• bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik,
• hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti
fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat
diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.
• Pemberian antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100
mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50
mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin
generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan
kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
• Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan
ini tidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau
trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
Saat sudah terjadi obs. Nafas
Sumbatan laring dapat disebabkan oleh :
• Radang akut dan radang kronis
• Benda asing
• Trauma akibat kecelakaan
, perkelahian, percobaan bunuh diri dengan senjata
tajam
Trauma akibat tindakan mendik
Tumor laring
Kelumpuhan nervus rekuren bilateral
Gejala dan tanda sumbatan laring
• Suara serak disfoni sampai afoni
• Sesak nafas (dispnea)
• Stridor (nafas berbunyi)
• Cekungan yang erdapat pada waktu inspirasi
suprasternal, epigastrium, supraklavikula dan
interkostal
• Geliha
• Warna muka pucat
• Terakhit sianosis
Sumbatan laring dibagi dalam 4
stadium
• Stadium 1 : cekungan tmapak pada waktu
inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu
inspirasi dan pasien masih tenang
• Stadium 2 : cekungan pada waktu inspirasi di
daerah suprasternal makin dalam, ditambah
lagi dengan timbulnya cekungan di daerah
epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah,
stridor terdengar pada waktu inspirasi
• Stadium 3 : cekungan selain di daerah
suprasternal, epigastrium juga terdapat di
infraklavikula dan sela sela iga, pasien sangat
gelisah dan dispnea, stridor terdengar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi
• Stadium 4 : cekungan di atas bertambah jelas,
paien sangat gelisah, tampak sangat ketakutan
dan sianosis, jika keadaan ini berlangsung terus
maka pasien akan kehabisan tenaga,
hiperkapnea,
Tatalaksanan pada sumbatan laring
• Stadium 1 : anti inflamasi, anti alergo,
antibiotik, oksigen intermitten
• Stadium 2 dan 3 : intubasi endotrakea dan
trakeostomi
• Stadium 4 : krikotirotomi
Pencegahan :
• Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan
membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi
pada pita suara,
• minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga
agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu
banyak dan mudah untuk dibersihkan,
• batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah
tenggorokan kering.
• jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan
karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal pada pita suara, meningkatkan pembengkakan
dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir.
Laringitis Kronis
Etiologi
•Sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip
hidung atau bronkitis kronis, vocal abuse
Gejala
•Suara parau menetap,
•Rasa tersangkut di tenggorokan,
•Pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret
karena mukosa menebal

Pemeriksaan
•Mukosa menebal, hiperemis, permukaan tidak rata
Tatalaksana
• Istirahat berbicara
• amoksisilin
• perubahan pola hidup adalah faktor yang jauh lebih penting
dalam mencegah terjadinya laringitis kronik, meliputi:
berhenti merokok dan menghindari lingkungan berasap;
hindari makanan dan minuman 2-3 jam sebelum tidur
untuk mencegah sekresi aktif asam lambung selama tidur;
tinggikan kepala ketika tidur, yang akan melindungi laring
dari refluks asam lambung selama tidur; obat-obatan yang
dapat mengurangi produksi asam lambung pada pasien
yang mempunyai gejala peningkatan asam lambung;
hindari tindakan membersihkan tenggorokan yang dapat
memperburuk gejala.
Komplikasi
• penyebaran infeksi ke sistemik atau struktur di
sekitarnya
• stenosis laring
• edema atau stenosis sekunder
• kerusakan struktur pita suara yang permanen
• transformasi menjadi keganasan.
Pencegahan
• Jangan merokok, dan hindari asap rokok
• Minum banyak air
• Batasi penggunaan alkohol dan kafein
• Jangan berdehem untuk membersihkan
tenggorokan
Laringitis Tuberkulosa
Patogenesis laringitis tuberkulosa
Infeksi kuman ke laring melalui udara pernapasan, sputum yg
mengandung kuman, penyebaran limfogen/hematogen

Stadium
Stadium Stadium Stadium
fibrotuberku
infiltrasi ulserasi perikondritis
losis
Stadium infiltrasi :

•Pembengkakan dan hiperemis mukosa


laring bagian posterior, pita suara
•Submukosa : terbentuk tuberkel,
mukosa tdk rata, tampak bintik-bintik
kebiruan, tuberkel ini makin membesar
 tuberkel berdekatan bersatu
mukosa diatasnya meregang  pecah
 ulkus
Stadium ulserasi

•Akhir stadium infiltrasi  ulkus


yang dangkal, dasarnya ditutupi oleh
perkijuan sangat nyeri
Stadium perikondritis
•Ulkus yang mengenai kartilago
laring  merusak tulang rawan,
sehingga terbentuk nanah dan bau
 berlanjut terbentuk sequester
•>> Kartilago Aritenoid dan
epiglotis
Stadium fibrotuberkulosis

•Terbentuk fibrotuberkulosis pada


dinding posterior, pita suara dan
subglotik
Gejala Klinis Terapi
• Rasa kering, panas, dan • Obat Anti tuberkulosis
tertekan di daerah laring primer
• Suara parau • Vocal rest
• Hemoptisis
• Nyeri waktu menelan
• Keadaan umum buruk
• Pemeriksaan paru :
terdapat proses aktif
Laringitis Luetika
• Etiologi : Treponema Palidum
• Gambaran Klinis :
– Jika guma pecah  ulkus
– Sifat ulkus : sangat dalam, bertepi dgn dasar
keras, wrna merah tua, eksudat warna
kekuningan, tidak nyeri , menjalar cepat
Gejala Klinis Terapi
– Suara parau • Penisilin
– Batuk kronis – Dosis 1,2 juta U ,IM
– Disfagia • Pengangkatan sekuester
• Jika ada sumbatan Laring
 Trakeostomi
Lesi jinak jaringan
• Nodul pita suara
• Polip pita suara
• Kista pita suara
Nodul pita suara Polip pita suara Kista pita suara
Kelumpuhan pita suara
• Terganggunya pita suara karena disfungsi saraf ke otot
laring
• Kelainan ini berupa gejala dan bukan suatu penyakit
• Penyebab : diduga kelainan pada batang otak atau
trauma kepala pada prosses kelahiran, keganasan pada
paru, esofagus atau tiroid, tindakan pembedahan
tiraoid, trauma kepala dan leher, tuberkulosis,
aneurisma aorta,

• Gejala tersering stridor pada bayi


• Gejala didapat: suara parau, stridor, kesulitan menelan
• Pemeriksaan :
• Laringoskop
• Laryngeal electromyogra[hy
• Untuk menentukan penyebab : foto thoraks,
MRI

• Pengobatan : terapi suara, pembedahan pita


suara
TERIMAKASIH
PR

Anda mungkin juga menyukai